Mengaji Itu Positif dan Kewajiban Setiap Muslim

Opini270 Views

 

 

Oleh Waryati, Pemerhati Kebijakan Publik

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA—Mengaji adalah aktivitas yang positif, dan menjadi bagian dari kewajiban menuntut ilmu seorang muslim. Aktivitas ini tidak hanya dilakukan oleh kaum pria saja namun juga ibu-ibu dan pastinya kewajiban bagi semua insan yang bernyawa.

Di dalam pengajian, tak sebatas membahas akidah dan ibadah semata. Namun juga, terdapat bahasan seperti ilmu-ilmu lainnya misalnya tentang kesehatan, pendidikan, ekonomi, kemasyarakatan, konsep kepemimpinan, bahkan politik juga. Keren bukan?

Maka ketika ada pendapat bahwa mengikuti pengajian akan membuat ibu-ibu terbengkalai dengan tugas mengurus anak tentu itu pendapat yang sangat keliru. Justru karena seringnya ibu-ibu mengikuti pengajian, mereka menjadi lebih cerdas.

Seorang ibu akan mampu belajar mengatur waktu dengan baik. Kapan ia harus ada di rumah dan kapan ia boleh keluar rumah.

Termasuk dalam rumah tangga, wanita akan menyadari fitrahnya sebagai seorang ibu. Sebelum melakukan aktifitas di luar rumah, ia terlebih dulu melakukan tugas-tugas utamanya, yakni mengurus suami, anak dan rumah.

Pengajian itu menambah nutrisi bagi akal bukan racun yang mematikan. Sehingga tak sepantasnya mempersoalkan ibu-ibu yang sering datang ke pengajian.

Fakta membuktikan ibu-ibu yang rajin pengajian itu smart. Mereka akan peka dengan lingkungannya. Juga mampu memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.

Dengan demikian, pengajian dapat memunculkan pemahaman serta kesadaran untuk melakukan setiap aktivitas dengan rasa ikhlas, tanpa mengorbankan salah satu aktivitas wajib lainnya.

Hal positif yang didapat dari pengajian pula, para ibu memiliki empati luar biasa ketika di sekitarnya terjadi suatu peristiwa yang membutuhkan uluran tangan.

Mereka dengan sigap membantu semampunya meski tanpa komando. Efek baik lainnya, ibu-ibu memiliki kewarasan tinggi untuk menyikapi setiap kondisi yang ada. Karena sudah memperoleh bekal ilmu dari berbagai pengajian tersebut.

Dengan ibu-ibu aktif mengikuti pengajian maka sedikitnya sudah mengurangi beban negara. Kenapa demikian?

Tak dimungkiri, dengan kondisi serba susah seperti sekarang, banyak ibu-ibu hilang kewarasan. Ada yang menjadi pencuri, menjual narkoba, bunuh diri, bahkan ada juga yang sampai tega menjual anaknya dengan alasan ekonomi. Hal itu kebanyakan terjadi pada ibu-ibu yang kesehariannya jauh dari pengajian.

Kebalikan dari kondisi di atas, ibu-ibu yang semangat ngaji, mereka akan mampu menyikapi segala situasi yang terjadi dan berpikir realistis. Sehingga apa pun permasalahan yang menimpa mereka, akan dapat diselesaikan tanpa terjadi drama mencekam di episode kehidupan mereka.

Dalam setiap pengajian tentu tidak hanya membahas tentang problematika kehidupan saja, akan tetapi bersamaan membahas solusi dari setiap problem tersebut.

Itu merupakan suatu keuntungan untuk negara. Pasalnya, dengan adanya pengajian, rakyat dapat menjalani serta menyikapi kehidupan sulit meski peran negara sangat sedikit dalam membantu mereka.

Racun sekularisme memang sudah begitu parah menggerogoti jiwa dan pikiran pemujanya. Sampai-sampai hal yang berkaitan dengan kewajiban seseorang terhadap agamanya dipandang mengganggu peran individu, khususnya seorang ibu.

Tak mengherankan memang, pemikiran atau pendapat seperti itu akan terlahir dari sebab adanya keyakinan pemisahan agama dari kehidupan, atau pun pemisahan agama dari negara.

Alhasil, saat wanita atau ibu berusaha melaksanakan perintah Rabbnya, yakni keluar rumah untuk menuntut ilmu di pengajian, dicurigai akan berpotensi melalaikan tugas ibu itu sendiri.

Antara agama, kehidupan dan negara harusnya tidak ada pemisahan. Islam memandang, satu-satunya aturan yang berhak mengatur manusia dan kehidupan hanyalah aturan yang bersumber dari Sang Maha Pengatur, yaitu Allah.

Saat manusia menyandarkan kehidupannya kepada aturan Allah, serumit apa pun problem menimpa dirinya akan dipandang bukan sebuah masalah, tetapi dipandang sebagai ujian hidup yang harus dipecahkan dan dihadapi dengan baik.

Dalam kancah negara, ketika aturan yang melandasi setiap kebijakan dibuat berdasarkan syariat, di dalamnya hanya demi kemaslahatan rakyat. Salah satunya dalam hal pendidikan, negara akan mendorong kurikulum berbabis akidah. Sehingga rakyat memiliki bekal ilmu untuk mengarungi kehidupan yang tidak mudah.

Islam memandang, mengkaji secara keseluruhan nash Allah adalah bagian dari program pembinaan individu yang terintegrasi dengan kurikulum serta berbagai kebijakan negara lainnya. Sehingga menghasilkan individu beriman dan bertakwa. Tinggi taraf berpikirnya. Memiliki kesadaran politik yang baik. Hal yang paling penting, mereka sadar tanggung jawabnya sebagai makhluk dan melaksanakan perintah Sang Khaliq tanpa perlu dipaksa.

Pengajian yang di dalamnya mengajarkan berbagai ilmu dapat menjadi bekal para ibu untuk mendidik anak-anaknya. Mengingat di bangku formal pelajaran agama hanya sedikit atau bahkan hampir hilang.

Maka untuk mendapatkan ilmu perlu alternatif lain sebagaimana mengunjungi pengajian. Maka stop mendiskreditkan dan mencurigai pengajian. Karena sesungguhnya, pengajian adalah sumber ilmu yang bisa digali seorang ibu dan akan menjadi bekal untuk mendidik anak-anaknya menjadi muslim berkepribadian Islam, calon pemimpin masa depan.

Sebagaimana salah satu hadits menjelaskan. “Barang siapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barang siapa menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai ilmu, dan barang siapa menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah ia menguasai ilmu,” (HR Ahmad).

Untuk menguasai ilmu dunia dan akhirat, maka pengajian tempat yang pas untuk dikunjungi. Dengan demikian, pengajian harus terus dipelihara dan disupport keberadaannya oleh berbagai pihak, termasuk  disupport oleh negara.

Mari kita sama-sama mencintai pengajian, mereguk ilmu di dalamnya agar bisa menjadi bekal dalam mendidik anak-anak kita supaya mereka tumbuh menjadi generasi cemerlang.Wallahu a’lam bishawwab [SP]

Comment