Menanti Abad Berakhirnya Masa Pandemi

Opini544 Views

Oleh: Dyka Apriliani Sopian.,S.Sos*

RADARINDONESIANEWS.COM,  JAKARTA — Dunia belum selesai dengan pandemi virus corona, SARS-CoV-2. Namun, beberapa negara telah mengumumkan penemuan varian baru dari virus corona tersebut. setidaknya sudah ada 13 negara yang melaporkan temuan varian baru virus corona. Di Indonesia sendiri belum ditemukan adanya varian baru.

Pemerintah Indonesia sudah merespon kemunculan varian baru virus corona dengan sejumlah kebijakan. Salah satunya, disiplin menerapkan protokol kesehatan dan pemerintah melarang kedatangan orang asing dari berbagai negara untuk mencegah masuknya varian baru virus corona.

Peneliti dan beberapa ahli mengatakan memperkirakan varian baru mungkin terjadi karena tidak diterapkannya lockdown secara total di berbagai negara dan juga dikarenakan adanya superspreader event. Artinya lonjakan kasus saat ini dapat disebabkan oleh perilaku masyarakat.

Di tengah terus meningkatnya kasus positif covid19 di berbagai negara, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengutuk siklus “berpandangan sempit dan berbahaya”; yang dimaksud siklus ini adalah membuang uang saat terjadi wabah dan ketika sudah berakhir tidak melakukan pencegahan untuk wabah berikutnya.

Perkataan Tedros ini membuktikan bahwa berbagai negara belum mampu menghentikan sebaran virus, termasuk Indonesia.

Langkah pemerintah menangani wabah Covid-19 sejak awal telah menuai sejumlah kontroversi. Para ahli pun tak sedikit yang kemudian angkat bicara mengenai pola penanganan wabah. Sejak kasus pertama ditemukan, pemerintah belum mengambil langkah signifikan. Langkah-langkah yang ditempuh untuk memadamkan wabah pun sporadis dan tidak seragam.

Disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan Gerakan 3M yakni menjaga jarak, menggunakan masker, dan mencuci tangan adalah perilaku sehat yang bermanfaat untuk menghindari penularan virus. Sayangnya, cara hemat ini tidak diindahkan masyarakat.

Belum lagi solusi karantina wilayah yang sejak awal tidak menjadi pilihan pemerintah dengan alasan ekonomi dan akhirnya penanganan wabah semakin ambyar.

Buka tutup PSBB alih-alih meredam prevalensi, masyarakat justru harus menerima kenyataan hadirnya istilah-istilah baru dalam memasuki era kenormalan baru. Mau tak mau, hidup damai berdampingan dengan virus akhirnya dijalani masyarakat.

Karena itu penanganan pandemi di negeri ini sejatinya harus dikoreksi total. Urgen untuk adanya transformasi layanan pandemi. Inilah sebabnya negeri kita memerlukan sistem baru yang sesuai fitrah penciptaan manusia, termasuk dalam hal penanganan pandemi agar tepat sasaran, tak mudah ditarik ulur.

Istilah lockdown telah dikenal sebagai solusi tepat penanganan pandemi dan ini adalah salah satu perintah Rasulullah saw. Beliau saw bersabda, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR. Bukhari).

Rasulullah SAW. juga memerintahkan para penguasa untuk mengurusi urusan rakyatnya, “Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat diurusnya.” (HR. Muslim dan Ahmad).

Hadis yang kedua ini sangat efektif diterapkan saat sebaran pandemi sudah meluas seperti sekarang. Selain memberi penegasan dan fasilitas dalam hal protokol kesehatan, semestinya pemerintah menampilkan tanggung jawab dengan memberi fasilitas uji (rapid test dan SWAB) serta sungguh-sungguh melakukan tracing pada pasien kasus positif Covid-19. Ini adalah upaya teknis untuk memantau sebaran Covid-19 sehingga dapat ditanggulangi segera.

Sungguh, keseriusan pejabat dan pemimpin mengurusi rakyat di era pandemi ini harus mencapai standar ikhtiar tertinggi. Tentu saja, para penguasa diharapkan tidak mengambil kebijakan secara coba-coba tanpa terkonfirmasi pasti penanganan pandemi memang benar-benar telah tuntas.

Tapi apa mau dikata, pemerintah tampak masih belum menemukan peta jalan yang jelas dan tegas dalam penanganan Covid-19. Nyawa rakyat dan kesehatan ibarat perkara nomor dua, ketika di tengah pandemi pemerintah lebih menomorsatukan sektor ekonomi.

Tak ayal, memang sudah waktunya kaum muslimin dan manusia seluruhnya beralih pada satu-satunya sistem alternatif untuk mengelola kehidupan ini, agar senantiasa sesuai fitrah. Itulah Islam yang lengkap dengan aturan bersumber dari Al-Qur’an dan Sunah.[]

*Ibu Rumah Tangga

____

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat menyampaikan opini dan pendapat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Setiap Opini yang ditulis oleh penulis menjadi tanggung jawab penulis dan Radar Indonesia News terbebas dari segala macam bentuk tuntutan.

Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan dalam opini ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawab terhadap tulisan opini tersebut.

Sebagai upaya menegakkan independensi dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Redaksi  Radar Indonesia News akan menayangkan hak jawab tersebut secara berimbang.

Comment