Penulis: Naimatul Jannah | Aktivis Muslimah Ledokombo
RADARINDONESIANEWS.COM,JAKARTA– Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti kita tahun. Tidak terasa sudah berlalu bulan Rabi’ul Awwal, bulan kelahiran Baginda Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam. Seorang Rasul yang diutus untuk membawa rahmat dan kasih sayang bagi manusia dan semesta alam. Rahmatan lil ‘alamîn.
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam menyeru kepada seluruh umat manusia ke jalan Allah subhanahu wa ta’ala. Jalan kebenaran. Jalan tauhid. Jalan yang lurus. (as-Sirotul mustaqim). Yaitu jalan orang-orang yang telah diberikan nikmat oleh Allah ta’ala, dari para Nabi dan Rasul, dan orang-orang terdahulu yang solih. Yaitu, jalan Islam.
Dalam buku berjudul Cahaya karya al Imam al Habib Abu Bakar bin Hasan Al Athas Azzabidi disebutkan bahwa pernah terjadi dialog antara Allah ta’ala dengan Nabiyullah Dawud Alaihissalam.
“Ya Allah, nikmat apakah yang kecil di sisi-Mu?”
Allah ta’ala menjawab, “Napas yang kamu hirup sehari-hari adalah nikmat yang kecil di sisi-Ku”.
Bayangkan, napas yang kita hirup sehari-hari, yang menjadi oksigen bagi kita, bagi Allah ta’ala adalah nikmat terkecil.
“Lalu nikmat apakah yang paling terbesar di sisi-Mu?” Tanya Nabi Daud lagi. “Diciptakannya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam” jawab Allah ta’ala.
Tak heran, jika dalam hadits Qudsi dikatakan: لَوْلَاكَ لَوْلَاكَ يَا مُحَمّد لما خَلَقْتَ الأَفْلَاك Artinya: Jika bukan karena engkau wahai Muhammad, tidak akan aku ciptakan alam semesta ini. Kelahiran Nabi Muhammad shalllallahu alaihi wasallam, memang anugerah dan kado terindah bagi umat manusia dari Allah yang wajib kita syukuri.
Allah ta’ala berfirman: لَقَدْ مَنَّ اللهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا Artinya:
“Sungguh-sungguh Allah ta’ala telah memberikan karunia bagi orang-orang beriman tatkala Dia mengutus mereka seorang Rasul”. (QS Ali Imran: 164).
Cara mensyukuri nikmat besar ini
Setidaknya ada 2 hal yang harus kita lakukan ketika kita memang mensyukuri nikmat diutusnya Rasulullah Saw.
1. Bersyukur denga ilmu
Memaknai kelahiran Nabi dengan lebih mengetahui siroh nabi Saw mulai beliau dalam kandungan hingga diutus menjadi Nabiyullah.
Pertama; Rosulullah memiliki nasab yang terhormat, kedua orang tua Rosulullah adalah keturunan Nabi Adam AS yang paling mulia kebangsawanannya dan paling terhormat nasabnya. Nasab yang terhormat sangat berpengaruh terhadap diri Rosulullah serta berpengaruh kepada siapa saja yang Rosulullah sampaikan syariat Allah kepadanya.
Kedua; keturunan dari 2 Nabi yaitu Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail di mana diutusnya Rasulullah adalah terkabulnya doa Nabi Ibrohim dan Nabi Ismail yang diabadikan Allah dalam Al Qur’an. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
رَبَّنَا وَا بْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَا لْحِكْمَةَ وَ يُزَكِّيْهِمْ ۗ اِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِ يْزُ الْحَكِيْمُ
“Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”(Al Baqarah ayat 129)
Setelah itu ketika Abdullah berumur 18 tahun menikahi Aminah, namun ketika Rosulullah berumur 2 bulan di usia kandungan, ayah beliau wafat di Madinah, setelah melakukan perjalanan pulang menuju Mekkah.
Ketika ibunya, Sayyidah Aminah mengandung Rosulullah, tak pernah merasakan sakit, mual seperti yang dirasakan wanita hamil pada umumnya. Begitu pula saat persalinanannya tidak merasakan sakit sama sekali, namun ketika Sayyidah Aminah melahirkan ASI-nya tidak keluar hingga wanita yang bernama Sayyidah Halimatus Sa’diyah menyusui beliau hingga merasakan keberkahan yang sangat luar biasa.
Singkat cerita ketika beliau berusia 4 tahun dibelah dadanya oleh Malaikat Jibril, dan ketika beliau berusia 6 tahun Sayyidah Aminah wafat dan diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib selam 2 tahun dan ketika beliau berumur 8 tahun kakeknya pun wafat sehingga Rosulullah diasuh oleh pamannya Abu Thalib.
Banyak peramal mengatakan bahwa Rosulullah kecil akan menjadi seorang manusia yang memiliki tanda-tanda kenabian yang dikabarkan dalam kitab Nasrani dan bahwa Rosulullah kecil kelak menjadi seorang manusia yang mulia.
Ketika Rosulullah berumur 25 tahun belio menikahi Siti Khodijah dan ketika sempurna umur 40 tahun maka beliau mendapatkan Risalah kepemimpinan. Sehingga beliau menjadi manusia istimewa dengan ajaran yang beliau bawa
Bagaimana perjuangan Rosulullah, bahwa rosullah bukan hanya menjadi nabi dan rasul tapi juga menjadi seorang ayah yang bertanggung jawab dan seorang suami yang mengasihi istri-istrinya dengan penuh kasih sayang. Bahkan perlu kita ketahui bahwa Rosulullah adalah seorang pemimpin dunia yang mampu memimpin tiga seperempat dunia dengan Islam. Rosulullah ketika memimpin hanya menerapkan hukum yang bersumber dari Allah SWT.
Sehingga tak heran ketika beliau menjadi pemimpin beliau memiliki sifat yang jujur, berani, teguh dalam prinsip, sabar mengambil keputusan, bermusyawarah, tawadhu’, lemah lembut, adil, dan berjamaah.
Yang kedua cara mensyukuri nikmat diutusnya Rasulullah adalah dengan beramal, Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahzab Ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
Maka ketika mencintai Rosulullah, kita harus mengikuti jalan beliau secara keseluruhan, baik hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan manusia yang lain.
Maka mengikuti jalan Kaffah Rosulullah adalah sebuah kewajiban bagi umatnya. Karena makna cinta bukan hanya sekedar pengucapan lewat lisan, tapi dengan pemantapan dalam hati dan dibuktikan dengan amal.
Oleh karena itu maka selayaknya ketika kita mengaku cinta kepada Rosulullah maka kita harus mengikuti syariat yang beliau bawa, semoga kita semua bisa melakukannya. WallahuA’lam Bisshowab.[]
Comment