RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung baru-baru ini membuah heboh jagat maya dengan mengeluarkan surat tentang instruksi membaca buku Muhammad Al Fatih 1435 karya Felix Y Siauw untuk meningkatkan minat literasi siswa.
Surat bernomor 420/11.09.F DISDIK tertanggal 30 September 2020 itu ditujukan kepada seluruh Kepala Sekolah SMA/SMK se-provinsi Bangka Belitung yang ditandatangani Muhammad Soleh selaku Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bangka Belitung.
Dalam surat yang sempat viral tersebut, diinstruksikan kepada siswa untuk membaca buku ‘Muhammad Al Fatih 1453’ penulis Felix Siauw. Selanjutnya, siswa diminta merangkum isi buku tersebut dengan gaya bahasa masing-masing peserta didik. (Viva.co.id, Jumat, 02/10/20)
Memahami kisah Muhamad al-Fatih sebagai pemuda yang tangguh, juga pemimpin terbaik dalam penaklukan Konstantinopel adalah salah satu cara untuk mengangkat mentalitas generasi agar menjadi bangsa yang unggul.
Namun hanya berselang satu jam saja, Dinas Pendidikan Bangka Belitung (Babel) membatalkan surat edaran (SE) yang mewajibkan siswa SMA/SMK membaca buku Muhammad Al Fatih 1453 yang ditulis Felix Siauw. Soleh mengaku teledor dan tidak mengetahui jika salah satu buku wajib bagi siswa untuk belajar di rumah di masa pandemi Covid-19 merupakan karya aktivis HTI Felix Siauw.(InewsBabelid, 02/10/20)
Sungguh ironis, hanya karena penulisnya seseorang yang diduga aktivis HTI, buku pun harus dipersekusi. Berdalih ada paham yang bisa mengancam keutuhan NKRI. Padahal isi bukunya adalah teladan seorang panglima terbaik yang mewujudkan bisyarah Rasulullah yang patut dicontoh.
Rupanya virus islamofobia telah begitu kuat menjalar ke dalam pemikiran bangsa ini, sehingga sulit menerima apapun walau itu benar. Kecintaan pemuda pada agamanya lebih ditakuti sebagai pemecah belah NKRi dibandingkan muda-mudi pengejar duniawi yang justru akan menjadi perusak generasi.
Rusaknya generasi saat ini adalah karena terus dicekoki gaya hidup hedonis ala kapitalis. Akibatnya mereka meniru dan mengidolakan yang tak bertuhan dan tak tahu aturan. Tiada gambaran tentang sosok idola yang sepatutnya dijadikan panutan. Sistem yang kurang mendukung juga menjadi faktor minimnya mental generasi sehingga sulit untuk melakukan perubahan.
Berbeda dengan kapitalisme, Islam mampu menghasilkan generasi unggul seperti Al-Fatih, sosok pemuda yang digelari sebagai penakluk Roma. Pada suatu masa, Islam telah melahirkan manusia-manusia terbaik yang menjadi ‘blue print’ dari kegemilangan peradaban Islam.
Berbekal pada ketakwaan dan bisyarah Rasulullah, seorang pemuda bernama Sultan Muhamad bin Murad II berhasil menjadi panglima terbaik dengan pasukan terbaik sebagai penakluk kota Konstantinopel yang sebelumnya juga telah diperjuangkan oleh para sahabat terdahulu.
Kecerdasan dan keyakinan Muhammad Al-Fatih tidak terlepas dari peran seorang ibu yang mendidik dan meyakinkannya bahwa dialah yang dimaksud Rasulullah dalam biisyarahnya. Pun tidak terlepas dari lingkungan serta sistem yang mendukung.
Sejak kecil ia telah didik oleh guru-guru hebat yang terkenal pada masanya. Selain diajarkan ilmu berperang, ilmu tauhid juga ditanamkan pada Al-Fatih sejak dini. Sehingga ketakwaannya kepada Allah memberikan ia kekuatan lebih di atas segalanya.
Selain Muhammad Al-Fatih, tentunya banyak lagi tokoh-tokoh hebat dan berjasa seperti Alkhawarizmi, Ibnu Sina, Abas Ibnu Firnas dan Ibnu Kaldun. Yang kini lebih dikenal sebagai ilmuwan muslim yang berjasa sampai saat ini.
Pertama Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī adalah seorang ahli dalam bidang matematika, astronomi, astrologi, dan geografi. Ia lebih dikenal sebagai Bapak Aljabar karena buku pertamanya yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat.
Al-Khwārizmī juga berperan penting dalam memperkenalkan angka Arab melalui karya Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind yang kelak diadopsi sebagai angka standar yang dipakai di berbagai bahasa serta kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke-12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.
Sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-Ma’mun, tempat ia belajar ilmu alam dan matematik, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani
Kedua Ibnu Sina. George Sarton menyebut Ibnu Sina ilmuwan muslim paling terkenal dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat dan waktu. Karyanya yang paling terkenal adalah Kitab Penyembuhan dan Qanun Kedokteran (Al-Qanun fi At Tibb).
Ibnu Sina merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dokter, dan penulis aktif yang lahir di zaman keemasan Peradaban Islam. Pada zaman tersebut ilmuwan-ilmuwan muslim banyak menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari Yunani, Persia dan India.
Ketiga, Ibnu kaldun. Ia
adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan/Pengantar).
Sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini. Sebagai ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh telah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya.
Mereka adalah generasi yang hidup di mana sistem pemerintahan Islam masih tegak berdiri memimpin peradaban. Sistem ketatanegaraan Islam dengan seorang Kholifah yang memberi ruang bagi setiap tokoh untuk berkembang serta berlomba dalam memajukan peradaban Islam lalu mengharumkannya di hadapan dunia.[]
*Member Revowriter
Comment