Mega Korupsi Ala Pertamina, Tidak ada Empati Terhadap Rakyat

Opini161 Views

 

Penulis: Insiroh | Komunitas Muslimah Rindu Jannah

Berbicara tentang korupsi, sudah tak terbilang jumlahnya para pejabat di negeri ini yang telah tertangkap atas kasus ini.

Korupsi seolah menjadi sebuah tren baru di era ini, menjangkiti segala lini.
Baru-baru ini santer terdengar kabar kasus korupsi yang menyeret nama Pertamina (Persero) muncul berseliweran di berbagai media.

Berbagai meme dan candaan di lontarkan netizen menanggapi hal ini. Bagaimana tidak? Negara saja rugi mencapai 193,7 T per tahun. Begitu pun dengan warga yang harus merogoh kocek lebih banyak ternyata malah mendapatkan barang yang tak sesuai, belum lagi kerugian-kerugian lainnya.

Sudah kaya kok korupsi

Sungguh di luar nalar. Pejabat Pertamina tentu saja bukan orang miskin, bahkan mereka berlimpah harta. Namun sangat disesalkan, kenapa mereka masih saja merasa kurang sehingga melakukan korupsi berjamaah?

Mengenai hal ini, Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan 9 orang tersangka yang melibatkan 6 pejabat Pertamina dan 3 lainnya berasal dari pihak swasta.

Berikut daftar lengkap sembilan tersangka kasus dugaan korupsi minyak mentah Pertamina: 1. Riva Siahaan (Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga); 2. Sani Dinar Saifuddin (Direktur Feedstock and Product Optimization PT Kilang Pertamina Internasional; 3. Yoki Firnandi (Direktur Utama PT Pertamina Internasional Shipping); 4. Agus Purwono (VP Feedstock Management PT Kilang Pertamina International); 5. Muhammad Kerry Andrianto Riza (Beneficialy Owner PT Navigator Khatulistiwa); 6. Dimas Werhaspati (Komisaris PT Navigator Khatulistiwa dan Komisaris PT. Jenggala Maritim);7. Gading Ramadhan Joedo (Komisaris PT Jengga Maritim dan Direktur PT Orbit Terminal Merak); 8. Maya Kusmaya (Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga); 9. Edward Corne (VP Trading Produk Pertamina Patra Niaga).

Kejagung menyebut, akibat korupsi berjamaah ini total kerugian negara mencapai hampir 1000 triliun.
(CNN Indonesia, edisi 27 Februari 2025)

Diketahui gaji seorang direktur utama PT Pertamina Internasional Shipping (YF) sebesar Rp216 juta per bulan. Apalagi seorang Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga (RS), otomatis lebih tinggi lagi, yakni sebesar Rp21,8 M per bulan. (Radar Bogor, edisi 27 Februari 2025)

Dapat dibayangkan uang tersebut seberapa banyaknya bagi rakyat biasa yang hidup serba kekurangan. Namun pada kenyataannya, dengan gaji tersebut masih kurang saja sehingga terjadilah korupsi ini.

Tak ada seorang pun yang tak ingin untung, dan tak ingin materi. Di tengah hidup yang susah seperti saat ini, tak dapat dipungkiri jika materi sangatlah dibutuhkan. Namun bagi mereka yang memiliki kesempatan, maka mereka akan menambah pundi-pundi harta mereka.

Hal ini terbukti, dengan tiadanya rasa empati mereka terhadap rakyat kecil yang tengah kesulitan berdiri di tengah hantaman badai ekonomi. Mereka tetap mencari untung meski nanti akan ada yang buntung.

Inilah akibat dari sistem kapitalisme sekuler yang menghasilkan pribadi memikirkan kepentingan pribadi tanpa mengindahkan kepentingan umum, serta mengambil manfaat sebanyak-banyaknya.

Pejabat harus memiliki empati

Pandangan Islam berdasarkan sabda Rasullullah Saw, bahwa
“Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api”. (HR.Abu Dawud dan Ahmad).

Jelaslah minyak bumi yang kemudian menjadi bahan bakar adalah api yang dimaksud dalam hadits ini. Maka sudah seharusnya jika kepemilikannya adalah milik umum (umat Islam) sehingga haram untuk memprivatisasi bahkan mengambil ‘jatah rakyat’ dalam tanda kutip korupsi.

Begitu pula ketika memilih pemimpin dan atau pejabat, sudah seyogyanya memilih pemimpin yang bertakwa kepada Allah, yang memiliki empati terhadap rakyat kecil, dan tidak menjadikan korupsi sebagai jalan menuju hidup bergelimang harta.

Ini sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya dalam memilih pejabat negara. Selain bertakwa pejabat harus memiliki sifat sabar, welas asih terhadap rakyat. Sehingga tidak akan tega mengambil milik rakyat.

Selama sistem kapitalisme sekuler yang bercokol di negeri ini tidak diubah, walaupun sudah diganti Dirut Pertamina, peristiwa yang sangat menyakiti hati rakyat ini akan bisa terulang kembali.

Karena itu, sistem ini harus ditinggalkan dan mari kembali terapkan hukum Allah di muka bumi ini. Agar terwujud kesejahteraan dan kemakmuran rakyat tanpa perbedaan apapun. Wallahu a’lam bishowab.[]

Comment