RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– McDonald’s gagal mencapai target penjualan utama, sebagian karena pelanggan memboikot perusahaan tersebut karena dianggap mendukung Israel.
Jaringan restoran cepat saji ini melaporkan penurunan penjualan kuartalan pertamanya dalam hampir empat tahun karena lemahnya pertumbuhan divisi bisnis internasionalnya.
Bos perusahaan sebelumnya mengakui dampak konflik tersebut, dan menyalahkan informasi yang salah terhadap McDonald’s yang dianggap mendukung agresi Israel.
Akibat boikot tersebut saham McDonald’s turun sekitar 4 persen setelah pengumuman tersebut.
McDonalds adalah salah satu beberapa perusahaan Barat termasuk Starbucks dan Coca Cola yang mengalami boikot dan protes terhadap perusahaan tersebut oleh para aktivis anti-Israel.
Perusahaan tersebut mengatakan bahwa konflik Israel-Gaza telah mempengaruhi secara signifikan kinerja di beberapa pasar luar negeri pada kuartal keempat tahun 2023.
Di cabang yang mencakup penjualan di Timur Tengah, Tiongkok, dan India, pertumbuhan penjualan mencapai 0,7 persen pada kuartal keempat tahun 2023, dan ini jauh di bawah ekspektasi pasar.
Sementara bisnisnya di Malaysia, Indonesia dan Perancis terkena dampaknya, dengan dampak terbesar dirasakan di Timur Tengah, kata CEO Chris Kempczinski pada hari Senin, 5 Februari.
“Selama perang ini masih berlangsung, kami tidak memperkirakan akan melihat adanya perbaikan yang signifikan [di pasar-pasar ini],” tambah bos McDonald’s tersebut,” kata Chris Kempczinski.
McDonald’s mengandalkan sistem waralaba di mana ribuan bisnis independen memiliki dan mengoperasikan sebagian besar dari lebih dari 40.000 tokonya di seluruh dunia, dan sekitar 5 persen gerainya berlokasi di Timur Tengah.
Retailer makanan cepat saji ini menuai kritik setelah waralabanya yang berbasis di Israel mengatakan pihaknya telah memberikan ribuan makanan gratis kepada anggota militer Israel.
Sehingga memicu seruan untuk memboikot merek tersebut oleh mereka yang marah dengan respons militer Israel di Gaza.
Hal ini mendorong pemilik waralaba di negara-negara mayoritas Muslim seperti Kuwait, Malaysia dan Pakistan untuk mengeluarkan pernyataan menjauhkan diri dari perusahaan tersebut.
Kempczinski menyebut reaksi negatif tersebut mengecewakan dan tidak berdasar dan menyalahkan informasi yang salah.
Penjualan global McDonald’s tumbuh hanya di bawah 4 persen pada kuartal keempat, turun dari 8,8 persen pada kuartal sebelumnya, dan di bawah rata-rata tahunan.
Korporasi memperoleh keuntungan dari inflasi harga, dengan mencatat pertumbuhan penjualan terkuat di Amerika Serikat, dan juga meningkatkan penjualan di Inggris, Jerman, dan Kanada.
Namun bisnisnya di AS mengalami pertumbuhan penjualan yang lebih lemah dari yang diharapkan, karena pelanggan dengan pendapatan rendah memesan lebih sedikit makanan dan memilih menu yang lebih murah.
Pekan lalu, Starbucks juga memangkas perkiraan penjualan tahunannya, sebagian karena berkurangnya pelanggan yang mengunjungi toko di Timur Tengah.
McDonald’s mengatakan pada hari Senin bahwa mereka turut prihatin terhadap keluarga dan komunitas yang terkena dampak konflik di wilayah tersebut.
Dikatakan bahwa pihaknya akan terus fokus untuk mendukung masyarakat kami dan komunitas lokal di mana kami beroperasi.[]
Comment