Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd*: Meraih Takwa Hakiki Setelah Ramadhan Pergi

Opini635 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Bulan Ramadhan telah pergi, itu tandanya umat muslim telah memasuki bulan baru yakni bulan Syawal. Di bulan Syawal inilah awal kaum muslimin menyambut hari kemenangan yakni hari raya Idul Fitri, yang ditandai dengan melaksanakan sholat Idul Fitri. Hari yang sejatinya melahirkan pribadi-pribadi yang bertakwa, hasil dari pelaksanaan puasa Ramadhan selama sebulan penuh.

Sebagaimana telah difirmankan oleh Allah dalam surat al-Baqoroh ayat 183 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al-Baqoroh:183).

Kata “taqwa” berasal dari kata “waqa” yang artinya “melindungi”. Kata tersebut kemudian digunakan untuk menunjuk pada sikap dan tindakan untuk melindungi diri dari murka dan azab Allah.

Caranya adalah dengan melaksanakan seluruh kewajiban yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala laranganNya. Artinya ketaqwaan haruslah diwujudkan dalam segala aspek kehidupan.

Taqwa bukan hanya ada pada tataran individu saja, melainkan harus ada dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara juga, bahkan dalam hubungan luar negeri. Iman dan taqwa inilah yang menjadi kunci keunggulan masyarakat Islam.

Rasulullah Muhammad telah mencontohkan kaum muslim terkait ketaqwaan hakiki di segala bidang. Konsekuensi ketaqwaan hakiki tersebut diwujudkan dalam bentuk pendirian Negara Islam di Madinah.

Negara Islam inilah yang mampu mengubah peradaban jahiliyah menjadi peradaban yang unggul hingga mampu mengalahkan dua negara adidaya yang memiliki peradaban tak terkalahkan pada saat itu yakni Persia dan Romawi.

Negara Islam yang diwariskan oleh Rasulullah ini kemudian dilanjutkan oleh para Khalifah. Khalifah pertama seperti yang telah masyhur di telinga kaum muslim yakni Khalifah Abu Bakar ra.

Kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Umar bin Al-Khattab ra., lalu Khalifah Usman bin Affan ra., lalu Khalifah Ali bin Abi Thalib ra., yang sekaligus sepupu Rasulullah, kemudian para Khalifah-Khalifah sesudahnya.

Saat itu kaum Muslimin berada di bawah naungan Khilafah Islam dan mampu menguasai dua pertiga belahan dunia. Dengan demikian, Khilafah saat itu menjadi negara adidaya yang unggul di berbagai bidang selama berabad-abad lamanya.

Namun kondisi tersebut berbeda dengan kondisi saat ini, kondisi umat Islam sangatlah menyedihkan. Ini terjadi sejak runtuhnya Khilafah Islam pada tahun 1924 M di Turki akibat kepemimpinan Islam diserahkan kepada Mustafa Kemal laknatullah, agen Inggris yang menyamar.

Di atas puing-puing keruntuhan Khilafah, kafir penjajah berhasil memecah belah kaum Muslim menjadi lebih dari 50 negara-bangsa.

Kafir penjajah mencoba mengadu domba kaum Muslim yang sudah mulai goyah dan lengah atas keberhasilan menguasai dua pertiga belahan dunia ini. Kaum Muslim diminta untuk lebih mencintai wilayahnya masing-masing dan merasa mengunggulkan wilayahnya tersebut. Kaum Muslim juga dijajah secara ideologis dan sistemik.

Sebagian negara bangsa tersebut menerapkan sistem kufur kerajaan. Sebagian lainnya menerapkan sistem kufur demokrasi. Rezim yang ada di dalamnya bahkan ada yang menjadi antek adidaya kapitalis dan ada pula yang menjadi antek komunis.

Di negara-negara minoritas Muslim, kaum Muslimin terus-menerus ditindas secara fisik. Contohnya Muslim Kashmir disiksa oleh Hindu India, Muslim Uyghur ditindas oleh Komunis Cina, dan Muslim Rohingya disiksa oleh Budha Myanmar, serta kaum Muslim di berbagai belahan dunia yang bernasib sama. Bahkan di Timur Tengah, minoritas Yahudi Israel di tengah-tengah mayoritas kaum Muslim sangatlah leluasa menjajah kaum Muslim Palestina.

Oleh karena itu untuk menuju totalitas ketaqwaan, sejatinya tidak ada pilihan lain selain berjuang bersama untuk mengembalikan kejayaan Islam.

Pengaturan di dalam Islam yang paripurna inilah yang mampu menjadi solusi dari berbagai permasalahan kaum Muslim saat ini. Solusi kehidupan tersebut hanya bisa diwujudkan dengan adanya institusi negara, yakni Khilafah Islam yang mampu menerapkan seluruh aturan Islam dan mampu menjatuhkan hukuman bagi yang melanggar aturan Islam.

Sebenarnya, kejayaan sistem Islam merupakan janji Allah kepada kaum Muslim, sebagaimana firmanNya dalam surah an-Nur ayat 55 yang artinya “dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal sholih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan orang-orang sebelum kalian berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.

Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.

Maka berbahagialah kaum Muslim atas pertolongan Allah dan yang menolong agamaNya (Ar-Rum: 4). Maka tidak ada pengganti yang tepat dari sistem buruk saat ini selain sistem Islam.[]

*Guru dan anggota Lingkar Study Muslimah Bali

Comment