Penulis: Yenni Sarinah, S.Pd | Aktivis Muslimah Selatpanjang
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Rupiah melemah menjadi ancaman terhadap perekonomian nasional dan menimbulkan ekses bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini dikarenakan sistem yang mengekang negeri ini telah disetir oleh aturan para imperialis (penjajah). Padahal Islam telah sejak lama memberi tuntunan untuk menata ekonomi negara dengan basis emas dan perak yang aman dari intervensi asing.
Dilansir dari BBC News Indonesia (21/04/2024), nilai tukar rupiah terus melemah menembus 16.000 per satu dolar Amerika Serikat (AS) seiring dengan munculnya eskalasi ketegangan politik antara Israel dan Iran di Timur Tengah.
Bahkan menurut informasi dari Kompas (19/04/2024), pelemahan rupiah dikarenakan bahan baku industri masih bergantung pada bahan baku impor. Ketika cost bahan baku meningkat, maka akan meningkat pula ongkos produksi yang berefek pada kenaikan laju inflasi dan memoerlemah nilai tukar rupiah.
Pasalnya, kebijakan moneter masih dikuasai oleh Bank Sentral mengakibatkan suku bunga Bank Indonesia (BI) tak berkutik dan menyulitkan BI mencari sumber pendanaan.
Sistem Ekonomi Kapitalis Merampas Kekayaan Umat
Pelemahan rupiah makin kuat. Ada banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Namun yang paling utama adalah ketergantungan pada dollar sebagai mata uang dunia.
Kondisi ini terjadi karena Dunia secara keseluruhan berada di bawah imperialisme Amerika Serikat dan sekutunya. Jika diamati lebih cermat, hal ini merupakan kekuatan semu yang hanya didasari perjanjian semata, masih bisa ditolak dan diubah.
Dampak pelemahan rupiah dirasakan berbagai pihak dan makin menyulitkan kondisi ekonomi rakyat dalam berbagai aspek. Hal ini dikarenakan sistem kapitalisme menjadikan kedaulatan di tangan rakyat melalui sistem perwakilan. Dalam sistem ekonomi kapitalis, pemilik modal adalah penguasa atas seluruh aset kekayaan alam.
Sehingga muncul ketidakharmonisan strata sosial di masyarakat, di mana rakyat hanya dijadikan objek konsumtif sedangkan pemodal kian meninggi stratanya dan menjadi kalangan elit yang menguasai sebagian besar hajat hidup umat. Ketimpangan sosial ini kian kentara ketika pelemahan rupiah memiliki dampak yang berantai, mulai dari harga barang impor naik, inflasi rupiah meninggi dan daya beli melemah.
Sistem Ekonomi Islam, Mata Uang Berbasis Emas
Islam menetapkan sistem mata uang berbasis emas. Sistem ini lebih stabil dan adil sehingga secara ekonomi lebih aman. Islam meletakkan kedaulatan berada di bawah kendali hukum Allah SWT dengan asas akidah Islam. Dalam sistem Islam, seluruh aset kekayaan alam dikelola negara kemudian hasilnya dikembalikan lagi untuk kemaslahatan rakyat.
Hal ini telah terbukti bahwa sistem mata uang emas dapat menjaga kestabilan perekonomian dunia selama 13 abad di perdagangan internasional yang berlangsung jujur dan tidak manipulatif. Dengan sistem mata uang emas, ekonomi negara dan rakyat akan stabil dan membuat rakyat hidup tenang.
Ada enam keunggulan mata uang emas (dinar) dan perak (dirham) – sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Abdul Qadim Zallum dalam bukunya Islamic Economics; Ekonomi Syari’ah bukan Opsi tapi Solusi – dipaparkan sebagai berikut:
Pertama, emas dan perak adalah komoditas sebagaimana komoditas lainnya semisal unta, kambing, besi atau tembaga.
Kedua, sistem emas dan perak menjamin kestabilan moneter.
Ketiga, sistem emas dan perak menciptakan keseimbangan neraca pembayaran antarnegara yang secara otomatis untuk mengoreksi ketekoran dalam pembayaran tanpa intervensi (tekanan) dari Bank Sentral.
Keempat, sistem emas dan perak mempunyai keunggulan sangat prima yaitu berapapun kuantitasnya dalam suatu negara, baik banyak maupun sedikit dapat mencukupi kebutuhan pasar dalam pertukaran mata uang.
Kelima, sistem emas dan perak mempunyai kurs yang stabil antarnegara.
Keenam, sistem emas dan perak memelihara kekayaan emas dan perak yang dimiliki setiap negara. Jadi, emas dan perak tidak akan lari dari satu negeri ke negeri lain.
Karena sistem ekonomi berbasis mata uang emas dan perak telah dibuktikan pada masa kekhilafahan yang menerapkan sistem Islam. Tentunya jawaban dari kerusakan saat ini adalah kembali menerapkan Islam dalam bentuk sistem bukan lagi sebatas ritual ruhiyah semata.
Tidak dipungkiri, kembalinya kehidupan Islam di abad 21 ini senyatanya menjadi kebutuhan umat manusia, karena tidak ada peradaban lain yang menandingi kehebatan peradaban Islam.[]
Comment