Oleh: Susi Mariam Mulyasari, S.Pd.I, Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Banyak masyarakat awam terutama kaum ibu menjadi korban Pinjol. Hal ini disebabkan kurangnya literasi terkait Pinjol itu sendiri. Namun, mahasiswa yang memiliki intelektual dengan literasi yang cukup literasi juga menjadi korban pinjol.
Heboh pemberitaan ratusan mahasiswa menjadi korban Pinjol di salah satu universitas ternama di Indonesia karena tergiur akan investasi usaha yang menguntungkan.
Pengamat keuangan, Piter Abdullah seperti ditulis republika.co.id menilai mereka yang terjebak itu tidak memiliki kemampuan keuangan, dan tidak memiliki literasi pengetahuan mengenai masalah ini.
Terjadinya pergeseran budaya dan gaya hidup yang menggerus masyarakat termasuk mahasiswa di dalamnya menjadi satu aspek yang harus digaris-bawahi. Sebab tujuan sistem pendidikan tinggi adalah menjadi problem solving bagi kehidupan bernegara, namun nyatanya tidak demikian.
Kualitas sistem pendidikan negeri ini tidak mampu menjadi solusi terhadap masalah yang terjadi meski banyak kampus-kampus yang berhasil meluluskan mahasiswanya untuk jurusan dan disiplin ilmu tertentu seperti pertanian, peternakan, dan lain-lain.
Realita bahwa beberapa komoditi kita masih impor dari negera lain. Berapa banyak lulusan perguruan tinggi di bidang minerba, minyak, gas bumi, dan lain-lain, namun nyatanya tidak mampu mencegah naiknya harga bahan bakar minyak dan gas padahal Indonesia kaya akan SDA.
Mahasiswa menjadi korban pinjol menjadi sebuah otokritik terhadap kualitas dan orientasi pendidikan sebagai kerangka dasar pembentukan karakter dan SDM indonesia. Penyelenggara pendidikan tidak butuh upaya pencitraan.
Berbagai masalah akan terus dihadapi sistem pendidikan kita, mulai dari hulu sampai ke hilir. Hal ini disebabkan kapitalisme sebagai biang keladi di samping sekularisme dijadikan sebagai landasan sistem pendidikan dan menjauhkan manusia dari fitrahnya – hawa nafsu menjadi pegangan dalam hidupnya.
Ironisnya, siap-siap bangsa kita akan mendapatkan bonus demografi dengan kualitas yang memprihatinkan. Oleh karena perlu ada sebuah dorongan perubahan terkait cara pandang kita terhadap pendidikan.
Perlu dipahami pendidikan sangat tergantung kepada pondasi yang melandasinnya, sebab pendidikan tidak berdiri sendiri, banyak elemen yang harus ditentukan. Namun hal paling fundamental yang harus dilakukan adalah merekonstruksi pondasi pendidikan di negeri ini.
Sekularisme yang menjadi pondasi sistem pendidikan kita menjadi salah satu sumber masalah. Perlu diikhtiarkan alternatif pondasi yang lebih baik. Indonesia dihuni oleh mayoritas umat Islam sehingga sangatlah wajar menjadikan aspirasi Islam sebagai upaya dan ikhtiar perubahan yang lebih baik ke depan. Sebuah upaya panjang yang perlu diperjuangkan secara apik.
Sejarah peradaban manusia telah mencatat bagaimana Islam diterapkan dan mampu menghadirkan sistem pendidikan gemilang di semua cabang ilmu.
Oleh karena itu tak ada alasan bagi umat islam berdiam diri memperjuangkan Islam agar menjadi landasan dan pondasi pendidikan baik pada level nasional maupun internasional. Wallahu alam Bishowab.[]
Comment