Penulis : Risma Febrianti | Mahasiswi
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Mahasiswa merupakan sosok terpelajar di tingkat perguruan tinggi. Di masyarakat umum, mahasiswa memiliki gengsi tersendiri yang memiliki peran penting membantu menyejahterahkan kehidupan masyarakat. Mahasiswa juga disebut sebagai agen dari sebuah perubahan (Agent of Changes) yang besar untuk kemajuan bangsa dan negara.
Ironi, mahasiswa yang diharapkan keberadaannya sebagai agen perubahan di era ini sulit untuk direalisasikan. Berbagai insiden tindak kriminal justru hadir di kalangan mahasiswa, seperti kasus seorang mahasiswa yang tega membunuh juniornya hanya karena iri dan disinyalir pelaku terlilit oleh pinjaman online.
Mahasiswa ini membunuh adik angkatan kampusnya di salah satu kos-kosan lalu membungkus mayat korban dengan plastik sampah dan disimpan di kolong tempat tidur. Pelaku lalu mengambil semua aset korban, seperti laptop dan iphone.
Seperti dilansir zonamahasiswa Mahasiswa jurusan Sastra Rusia angkatan 2022 berinisial MNZ (19) ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan. Tubuhnya yang terbungkus plastik ditemukan di kamar kosnya di kawasan Kukusan, Beji, Depok.
Tubuh malangnya ditemukan tergeletak di bawah kolong tempat tidur pada hari Jumat (4/8/23) lalu. Setelahnya, AAB lantas membawa harta benda MNZ seperti laptop merek Macbook, dompet hingga ponsel merek iPhone. Temuan ini dibenarkan oleh Wakasatreskrim Polres Depok, AKP Nirwan.
“Pelaku iri dengan kesuksesan korban dan terlilit bayar kosan serta pinjol,” ungkap Nirwan.
Kasus ini menambah list kasus pembunuhan di Indonesia, mirisnya hal ini dilakukan oleh dan twrhadap mahasiswa. Mahasiswa sebagai harapan bangsa – dan indikasi keberhasilan sebuah negara dilihat dari pemudanya kini hanya isapan jempol saja.
Jika ditelisik, semua ini hadir ketika kapitalis mencengkram sistem yang menghasilkan generasi dengan mental yang tidak kokoh karena dihadapkan dengan kebiasaan hidup hedon dan serba instan namun minim perjuangan dan terbentur oleh kondisi ekonomi yang sulit. Akibat dari sistem ini, pemuda tumbuh dengan taraf kemandirian dan kerja keras yang rendah – membuat akal mereka lemah yang berujung dengan perilaku kriminal.
Berbeda dengan generasi yang lahir dalam sistem Islam. Sistem islam menghadirkan generasi cemerlang. Mereka hadir dan tumbuh sebagai ilmuwan-ilmuwan bukan generasi lemah seperti sekarang. Sebut aja, Al-Khawarizmi, misalnya, seorang ahli matematika yang dikenal Barat dengan Algebra atau Aljabar. Dengan kecerdasannya, beliau merumuskan hitungan matematika jauh lebih mudah dengan angka nol ketika peradaban Romawi masih menggunakan angka romawi yang susah dipelajari.
Hal ini terjadi karena faktor keberhasilan mereka adalah keimanan dan keilmuannya. Negara melaksanakan sistem pendidikan berbasis Islam, ditopang sistem ekonomi yang menyejahterakan dan kebijakan yang bersumber pada syariat Islam. Alhasil, seluruh lapisan masyarakat merasakan hak pendidikan di semua jenjang secara gratis tanpa dipungut biaya.
Maka hadirlah generasi yang diharapkan yaitu sebagai agen perubahan dan menciptakan peradaban yang cemerlang.[]
Comment