Lulu Nugroho*: Joker, Ketika Pelaku Kejahatan Jadi Pemeran Utama

Opini802 Views

RADARINDONESIANEWS.OM, JAKARTA – Film Joker bukan film anak-anak. Sekalipun pemeran utama berhias bak badut, tapi dia sungguh tidak lucu. Para orang tua yang membawa anak-anak mereka ke bioskop akan terkecoh saat melihat adegan demi adegan seram dan menegangkan.

Sejak rilis di bioskop, film ini menjadi perhatian khalayak ramai. Dibintangi oleh Joaquin Phoenix, film ini membawa perjalanan seorang pria yang terganggu secara mental kemudian menjadi seorang pembunuh. Kini para sineas semakin kreatif, musuh klasik Batman dijadikan sebagai pemeran utama.

Alhasil penonton akan terbawa alur berpikir tokoh utama. Penonton dihadapkan pada situasi yang seolah wajar, membenarkan, bahwa terjadinya berbagai tindak kejahatan dari seseorang yang sakit jiwa, akibat tidak adanya keadilan di tengah masyarakat. Tanpa solusi sahih, penjahat dipuja sebab ia adalah pemeran utama dalam film.

Dari tontonan, masyarakat akan belajar. Maka sajian tontonan yang tidak mengandung unsur edukasi, hanya akan membelokkan masyarakat dari pemikirannya yang lurus. Berbahaya, sebab tayangan minim ilmu akan diduplikasi dan diikuti, disetujui sebagai pemikiran yang benar.

Hal ini pernah disampaikan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyatakan hal yang membingungkan di hadapan para wartawan di Gedung Putih. Ia menyalahkan Hollywood yang menginspirasi tindak kejahatan di masyarakat, Jumat 9/8/2019.

Sebab telah terjadi penembakan massal yang menewaskan 12 orang di teater Colorado selama pemutaran film Batman lainnya pada 2012 lalu. Hal sama pun terjadi ketika seorang pria mabuk meresahkan, saat ia bertepuk tangan tanpa henti pada pemutaran perdana ‘Joker’ di New York. Hingga polisi mengamankannya. (CNNIndonesia, 7/10/2019)

Akan tetapi Warner Bros menargetkan film ini berada di puncak peringkat box office pada akhir pekan lalu. Rekor ‘Joker’ di pasar domestik Amerika Utara memperoleh US$93,5 juta atau setara dengan Rp1,3 triliun pada akhir pekan debut.

Film-film minim edukasi, berbahaya jika beredar di tengah masyarakat. Maka negara perlu melakukan penjagaan akidah. Negara memiliki kekuatan untuk menyeleksi tayangan yang layak untuk ditonton. Tayangan kekerasan hasil buah pikir sekularisme akan berdampak pada penonton.

Tidak hanya melalui film, bisa dari games, musik-musik keras dan gaya hidup serba boleh yang diadopsi dari luar, membuat generasi terpapar adegan kekerasan. Apalagi kini angka kriminalitas semakin meningkat dan mengkhawatirkan. Sebab pelaku mulai muncul dari kalangan remaja. Negara harus melindungi dan memberi kenyamanan rakyat.

Oleh sebab itu ‘Joker’ sangat berbahaya, sebab pelaku kejahatan menjadi bintang, pemeran utama. Penonton seolah diminta maklum, maka bukan tidak mungkin akan muncul ‘Joker’ lain hasil bentukan akibat negara salah urus. Tanpa solusi, kejahatan dibiarkan merajalela. Bahkan dengan penerapan sistem kehidupan yang salah, akan menciptakan aktor-aktor baru dalam kehidupan nyata. Wallahu ‘alam.[]

*Lulu Nugroho, Muslimah Penulis dari Cirebon

Comment