Oleh: dr Sigit Setyawadi, SpOG*
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Sahabat BMSO yang sudah menikah, mungkin pernah mengalami pulang agak terlambat, membawa kue coklat kesukaan isteri. Sesampai di rumah, isteri dengan muka cemberut menyambut Anda. Kemudian terjadi pertengkaran membahas keterlambatan Anda pulang ke rumah.
Mungkin ada juga yang baru pulang dari luar kota. Sesampai di rumah, isterinya bertanya, “Kok nggak bawa oleh oleh ?” Anda menjawab seharian sibuk meeting sehingga nggak sempat beli oleh oleh. Anda mencoba merangkul isteri tetapi isteri menghindar kemudian masuk ke dalam. Sepanjang hari suasana rumah menjadi tidak nyaman.
Apa yang salah dari apa yang dialami oleh ke dua suami di atas? Suami yang satu mencoba pulang membawa oleh oleh tetapi diacuhkan oleh isterinya. Sedang satunya tidak membawa oleh oleh dan itu membuat sang isteri marah.
Itulah yang umum terjadi di masyarakat kita, hal hal kecil yang tidak diperhatikan oleh masing masing. Komunikasi yang tidak nyambung antara suami dan isteri. Satu bicara bahasa Sunda dan dibalas dengan bahasa Madura. Akhirnya keduanya merasa tidak cocok satu sama lain dan inilah bibit bibit sebuah perceraian.
Kesalah pahaman itu terjadi karena masing masing tidak mengerti dengan bahasa kasih sayang terhadap pasangannya. Setiap orang dari kita memiliki bahasa kasih sayang sendiri sendiri.
Jika mereka bicara dengan bahasa kasih sayang yang kita mengerti, maka kita akan menganggapnya dia mencintai kita. Tangki cinta kita akan menjadi penuh. Sebaliknya jika dia berbicara dengan bahasa kasih sayang yang tidak kita mengerti, maka kita jadi merasa tidak dicintai. Itu akan menguras tangki cinta kita.
Jika tangki cinta kita terkuras habis, maka kita merasa tidak dicintai lagi dan itu akan meningkatkan potensi pertengkaran serta perpisahan.
Hampir semua penyebab ketidak harmonisan rumah tangga disebabkan karena ketidak mengertian masing masing pasangan dengan bahasa kasih sayang masing-masing pasangannya, Akibatnya mereka seperti berbicara dalan bahasa yang tidak saling di mengerti.
Garry Chapman mengatakan bahwa ada 5 bahasa kasih sayang yang utama, yaitu:
1. Pelayanan
2. Hadiah
3. Sentuhan fisik
4. Waktu yang berkualitas.
5. Kata kata pendukung.
Pada kasus suami yang pertama, si suami mungkin memiliki bahasa kasih sayang dengan sebuah hadiah sehingga dia merasa bahwa setiap orang akan senang jika mendapat oleh oleh makanan yang disukai. Tetapi sayang sekali, bahasa kasih sayang isterinya adalah waktu yang berkualitas. Sehingga ketika suaminya terlambat datang, dianggap telah mengabaikan dan tidak mencintainya, dan itu memicu kemarahan.
Di kasus ke dua, bahasa kasih suami adalah sentuhan fisik, dia senang di rangkul, ditepuk pundaknya dan sebagainya. Tetapi isterinya memiliki bahasa kasih seperti bungsu saya, yaitu hadiah.
Ketika suami pulang dari luar kota tidak membawa oleh oleh, artinya dianggap tidak begitu mencintai dia. Tangki cinta di isteri mungkin berkurang lagi. Ketika suaminya ingin merangkul untuk menunjukkan kasih sayangnya, si isteri berkata dalam hati, “Sudah nggak bawa oleh oleh, nyosor saja”, dan dia menghindari rangkulan suami tadi.
Suami isteri akan tetap hidup harmonis sepanjang tangki cinta masing masing penuh. Jika ada pihak yang tangki cintanya tersedot terus sampai habis,
usahakan terus menerus mengisi tangki cinta pasangan kita, dan dunia akan terasa seperti sorga.[]
**Dokter spesialis (pensiun) karena telah mendapatkan penghasilan pasif dari Amway
Comment