Lestari*: Korean Wave, Layakkah Jadi Panutan?

Opini646 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Secara umum, korean wave atau biasa juga dikenal sebagai K-pop adalah budaya pop korea seperti musik, film, dan serial TV.

Saat ini, ketiga produk tersebut mendunia dan terkenal, yang dengannya orang jadi tertarik untuk belajar budaya-budaya korea lainnya. Menyebarnya budaya korean wave ini juga turut menyapa Indonesia.

Terkait Korean wave, beberapa waktu lalu ada pernyataan dari salah satu sosok pemimpin negeri ini yang menimbulkan kontroversi di tengah-tengah masyarakat. Beliau berharap jika tren K-pop dapat mendorong munculnya kreativitas anak muda Indonesia yang berujung pada giatnya mereka mempromosikan budaya bangsa ke dunia internasional. Pernyataan tersebut sebagaimana dikutip dari media tirto.id (20/9/2020).

Pernyataan dari pemimpin tersebut tentu saja menimbulkan pertanyaan. Bagaimana tidak, realitas mengungkapkan jika budaya K-pop kebanyakan bernilai negatif. Meski dari sisi materi berlimpah ruah, namun pesan yang dibawa dari musik, film, maupun fashion sangat berbeda jauh dari budaya nusantara. Terlebih, Indonesia terkenal sebagai negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Setidaknya, ada beberapa alasan mengapa budaya K-pop tidak bisa menjadi suri teladan bagi generasi muda Indonesia. Dari segi fashion misalnya. Telah jelas, jika negara asal Korean wave, yakni Korea Selatan (Korsel) mengenal konsep fashion ala ideologi negara mereka. Yakni, Demokrasi. Otomatis, fashion mereka sarat dengan pesan kebebasan, tanpa menutup aurat. Jangan heran, jika di video musik, iklan, hingga film-film yang gencar mereka promosikan ke seluruh dunia pemerannya akan mengenakan pakaian yang tidak menutup aurat secara sempurna.

Sedangkan dari sisi makanan, nyata jelas budaya Korsel tidak mengenal konsep halal, haram, maupun thayyib (baik). Sehingga, makanan maupun minuman yang sering ditampilkan dalam serial drama korea juga akan mengikut budaya tersebut.

Maka, hidangan-hidangan yang bagi negeri dengan penduduk mayoritas Islam memiliki status haram dan tidak boleh dikonsumsi, akan banyak terdapat didalam film serta serial drama tersebut.

Yang paling miris adalah fakta jika angka bunuh diri di Korsel begitu tinggi. Realiasnya, kehidupan yang diatur seolah-olah sempurna dalam film maupun serial drama memberikan harapan-harapan tinggi bagi muda-mudi disana.

Bisa dikatakan, kehidupan materialistis yang disodorkan drakor, sukses membius penontonnya untuk berhalusinasi tingkat tinggi. Tatkala angan-angan untuk menjadi seperti yang diinginkan tidak bisa tercapai, bunuh diri menjadi salah satu cara untuk melepaskan beban.

“Bunuh diri terjadi di mana-mana,” demikian tulis Young-Ha Kim, seorang penulis dari Korea Selatan untuk artikelnya di New York Times.

Memang, angka bunuh diri di Negeri Gingseng ini paling tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya, seperti Jepang, Jerman, Inggris, dan Amerika. Sebagian besar diakibatkan depresi. Tekanan kerja, tekanan belajar, hingga tekanan kehidupan rumah tangga, semua itu menjadikan mereka ingin mengakhiri hidupnya.

Sederet fakta di atas cukuplah menjadi penjelasan bagi generasi muda saat ini untuk tidak menjadikan K-pop sebagai panutan.

Pasalnya, generasi muda merupakan tonggak pembangun peradaban bangsa. Yakni, ditangan merekalah masa depan sebuah negara dipertaruhkan.Dengan alasan tersebut, panutan mereka juga harus yang terbaik, yang akan membentuk kepribadian mereka dengan karakter terbaik pula.

Untuk membentuk kepribadian terbaik itu, peran negara sangat penting. Seperti menyediakan fasilitas-fasilitas terbaik, pengajaran-pengajaran terbaik, hingga menjelaskan sosok panutan terbaik. Sebagai negeri dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia seharusnya telah memberi maklumat sabiqoh (pengetahuan sebelumnya) bagi rezim jika semua yang terbaik ada pada Islam.

Hal ini senada dengan penjelasan Sang Pencipta dalam QS. An Nahl (16) : 89, bahwa

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”

Merujuk dari ayat tersebut nyata jelas jika segala sesuatu yang ada di dunia ini bisa diselesaikan dengan syariat Sang Pencipta tanpa harus menjadikan budaya asing sebagai panutan.

Dengan syariat yang memiliki solusi bagi semua permasalahan hidup, untuk membentuk generasi muda berkepribadian tangguh, kreatif, melek agama serta paham dunia bukanlah hal yang sulit. Tentu saja, generasi terbaik seperti itu akan bisa menorehkan tinta emas bagi peradaban yang gemilang, jauh melebihi prestasi K-pop saat ini. Wallahua’lam.[]

*Mahasiswi Universitas Halu Oleo

*Mahasiswi Universitas Halu Oleo

Comment