RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Seperti mengurung kucing melepaskan singa, himbauan untuk berdiam di rumah ketika libur panjang tidak di barengi dengan penutupan tempat wisata
Seperti dilansir fixindonesia.com, jelang libur cuti bersama dan libur nasional Maulid Nabi tgl 28 sampai dengan 30 Oktober 2020 lalu, Bupati Bandung Dadang M Nasir menghimbau masyarakat untuk menghabiskan libur panjang di rumah.
Tentu himbauan itu hanya dianggap omong kosong tanpa makna ketika tempat-tempat wisata tetap di buka.
Masyarakat sudah paham betul bahwa sampai dengan hari ini virus Covid-19 masih ada, masih membayang-bayangi keselamatan mereka, yang pada ahirnya timbul keraguan di tengah-tengah masyarakat itu sendiri ketika upaya pencegahan untuk menghilangkan wabah virus Covid-19 ini tidak ditangani dengan serius.
Penanganan di lapangan yang tidak berimbang bukan hanya dari sektor pariwisata saja boleh buka, namun juga ketimpangan penanganan lain yang akhirnya muncul spekulasi di tengah-tengah masyarakat.
“Sebenarnya wabah ini ada tidak?” Ketika seorang ibu atau orangtua yang mengeluhkan proses belajar anaknya di sekolah dengan harus daring, yang akhirnya banyak sekali timbul permasalahan mulai dari orangtua yang naik tensi darahnya (darting), pengeluaran karena harus membeli kuota, signal yang buruk, pelajaran yang sulit untuk dipahami, terjadinya kasus pembunuhan terhadap anak tersebab dari sistem daring ini, ada siswa yang bunuh diri, dan lain-lain.
Namun, di sektor-sektor lain masih tetap dibiarkan berjalan padahal terjadi banyak kerumunan seperti pasar tradisional, mall-mall.
Maka memutus mata rantai penyebaran Covid-19 ini bukan hanya kesiapan dari tim medis dalam mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 di masa libur panjang saja.
Seperti diungkap kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung France Medina Purnami, untuk menghindari lonjakan kasus positif, pihaknya akan tetap memberikan pelayanan kesehatan selama libur panjang.
“Kabupaten Bandung memiliki 62 Puskesmas. Lima di antaranya memiliki tempat perawatan dan akan membuka selama 24 jam. Sementara 57 Puskesmas tanpa ruang perawatan, tetap melayani masyarakat yang akan berobat dengan sistem piket. Setiap Puskesmas minimal ada lima tenaga kesehatan yang siap melayani setiap harinya.
Tidak hanya Puskesmas, tiga RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) juga siap melayani masyarakat pada libur.
Masyarakat butuh kepastian, rasa aman dan hidup normal dari bayang-bayang ancaman virus ini, pemerintah seharusnya mengupayakan semua itu dengan maksimal tidak boleh setengah-setengah agar wabah ini segera berakhir.
Bagaimana Islam memberikan solusi dalam menangani wabah ini.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw.: Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwasanya dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang wabah (tha’un), maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepadaku:
“Bahwasannya wabah (tha’un) itu adalah adzab yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah jadikan sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah seseorang yang ketika terjadi wabah (tha’un) dia tinggal di rumahnya, bersabar dan berharap pahala (di sisi Allah) dia yakin bahwasanya tidak akan menimpanya kecuali apa yang ditetapkan Allah untuknya, maka dia akan mendapatkan seperti pahala syahid.”
Hadis ini dapat dijadikan dasar demi kepentingan bersama untuk menanggulangi merebaknya virus Corona. Apalagi virus Corona ini sangat reaktif terhadap orang dewasa, dan mekanisme penularan dan strategi pengobatan masih belum jelas. Maka alternatif lockdown sebagaimana yang pernah dilakukan Rasulullah saw. sangat efektif untuk dilakukan segera.
Islam juga tidak menghendaki kemudharatan kepada umatnya. Oleh karena itu, setiap kemudharatan wajib hukumnya untuk dihilangkan, sehingga pencegahan terhadap hal-hal yang mendatangkan kemudharatan lebih dikedepankan daripada menarik suatu kemaslahatan di dalamnya.
Termasuk mencegah merebaknya virus Corona ini harus dilakukan dengan segala upaya termasuk mengambil risiko yang bahayanya lebih sedikit untuk menghindarkan diri dari bahaya yang lebih besar.
Dengan demikian baik kebijakan lockdown maupun social distancing merupakan salah satu cara untuk mengindarkan diri dari mafsadat (keburukan) yang ditimbulkan wabah virus Corona yang telah menjadi pendemi global.
Lebih dari itu, ajaran Islam sarat dengan tuntunan untuk berpola hidup sehat baik secara jasmani maupun rohani. Mulai dari ajaran untuk menghindari penyakit dan segera berobat apabila sakit, bersabar dan banyak istighfar bila mendapatkan musibah, pantang berputus asa, dan merawat serta memperlakukan orang yang sedang sakit dengan cara baik.
“Jika sedang tertimpa musibah, termasuk jika sedang sakit, diperintahkan untuk banyak bersabar sambil berikhtiar.” (QS. Luqman [31] : 7)
“Dan memelihara dirinya sendiri dari berbagai bencana dan penyakit yang mengancam dirinya.” (QS. Al-Baqarah [2] : 195).
Kesemuanya itu sangat penting dilakukan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai salah satu ikhtiar untuk menyetop penyebaran virus tersebut.
Maka hanya dengan aturan Islam yang kaffah lah kita akan bisa keluar dari semua permasalahan dalam kehidupan.
Wallahu a’alam bishshawab.[]
*Ibu Rumah Tangga
Comment