RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Jika bertanya kepada semua orang saat ini apa yang mereka rindukan pasti akan menjawab; rindu kumpul dengan kawan-kawan, kangen hangout bersama, ingin wisata kuliner dan sebagainya. Tetapi bagi sebagian orang ada juga yang merindukan berkumpul di Majlis Taklim, rindu duduk melingkar dalam bertholabul ilmi dan ingin kembali beraktivitas seperti biasa.
Apalagi dimomen ramadhan. Semua orang akan memanfaatkan hari-harinya di luar rumah meski dengan berjalan-jalan sore alias ngabuburit atau hanya sekedar mencari menu untuk berbuka. Belum lagi sholat terawih dan belum afdol rasanya jika diakhir ramadhan tidak menghabiskan waktu di jalan untuk bertemu keluarga besar dikampung alias mudik.
Kita tidak bisa menyalahkan keadaan sebab semua atas kehendak-Nya. Kita pun tidak boleh mengeluh karena aktivitas kita dibatasi. Jika dihadapi dengan pemikiran yang jernih dan hati yang senantiasa berprasangka baik kepada Allah justru kita akan merasa bahwa inilah cara “Ia” untuk menegur kita (manusia). Inilah momen kita untuk bermuhasabah dan memperbaiki diri.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
ذَٰلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ
“Demikianlah, apabila Allâh menghendaki niscaya Allâh akan membinasakan mereka, tetapi Allâh hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain” [Muhammad/47: 4]
Menjalani ramadhan dengan anjuran stay at home tidak boleh dijadikan alasan untuk semakin bermalas-malasan. Justru dengan menjalani ibadah ramadhan di rumah saja kita bisa mengurangi kegiatan maksiat yang dilakukan di luar rumah, seperti ghibah dengan tetangga atau jalan-jalan berduaan dengan lawan jenis.
Maka, dengan di rumah aja kita seharusnya bisa jauh lebih baik dan lebih banyak waktu dilakukan untuk hal-hal positif. Seperti sholat tepat waktu, menambah ibadah sholat sunnah yang biasanya bentrok dengan jadwal kerja kita lalai, bisa menghatamkan Al-qur’an lebih cepat, bisa menyelesaikan bacaan buku yang tertunda sebab aktivitas di luar rumah dan sebagainya.
Asyik kan? Asyik dong. Jadi, menyikapi sebuah keadaan akan menjadi keuntungan jika kita berfikir dengan mustanir (cemerlang) dan disikapi dengan hati yang lapang. Tiada guna mengeluh karena tidak akan merubah keadaan. Rugi, jika dimomen ini hanya untuk bermalas-malasan dan semakin menjauhkan kita dengan Allah.
Karena semua terjadi ada sebab akibat. Allah tidak akan semena-mena memberi ujian jika manusia tidak seenaknya dalam berbuat. Bahkan manusia-manusia pilihan, seperti Rosulullah dan para sahabat yang keimanannya diatas rata-rata pun Allah berikan ujian. Apalagi kita, hamba yang tidak tau diri mengharapkan syurga tapi tidak mencerminkan akhlak yang surgawi.
Malu. Harusnya kita malu sebagai makhluk yang lemah, terbatas dan kecil ini sombong atas nikmat-nikmat yang Allah berikan. Tak sedikitpun Allah mengurangi nikmatnya meski kita sering lalai atas perintah-Nya, mengabaikan larangan-Nya. Bahkan, Allah uji dengan menurunkan virus, makhluk yang sangat kecil pun manusia kacau dibuatnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman
:وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
“Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah’” (An Nisa: 2)
Maka, sebelum ramadhan ini berakhir sepatutnya kita memperbaiki diri dari segi akhlak, ibadah dan aturan hidup. Karena hanya dibulan ini Allah menggadakan pahala, Allah memudahkan do’a-do’a diijabah. Jika dibulan ramadhan biasa saja Allah menggadakan pahala, apalagi ramadhan kali ini kita menjalaninya ditengah pandemi?
Jika kita menyikapinya dengan sabar, ditambah dengan ibadah-ibadah yang dilakukan selama ramadhan berapa banyak pahala yang akan kita dapat? Maha Baik Allah dengan segala cara-Nya.
Maka, jangan tunggu Allah memberikan ujian yang lebih besar untuk menyadarkan kita. Jangan menunggu kematian lantas kita menyesal karena terlambat untuk bertaubat.Wallahu’alam.[]
*Komunitas Remaja MoveOn Karawang
Comment