Oleh : Watini Alfadiyah, S. Pd, Praktisi Pendidikan
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Kini pemerintah semakin serius untuk memastikan kurikulum kampus adalah kurikulum industri. Bahkan, Presiden Joko Widodo meminta perguruan tinggi melibatkan berbagai industri untuk mendidik para mahasiswa.
Di era penuh disrupsi seperti sekarang ini, kata dia, kolaborasi antara perguruan tinggi dengan para praktisi dan pelaku industri sangat penting.
“Ajak industri ikut mendidik para mahasiswa sesuai dengan kurikulum industri, bukan kurikulum dosen, agar para mahasiswa memperoleh pengalaman yang berbeda dari pengalaman di dunia akademis semata,” kata Jokowi dalam Konferensi Forum Rektor Indonesia yang ditayangkan YouTube Universitas Gadjah Mada.(Selasa/27/07/2021/kompas.com).
Komitmen perguruan tinggi mengembangkan kurikulum berbasis industri sudah menjadi syarat mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar lagi di era persaingan global. Namun sayangnya, masih banyak kampus yang hadir hanya sebatas hadir, namun tidak mengubah kurikulum mereka sesuai kebutuhan industri.
Brand Communications Manager Kalbis Institute, Raymond Christantyo mengatakan, saat ini perguruan tinggi harus menjadi rumah bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan akademik dan nonakademik. Sementara itu, kurikulum menjadi landasan untuk mahasiswa belajar.
“Sehingga saat mereka lulus, mahasiswa mampu diterima secara cepat di dunia industri dan dunia usaha.” Ujar Raymond. (Jumat/22/01/2021/medcom.id).
Seiring pemerintah yang semakin serius menjadikan kurikulum industri sebagai kurikulum kampus, tentu akan menggeser kurikulum yang berorientasi intelektual inovatif.
Tri Dharma Perguruan Tinggi; Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian kepada Masyarakat sekitarnya tentu akan tumbang. Akhirnya, benar-benar – tujuan pendidikan akan bergeser karena harus bisa mengikuti kebutuhan pasar industri.
Hal ini tentu akan membahayakan karena focus pendidikan yang didapat dari mahasiswa tidak lagi berupa keahlian di bidang ilmu tertentu dan bergeser hanya sebatas bisa memenuhi kebutuhan pasar industri. Kalau memang demikian berarti dunia industri dan korporasi telah membajak potensi intelektual generasi.
Hal ini harus kita renungkan, karena merupakan ancaman jangka panjang bagi sebuah bangsa. Bagaimana tidak, karena sebuah bangsa akan kehilangan sumber daya manusia dan pakar ilmu yang seharusnya menjadi sumber lahirnya inovasi. Hasil inovasi-inovasi akan membawa kemaslahatan bagi rakyat tentunya. Namun, sumber daya manusia yang demikian tidak didapatkan. Justru yang didapati adalah sumber daya manusia sebatas operator mesin industri.
Lihatlah bagaimana Islam yang telah terbukti mampu menyejahterakan dan memuliakan manusia. Hal ini tampak pada beberapa aspek : Desain politik dan sistem pendidikan khususnya pendidikan tinggi yang mulia dan memuliakan baik dari segi tujuan, kurikulum, hingga tata kelolanya yang berbasis syariah, desain riset negara yang selaras dengan kebijakan politik dalam dan luar negeri negara, konsep anggaran yang bersifat mutlak, desain industri berlangsung di atas prinsip politik industri berbasis industri berat.
Sebab salah satu kunci dari kemandirian suatu negara adalah keberhasilan membangun negara industri. Jadi dengan demikian tampak jelas bahwa dalam Islam pendidikan itu bertujuan untuk membentuk manusia yang : (1) Memiliki kepribadian Islam; (2) Handal menguasai pemikiran Islam; (3) Menguasai ilmu-ilmu terapan IPTEK (ilmu, pengetahuan, dan teknologi); (4) Memiliki keterampilan yang tepat guna dan berdaya guna; dan (5) Mampu menjadi pemimpin peradaban dunia.
Melalui sistem pendidikan Islam yang demikian ini lahirlah output generasi berkualitas, baik dari sisi kepribadian maupun dari penguasaan ilmu pengetahuan. Perannya di tengah-tengah masyarakatpun bisa dirasakan, baik dalam menegakkan kebenaran maupun dalam menerapkan ilmu-ilmunya.
Jelaslah bahwa Sistem Pendidikan Islam akan menghasilkan generasi mulia sekaligus mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dengan sangat pesat, sehingga wajar bila pada abad pertengahan, Islam menjadi pusat peradaban dan rujukan berbagai ilmu pengetahuan.
Terbukti Islam mampu menjawab persoalan kurikulum dan kualitas generasi, bahkan mampu mendorong terwujudnya peradaban yang mulia dan agung yang berbeda dengan sistem pendidikan saat ini. Wallahu’alam bi-ashowab.[]
Comment