Oleh: Ina Agustiani, S.Pd, Praktis Pendidikan
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Dunia sudah semakin tua. Seperti layaknya orang tua yang telah renta, perlu diperhatikan kebutuhannya lebih fokus agar masa umurnya berlangsung lebih lama. Begitu pun hari ini, di saat revolusi industri 4.0 digalakan, hingar bingar kehidupan manusia dengan teknologi, gedung pencakar langit tertinggi dan kemajuan lainnya. Tanpa teknologi kita hampa dan tiada arti. Dunia memberikan apa yang dibutuhkan manusia, apa yang ada dalam isi bumi diberikan, tapi apakah manusia memberikan kompensasi atas pemberian bumi dengan sama dan setara?
Krisis energi sudah mulai digaungkan sejak 20 tahun yang lalu oleh pemerhati lingkungan. Mereka menangkap jika sinyal-sinyal krisis ini tidak ditangani dengan baik, maka dampaknya akan besar untuk masa depan.
Kini sejumlah negara di Eropa, Cina, India merasakannya. Meroketnya harga gas dan batu bara sebagai ancaman serius, dikarenakan ada dalam masa pemulihan ekonomi dan meningkatnya kegiatan produksi. Disinyalir pandemi covid juga turut menjadi pemicu.
Gubernur Indonesia untuk OPEC periode 2015-2016, Widhyawan Prawiaatmadja pada Minggu (10/10/2021) menerangkan fenomena krisis energi ada di dinamika supply dan demand, sehingga harga gas dan batu bara ada pada level tertinggi sepanjang sejarah. Lalu perfect storm, kondisi musim pada dan dingin yang parah, dan diperparah dengan investasi infrastruktur penyimpanan gas yang terkendala produksi hydro dan wind power (faktor cuaca).
Raden Pardede selaku Sekretaris Eksekutif Kementrian Koordinator Perekonomian mengatakan, karena industri minyak dan gas bumi menjadi penggerak ekonomi dunia dan komoditas utama, sehingga perlu adanya persiapan kapasitas cadangan nasional untuk menghadapi krisis. Terlebih lagi krisis akibat ditinggalkan industri fosil oleh investor, karena beralih ke energi hijau, tapi itu juga belum siap.
Posisi Indonesia
Indonesia adalah negeri yang kaya akan SDA, di saat negeri lain kelimpungan memikirkan masalah krisis, kita masih punya cadangan yang cukup, asal dikelola dengan baik.
Jokowi seperti dikutip okezone.com (24/10/2022) menuturkan bahwa kita diuntungkan karena harga komoditas yang naik, terutama di komoditas kelapa sawit, batu bara, nikel, tembaga. Mudah-mudahan perekonomian daerah bisa membaik dan merangkak naik.
Persiapan yang matang akan menjadi pemicu menuju ketahanan dan kemandirian ekonomi nasional memang yang diharapkan. Rencana ini direalisasikan dengan peningkatan hasil migas dan minyak sampai 1 juta barel per hari, sehingga Indonesia bisa mengakuisisi kebutuhan minyak luar negeri. Tahun ini kerja sama dengan AS mempu menghasilkan Rp 25,9 miliar per tahun.
Keyakinan akan hasil produk dalam negeri bisa bersaing kuat dengan produk luar negeri secara kualitas adalah cita-cita yang harus diwujudkan.
Pengelolaan energi dalam Islam
Melihat posisi Indonesia yang aman, seharusnya kita bisa sadar ada yang tidak beres dengan pengaturan ekonomi dunia. Negara yang satu dan lain terjadi ketimpangan ekonomi, apakah lantas kita bahagia?
Industri yang berorientasi pada uang semata, tanpa peduli lingkungan adalah bukti kerakusan manusia melalui tangan-tangan penguasa.
Kerusakan lingkungan, iklim, pencemaran limbah, sampah yang tidak bisa didaur ulang sehingga mencemari air dan tanah, adalah kesalahan dalam pengelolaannya. Eksploitasi tiada henti yang dialami hampir seluruh dunia, pemicu krisis energi.
Sistem kapitalistik mengutamakan untung dan rugi dalam semua hal, tanpa melihat dampak. Sementara sistem Islam dalam pembangunannya akan menyesuaikan dengan kebijakan negara. Ada syarat yang cukup ketat, mulai pendirian izin bangunan industri, konsentrasi limbah, analisis dampak lingkungan (AMDAL), dan timbal balik yang diberikan untuk bumi atas lahan yang akan “dieksfloitasi”, semua harus sudah final di awal.
Jika energi fosil menjadi konsumsi yang akan merusak bumi, maka konservasi energi bersih harus diriset ulang. Menguasai penuh dan mandiri bahan mentah industri, dari mulai hulu sampai hilir, tanpa intervensi asing.
Dengan begitulan, sumber daya yang memberi manfaat sebesar-besarnya untuk rakyat, bukan korporasi swasta atau pengusaha jahat.
Sistem Islam sangat berkompeten penuh terhadap kesejahteraan warga negara dengan tata kelola berbasis syariah.
Ketakwaan individu telah menciptakan manusia yang tidak mencari keuntungan semata, tetapi kemaslahatan umat menjadi prioritas dan pengamalan hukum syara bahwa perbuatan apa pun akan ada timbal baliknya di alam keabadian nanti.
Politik Islam memperhatikan kesejahteraan rakyat. Perbuatan merusak alam adalah dosa yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, dan pelakunya mendapat sanksi tegas. Sumber daya alam melimpah hidup berkah.
Allah Swt. berfirman, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang yang berbuat baik.” (QS Al- Araf: 56). Wallahu a’lam bish shawwab.[]
Referensi:
muslimahnews.com
bisnis.tempo.co
Comment