Oleh : Endang Noviyani, Komunitas Ibu Peduli Generasi
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Miris, mungkin satu kata ini yang bisa diungkapkan. Tatkala melihat generasi pemuda pemimpin masa depan, makin terjajah eksistensinya. Karena, budaya kapitalis liberal generasi “sadboy”. Akhir-akhir ini, ramai diperbincangkan ditengah masyarakat. Bahkan, menjadi sangat viral di media sosial.
Seperti diketahui, nama Fajar Sadboy kian melambung setelah diundang Denny Cagur. Potongan videonya berserakan di media sosial. Fajar juga diundang stasiun TV untuk menceritakan kisah pilunya sambil meratapi nasibnya.
Pemerhati anak Susanto menilai, tayangan televisi maupun sosial media belakangan ini lebih menyajikan program yang tidak bermutu. Salah satunya reality show yang mempertontonkan kegalauan pemuda bernama Fajar. Tersemat dengan sebutan Fajar Sadboy, sejatinya tidak pantas ditayangkan dan diperlihatkan kepada anak-anak.
“Dikhawatirkan adegan-adegan itu menjadi panutan bagi anak-anak dan remaja, sehingga mereka akan melakukan hal yang sama sesuai dengan apa yang mereka lihat di TV atau Youtube di kehidupan nyata,” kata Susanto, kepada NUonline.com Senin (2/1/2023).
Rasanya kita semua sepakat, jika remaja saat ini mengalami krisis jati diri. Kurangnya antusias generasi pada ilmu turut memperparah kondisi ini. Tujuan hidup remaja seolah hanya beredar di urusan duniawi. Ingin terkenal, punya uang banyak, dan hidup enak.
Sayangnya, remaja yang sibuk mengejar itu semua harus berhadapan dengan masalah mental dan psikis yang lemah. Ya, generasi kita mudah putus asa. Mungkin di sana masih banyak sosok Fajar lain yang kasusnya hampir sama tak jauh dari masalah percintaan, bahkan lebih parah, putus cinta lalu bunuh diri dan juga mental illness yang menjangkiti para remaja kita. Itu bukti bahwa krisis jati diri generasi itu menjadi hal yang menakutkan saat ini.
Salah satu sebab krisis jati diri remaja adalah, karena mereka tidak memiliki paradigma berpikir yang menyentuh tataran akhirat, bukan hanya dunia. Jika remaja bisa memecahkan pertanyaan mendasar ini, niscaya ketika berbuat, mereka memiliki tujuan jelas, pasti, dan tidak abu-abu.
Remaja akan menjalani hidup dengan prinsip yang khas dan tidak akan mudah terombang-ambing menjalani hidup. Seperti yang kita ketahui bahwa para sahabat Rasulullah, yang sejak usia remajanya sudah disegani karena memiliki prinsip hidup yang khas. Sebut saja Ali bin Abi Thalib. Pada usia yang masih belia, beliau mempertaruhkan nyawanya untuk menggantikan Rasulullah saat Quraisy mengepung rumah beliau ketika hendak berhijrah ke Madinah.
Ada pula Mush’ab bin Umair. Kecintaannya terhadap Islam membuatnya rela menanggalkan segala popularitas dan kemewahan dunia yang ia miliki semata untuk memperjuangkan Islam.
Semua karena pemahaman akan tujuan hidup semata untuk beribadah kepada Allah. Pemahaman ini menuntun mereka untuk berbuat berlandaskan rida Allah seraya mengabaikan penilaian manusia.
Dengan prinsip ini, mereka tidak mudah silau dengan dunia. Masa muda mereka diisi dengan berbagai amal ibadah, bukan hura-hura, apalagi dengan dalih bahwa hura-hura adalah hal wajar untuk generasi muda.
Jadi, krisis jati diri remaja saat ini ternyata bersifat sistemis. Oleh karenanya, butuh sistem kondusif untuk menciptakan remaja-remaja bermental baja yang kuat, sistem saat ini hanya melahirkan remaja yang labil dan galau. Tapi di dalam sistem Islam, remaja akan dibina menjadi remaja yang kuat dan tangguh yang hanya berpegang teguh, terhadap ajarannya yaitu syariat Islam. Wallahu’alam bish shawab.[]
Comment