Penulis: Ari Rismawati | Aktivis Muslimah Purwakarta
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Miris, harga beras sejak beberapa pekan lalu merangkak naik. Impor langsung jadi pilihan solusi Penguasa. Atau opsi lain yang menyarankan agar masyarakat tidak lagi menjadikan beras sebagai makanan pokok dan mengganti dengan Ubi, jagung dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat harian. Dapatkah solisi tersebut menjaga katahanan pangan?
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso seperti ditulis cnnindonesia mengatakan, China siap membantu Indonesia memenuhi kebutuhan beras di masa paceklik El Nino. Budi mengatakan Negeri Tirai Bambu tersebut sudah berkomitmen untuk menggelontorkan 1 juta ton beras demi membantu Indonesia. Tawaran bantuan itu sudah disampaikan Presiden China Xi Jinping ke Jokowi.
“Kemarin Presiden (Jokowi) dengan Presiden China sudah berbicara dan dari China itu siap membantu Indonesia di kala Indonesia membutuhkan. China siap membantu sebanyak 1 juta ton,” kata Budi di Tanjung Priok seperti dikutip cnnindonesia, Kamis (12/10) siang.
Rakyat Indonesia kembali dihadapkan pada realitas kehidupan yang bertambah berat. Pasalnya, harga beras mengalami kenaikan pada level tertinggi dalam sejarah.
Secara rata-rata bulanan nasional, panel badan pangan menunjukan, harga beras, baik premium maupun medium melonjak tajam di bulan september 2023 dan berlanjut hingga saat ini.
Penguasa beranggapan el-nino sebagai penyebab melonjaknya harga beras dalam negri. Padahal el-nino merupakan fenomena alam yang kejadiannya terus berulang di Indonesia. Waktu kedatangannya juga bisa diprediksi yakni bulan Agustus dan September.
Penguasa sepertinya belum maksimal dalam hal tatakelola pangan di Indonesia. Bahkan mereka bersilang pendapat terkait data rill ketersediaan beras nasional.
Bulan agustus 2023, Badan Pangan Nasional menyebut stok beras nasional hanya mencapai 1,5 juta ton. Sedangkan kebutuhan beras nasional mencapai 2,5 juta ton. Di sisi lain, kementerian pertanian menyatakan semua terkendali. Bahkan mentri Syahrul Yasin Limpo saat masih menjabat menyatakan bahwa neraca beras tahun ini bisa surplus.
Fakta lain yang juga perlu diketahui bahwa berdasarkan laporan BPS, produksi padi Indonesia mengalami tren yang cenderung menurun sejak 2018 yaitu 33,9 juta ton menjadi 31,5 juta ton pada 2022. Ada problem produksi yang menurun di kalangan petani. Salah satu penyebabnya adalah terjadi alih fungsi lahan pertanian yang semakin masif.
Berdasarkan rilis kementrian pertanian (kementan), alih fungsi lahan pertanian mencapai 100 ribu hektar pertahun. Konversi lahan pertanian itu menjadi salah satu ancaman terhadap sektor pertanian dalam meningkatkan produksi. Kondisi ini akan menjadi ancaman saat ini dan ke depan.
Dalam islam ketahanan pangan bagi suatu negara sangatlah penting. Oleh karena itu negara wajib menjalankan kebijakan dalam hal pangan ini sebagai bentuk tanggung jawabnya mengurus masyarakat. Negara tidak boleh abai apalagi menyuruh masyarakat mengganti makanan pokoknya dari beras ke ubi-ubian atau singkong hanya karena beras langka.
Hal ini wajar dalam sistem kapitalisme sekuler, peran dan ri’ayah negara sangatlah minim. Hubungan antara penguasa dan rakyat seakan seperti tuan dan pelayan. Masyarakat dituntut mandiri, ibarat dilepas di hutan belantara dan dibiarkan hukum rimba yang berlaku.
Dalam pandangan islam, konsep ketahanan pangan merupakan bagian dari politik ekonomi islam. Pertanian merupakan sumber perekonomian nomer wahid, kemudian perdagangan, industru, dan tenaga manusia.
Dalam islam, ada larangan menelantarkan tanah sampai tiga tahun. Jika dalam tiga tahun tersebut masih ditelantarkan, maka negara bisa menyerahkan lahan tersebut kepada yang siap mengelolanya. Rasulullah SAW bersabda : dan tidak ada hak bagi yang memagari setelah (menelantarkan tanahnya) selama tiga tahun (HR.Baihaqi).
Adapun dalam aspek perdagangan, negara wajib menjaga pasar dalam negeri dengan tidak import beras dari luar; jika produksi beras dalam negeri masih kurang maka negara melakukan intensifikasi atau ekstensifikasi pertanian sampai berhasil swasembada pangan.
Politik ketahanan pangan dalam islam menempatkan lahan pertanian sebagai asas pembahasan. Adapun alat-alat produksi dan tenaga kerja manusia hanya sebagai faktor pendukung dari asas pembahasan. Posisinya sebagai sarana yang melengkapi asas pembahasan.
Lahan pertanian yang sempit, atau bahkan tidak ada karena digantikan oleh tekhnologi, atau pengelolaan lahan pertanian yang tidak sesuai dengan islam. Maka ketahanan pangan tidak bisa bertahan dalam jangka panjang, tidak berlangsung lama dan cenderung merusak.Wallahu a’lam bi ash-shawab.[]
Comment