Krisis Air, Telaah Urgensi Air Bersih dan Aman bagi Kesehatan

Opini292 Views

 

 

Penulis: dr. Airah Amir | Dokter RSUD Kota Makassar dan Pemerhati Kesehatan Masyarakat

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Krisis air melanda saat kemarau datang. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam rilisnya menunjukkan dampak meluasnya kekeringan di tanah air. Kekeringan yang dimaksud adalah minimnya ketersediaan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Laman  kompas.id menulis, setidaknya ada 166.415 jiwa mengalami dampak dari krisis air bersih hingga akhir September 2023 ini.

Kebutuhan terhadap air bukan hanya sekadar kuantitasnya tetapi juga kualitas air tersebut. Air minum aman adalah air minum yang tidak terkontaminasi zat pencemar meliputi parameter fisik, kimia dan mikrobiologi yang dapat mengancam kesehatan. Ketercukupan akses terhadap air minum aman adalah hal yang wajib sebab tanpa air keberlangsungan hidup manusia manjadi terancam.

Seluruh reaksi kimia dalam tubuh manusia berlangsung karena adanya air seperti pembentuk sel dan cairan tubuh, media transportasi dan eliminasi proses metabolisme dan juga sebagai pengatur suhu tubuh.

Air bahkan merupakan komponen utama tubuh manusia. Kebutuhan air bagi manusia bergantung pada jenis kelamin, usia, ukuran fisik tubuh, jenis aktivitas dan lingkungan. Pengaturan asupan air sesuai pedoman Kementerian Kesehatan dapat mencegah risiko berbagai penyakit dan berperan dalam proses penyembuhan penyakit.

Kementerian Kesehatan dalam rilisnya di tahun 2022 menyebutkan, akses air minum aman hanya 11,8 persen yang artinya hanya sekitar 30 juta warga dari total 270 juta jiwa penduduk Indonesia yang memiliki akses air minum aman. Selain itu krisis air bersih telah menyulitkan masyarakat untuk melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Sense of hygiene yang rendah dan sanitasi lingkungan yang buruk turut menyebabkan pencemaran air yang berujung pada diare. Air yang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum, mandi, memasak bahkan mencuci tangan haruslah dalam keadaan bersih agar terhindar dari penyakit berbasis lingkungan seperti diare.

Laman kemenkes.go.id menulis, diare merupakan penyakit yang membuat penderitanya sering buang air besar dengan kondisi tinja encer atau cair. Pada umumnya diare terjadi akibat mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi virus, bakteri atau parasit.

WHO dalam rilisnya mengatakan bahwa penyakit diare merupakan penyebab kematian kedua pada anak di bawah usia lima tahun. Pada anak, bakteri merupakan penyebab sekitar 15 persen dari kasus diare dengan jenis yang paling umum adalah Eschericia coli (E.coli). Namun hanya 31,3 persen air minum di tingkat nasional bebas dari bakteri E.coli yang berarti terdapat sekitar 70 persen air minum telah terkontaminasi oleh E.coli berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Diare secara fakta masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian di negara kita. Krisis air seperti yang terjadi saat ini menyebabkan masyarakat terpaksa menggunakan sumber air yang tidak baik yang dapat menyebabkan terjadinya diare.

Sumber air yang tercemar dapat terjadi akibat pengelolaan yang buruk terhadap sampah rumah tangga seperti membuang sampah di sumber air atau dapat pula melalui limbah industri yang mencemari sumber air sehingga sumber air tersebut tidak layak untuk digunakan.

Akibatnya masyarakat bergantung pada perusahaan-perusahaan penyedia air. Air yang seharusnya menjadi kepemilikan umum menjadi komoditas yang diperjualbelikan yang menambah kesulitan apalagi saat musim kemarau panjang saat ini.

Sumber air bersih dan aman yang mencukupi kebutuhan masyarakat akan memperbaiki derajat kesehatan masyarakat mencakup kuantitas dan kualitas air untuk mencegah penyakit menular melalui air.

Perlu diketahui bahwa diare disebabkan salah satunya oleh bakteri yang ditularkan melalui fecal-oral. Air dapat menjadi sarana transmisi penularan penyakit yang ditularkan oleh mikroorganisme yang terdapat pada air yang terkontaminasi (water borne disease) atau dapat pula melalui peralatan yang dicuci dengan air (water washed disease).

Artinya diare dapat ditularkan tidak hanya dari air minum yang tercemar oleh tinja tetapi juga dari peralatan memasak yang dicuci dengan air yang telah terkontaminasi.

Dalam Islam air adalah kebutuhan publik sehingga menjadi milik umum yang pengelolaannya sudah menjadi tanggung jawab pemerintah termasuk pengadaan air bersih dan infrastruktur pendukung.

Apalagi dalam kondisi kemarau panjang saat ini, mitigasi wajib dilakukan untuk mengatasi kesulitan air, sebab pemerintahlah yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan dasar rakyat termasuk mengatasi kesulitan yang dihadapi. Apa lagi kondisi musim kering seperti saat ini sebagai bentuk riayah negara kepada rakyatnya. Wallahualam.[]

Comment