Penulis: Atika Nasution, S.Pd | Pengajar
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Subdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Sumut menangkap seseorang berinisial A (47), yang melakukan perampokan uang Rp230 juta dengan modus menumpang motor yang terjadi di Gang Berlian Sari, Jalan Brigjen Zein Hamid, Kelurahan Titi Kuning, Kecamatan Medan Johor pada Selasa 11 Maret.
Saat dihadirkan dalam konferensi pers, A ternyata merupakan adik dari seorang kontraktor, pemilik uang yang akan disetor ke bank melalui orang kepercayaannya berinisial AF.
Laman tribun medan (24/3/25) menulis bahwa A mengaku nekat merampok korban karena kesal, sempat meminta modal usaha tapi tidak diberikan. Atas dasar inilah, A yang sudah mengetahui jadwal AF ke bank untuk menyetor uang milik perusahaan abangnya mulai diintai.
Media hari ini tidak berhenti mewartakan kriminalitas. Setiap hari, kasusnya kian beragam dengan kadar kekerasan yang makin mengerikan. Pelakunya kian hari makin tidak masuk akal. Rasa welas asih pada sesama manusia kian memudar, bahkan terhadap anggota keluarganya sendiri.
Makin tingginya kriminalitas tidak bisa dilepaskan dari sistem kehidupan sekuler yang rusak dan merusak. Sistem ini dikatakan rusak sebab menghilangkan peran Sang Pencipta dalam kehidupan. Inilah yang menyebabkan perselisihan dan pertentangan terus menghinggapi aturan yang telah ditetapkan.
Kerusakan sistem kapitalisme terlihat dari kegagalannya menjamin keamanan dan menjaga nyawa manusia. Sistem sanksinya yang tidak menjerakan makin menyuburkan kriminalitas.
Lihatlah peristiwa pembegalan yang terjadi di mana-mana. Masyarakat resah sebab keamanannya terganggu. Banyaknya kasus pembunuhan disengaja bahkan dengan motif yang sangat remeh, menjadi cerminan penjagaan atas nyawa dalam sistem ini amatlah buruk. Nyawa manusia seperti tidak ada harganya.
Bukan hanya sistem sanksinya yang buruk, sistem ekonomi yang kapitalistik menjadikan kesenjangan makin lebar. Orang miskin makin banyak. Kapitalisme membuat manysia semakin rakus dan menumpuk harta dengan menzalimi orang kecil.
Lihatlah para pengusaha melakukan kartel dagang dan menentukan harga bahan pangan pokok sesuka mereka. Tentu ini akan sangat membebani orang miskin yang hanya memiliki sedikit uang.
Sistem pemerintahan yang bermodelkan korporatokrasi memperparah kesulitan rakyat kecil sebab penguasa bersama pengusaha bekerja sama untuk mencari keuntungan dari rakyat.
Oleh karena itu, kemiskinan akut hari ini adalah buah diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ini hanya membawa masyarakat pada kemiskinan struktural.
Inilah yang menyebabkan kriminalitas terus terjadi. Begitu pun sistem pendidikan sekuler yang hanya fokus pada akademik dan perolehan materi semata. Tujuan pendidikan hanya fokus bekerja untuk mendapatkan gaji yang tinggi. Wajar saja kasus bullying dan kekerasan seksual makin marak di lingkungan sekolah karena anak-anak dididik tanpa fondasi agama.
Sistem kehidupan sekuler telah terbukti gagal dalam menciptakan rasa aman. Sistem kehidupan sekuler benar-benar merusak semua sektor, baik ekonomi, pergaulan, pendidikan, media, maupun yang lainnya. Akibatnya, kriminalitas meningkat.
Jaminan hidup aman dan jauh dari kriminalitas akan terwujud dalam masyarakat yang hidup di bawah sistem kehidupan Islam melalui tegaknya tiga pilar. Pilar pertama, ketakwaan individu. Takwa adalah buah dari keimanan.
Saat manusia beriman kepada Rabb-nya ia akan menyadari hakikat penciptaan manusia, yakni semata untuk menyembah Allah Swt. sehingga manusia akan memiliki tujuan hidup yang jelas, yakni beribadah kepada-Nya. Individu muslim akan melaksanakan apa pun yang diperintahkan dan menjauhi apa pun yang dilarang.
Inilah yang menjadi jaminan adanya kontrol internal pada diri manusia sehingga dapat meminimalkan tindak kriminal. Pilar kedua, kontrol masyarakat. Manusia memerlukan manusia lainnya untuk mengontrol dirinya sendiri. Masing-masing orang membutuhkan kepada yang lain untuk saling mengontrol dan muhasabah.
Pilar ketiga, adanya negara yang menerapkan Islam kaffah. Islam menjadikan negara sebagai pelindung dan penjamin keamanan rakyat. Rasa aman adalah salah satu kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi oleh negara. Negara dengan sungguh-sungguh akan menutup seluruh celah terjadinya kriminalitas. Misalnya dengan menjamin kesejahteraan rakyat yang itu mustahil terwujud di sistem sekuler kapitalisme.
Penerapan ekonomi yang sesuai dengan syariat telah terbukti mampu menyejahterakan. Selain menyejahterakan, negara pun akan menerapkan hukum sanksi dengan adil serta berfungsi sebagai jawabir (penebus dosa) dan zawajir (pencegah).
Dikatakan adil sebab para hakim/qadhi memutuskan perkara sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunah. Demikianlah hukum sanksi dalam Islam yang bersifat jawabir dan zawajir. Hukuman yang amat berat dan diat yang amat besar akan mampu mencegah tindak kriminal lainnya.
Sistem pendidikan Islam yang fokus pada pembentukan kepribadian. Sistem ini memiliki kurikulum yang berbasis akidah Islam sehingga pada jenjang dasar, penanaman akidah adalah pelajaran utama agar ketakwaan terus bersemayan. Anak didik akan memahami bahwa tujuan hidup manusia adalah beribadah kepada Allah Taala.
Inilah jaminan Islam agar lingkungan sekolah bersih dari kriminalitas. Demikianlah sejumlah mekanisme dalam Islam dalam menjamin keamanan. Tegaknya tiga pilar akan mewujudkan masyarakat Islam yang memiliki ketakwaan yang tinggi kepada Allah Swt. serta masyarakat yang saling menasihati dalam kebaikan.
Di bawah tegaknya institusi Islam baik di level nasional maupu internasional, seluruh persoalan akan bisa terselesaikan dengan tuntas, termasuk kriminalitas. Wallahu’alam Bissawab.[]
Comment