Konflik Palestina Israel, Kapan Berakhir?

Opini153 Views

 

 

Penulis: Hajerati Kumalasari, S.S | Pemerhati Sosial

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Perang kembali terjadi antar Palestina dan Israel. 700 orang Israel dilaporkan tewas akibat serangan Hamas sedangkan 560 orang tewas di Gaza akibat serangan balasan Israel.

Dalam keadaan terpisah, seperti ditulis bbc.com (7/10/2023), jubir militer Israel mengatakan telah menemukan 1500 Jenazah militan Hamas di Israel dan sekitar jalur Gaza. Selanjutnya 900 orang tewas di pihak Israel sejak serangan hari sabtu, termasuk 260 orang di sebuah festival musik.

Terdapat 338.000 warga Palestina di Gaza terpaksa mengungsi akibat gempuran serangan udara Israel yang menghancurkan tempat tinggal mereka. Sejak serangan Hamas pada akhir pekan lalu, Israel telah mengepung Gaza, memutus pasokan listrik, bahan bakar, makanan, barang, dan air.

Kementrian kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya 1200 warganya tewas akibat serangan balasan Israel atas serangan kelompok milisi Palestina, Hamas, pada sabtu (07/10) lalu. Korban jiwa dari kedua bela pihak kini mencapai hampir 2.500 orang.

Tanah Palestina Milik Umat Islam

Para Ulama menyebut Palestina sebagai timbangan bagi umat atau neraca bagi umat ini. Artinya jika kita melihat kondisi umat Islam secara keseluruhan, maka lihatlah kondisi Palestina. Siapa yang menguasai Palestina maka dialah penguasa dunia – yang menguasai jantung dialah negara super power yang sebenarnya, pemegang kendali terhadap neraca dunia.

Lihatlah negara super power yang sebenarnya menurut teori ini Amerika, Prancis, Inggris, China, Rusia, adalah pion bahkan boneka bagi penguasa atau penjajah Palestina. Jika Palestina dalam kondisi terjajah, maka seluruh umat ini dalam kondisi terjajah, disadari maupun tidak.

Kondisi ini juga tidak menutup kemungkinan berimbas kepada keterjajahan bagi seluruh umat manusia, di luar umat Islam sekalipun. Jika Palestina dalam kondisi merdeka, maka sejatinya seluruh umat ini dan seluruh dunia dalam kondisi merdeka.

Hamas menyerang penduduk sipil Israel adalah bagian dari usaha perlawanan dari yang terjajah kepada yang menjajah. Usaha keras untuk merebut kembali yang diduduki oleh mereka yang sekarang ini ditempati oleh penduduk Israel setelah mengusir Palestina.

Padahal warga sipil Israel sudah mengetahui bahwa tanah Palestina bukan tanah mereka. Ini berarti risiko besar bagi Israel jika diserang oleh Hamas, karena memang sejatinya bukan tanah mereka.

Hamas bisa menunjukkan 33 resolusi dewan keamanan PBB yang tidak dipatuhi oleh Israel. Artinya dunia internasional sudah berhak untuk menghukum Israel atas nama resolusi itu. Dunia Islam punya dasar yang sangat kokoh untuk mengecam tindakan Israel menduduki wilayah Palestina, termasuk juga mengecam dukungan Amerika terhadap Israel.

Namun hari ini alih-alih dunia Islam melakukan itu semua, yang ada justru satu per satu saling membangun hubungan diplomatik dengan Israel. Sebelumnya ada Uni Emirat Arab, bahkan saat ini diberitakan Arab Saudi sedang menuju ke Israel.

Padahal pembukaan UUD 1945 termaktub “penjajahan di atas dunia harus dihapuskan”. Faktanya, dunia hari ini hanya mengecam, tidak ada aksi nyata untuk menghalangi Israel membombardir Palestina. Bahkan sekadar membuka pintu perbatasan untuk memberikan bantuan. Wajar jika banyak pihak menilai Israel melakukan genosida ke warga Palestina. Kondisi ini sekian lama berulang dan terus berulang.

Jika masalah Palestina tidak dihubungkan dengan agama, lalu dengan cara apa Palestina bisa dibebaskan dari kezaliman Israel? Dunia (dalam hal ini PBB) sering kali menawarkan solusi dua negara, tetapi itu bukan solusi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang sebelumnya Liga Bangsa-Bangsa, sampai detik ini tidak ada langkah serius. Bahkan terkesan melindungi orang-orang Yahudi.

Adapun Organisasi Konferensi Islam (OKI) tidak mengangkat senjata untuk mengusir Yahudi Israel, karena tidak diperbolehkan oleh PBB. Ironinya, hanya PBB yang boleh menurunkan tentaranya, sedangkan organisasi lain tidak boleh. Semua hal tersebut diatur oleh negara Amerika sebagai negara adidaya.

Di mana Amerika dan Inggris membuat semacam organisasi dunia, seolah-olah organisasi itulah yang netral. Berharap pada OKI sama saja bunuh diri politik. Suatu hal yang mustahil dalam konstelasi dunia global dalam sistem kapitalisme.

Secara akidah, warga Palestina ibarat satu tubuh. Seharusnya umat merasakan itu. Jika pemimpin negara hanya menyampaikan perdamaian tanpa memerintahkan pasukan atau tentara, tidak akan ada solusi. Ribuan tentara di Indonesia, Saudi Arabia, Mesir, Irak dan Turki. Di sinilah kesempatan meraih pahala. Kapan lagi membela saudara kita dan bermanfaat bagi umat?

Sistem yang Mampu Mengusir Israel dari Bumi Palestina

Seyogianya negara harus dilawan oleh negara. Hanya negara yang mempunyai kekuatan sebagaimana dulu ketika Sayyidina Umar bin Khattab menaklukkan Baitul Maqdis. Ketika itu Umar menjadi pemimpin negara bagi kaum muslimin dunia. Kondisi ini harus dikembalikan jika umat Islam ingin membebaskan Palestina. Hanya dengan penerapan sistem Islam kaffah, orang-orang Yahudi akan terusir dari tanah kaum muslimin.

Sejatinya seruan untuk membebaskan dan memerdekakan Palestina bukan hanya untuk kaum muslimin saja, bukan hanya untuk rakyat Indonesia. Namun ini adalah cita-cita yang wajib diwujudkan bersama dengan segala daya dan upaya, bagi mereka yang memiliki hati nurani sebagai manusia seutuhnya.

Permasalahan kaum muslim di Gaza khususnya dan wilayah Palestina secara umum, menegaskan bahwa tidak ada solusi tuntas untuk menyelesaikannya, kecuali dengan tegaknya sistem Islam kaffah. Sistem yang berasal dari Sang Pencipta manusia, yang paling tau apa yang terbaik untuk hambanya.

Sebagaimana telah dicontohkan Salahuddin al-Ayyubi dan Umar bin Khattab pada masa tegaknya sistem Islam yang diadopsi oleh negara. Tidak dengan demokrasi, PBB, OKI, dan dengan solusi-solusi lainnya. Wallahua’lam bis Showab.[]

Comment