RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda berakhirnya pandemi virus Corona. Bahkan kasus harian pasien yang terkonfirmasi positif Corona masih belum normal.
Hal ini membuat beberapa daerah yang masih menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berubah-ubah alias tidak konsisten diiringi naik-turun kasus baru Corona.
Dan jumlah dari kasus baru belakangan ini masih menjadi rekor tertinggi berhubung dengan penambahan jumlah pasien corona dalam sehari.
Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai mempengaruhi pada keluarga yang tidak siap menerima keadaan. Hal tersebut bisa dikatakan seperti masuk ke zaman yang dalam seketika mengubah semua perilaku dan gaya hidup mereka.
Jika pun nanti banyak yang terjadi kasus dalam suatu keluarga seperti konflik tindak kekerasan, konflik sosial, persoalan dalam pola pengasuhan di keluarga bahkan hingga kasus perilaku kesehatan reproduksi yang negative. Dan hal itu tidaklah mengherankan jika diantara kasus tersebut suatu ketika terjadi dalam sebuah keluarga.
Ini semua tentunya akan mempunya dampak yang beda pada setiap individu, keluarga, dan masyarakat. Dan stressnya individu bisa mempengaruhi pada stressnya sebuah keluarga. Ketahanan keluarga yang lemah nantinya bisa berimbas pada ketahanan masyarakat, bisa jadi pun sebaliknya.
Dari hasil wawanacara penulis dengan masyarakat Desa Neusu Jaya Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, sebagian responden yang ada di desa tersebut mengaku tidak keluar rumah sama sekali.
Namun sebagian dari yang lainnya hanya keluar rumah untuk melakukan kegiatan dan membeli keperluan penting saja. Dan selebihnya masih melakukan aktivitas di luar rumah seperti sebelum pandemic virus Corona.
Ini bermakna sebagian besar keluarga waktunya dipakai bersama dengan keluarga dirumah. Nah, dari sisi positifnya bisa disimpulkan, dikarenakan banyak berkumpul dengan keluarga, kebahagian makin meningkat.
Mengingat bahwa komponen ketahanan keluarga ada mengandung tiga aspek yaitu ketahanan fisik, sosial dan psikologis. Efek dari corona ini, pengangguran mungkin akan semakin bertambah.
Banyaknya jumlah tenaga kerja yang bekerja dari rumah dan bahkan pendapatan yang semakin menurun hal tersebut bisa menimbulkan tekanan tersendiri pada sebuah keluarga yang ada di desa tersebut. Bahkan interaksi sosial juga akan sangat terganggu, ditambah lagi mengenai protocol kesehatan yang mulai tidak dipatuhi dan dilanggar.
Apalagi seperti yang kita ketahui masyarakat yang umurnya masih muda semakin tidak mentaati peraturan protocol kesehatan. Secara psikologis hal itu akan terganggu, ditambah mengingat wabah dari virus corona yang semakin meresahkan. Maka dari itu timbulnya ketakutan dari masyarakat Desa Neusu Jaya yang berlebihan untuk keluar rumah jika ada warga atau keluarga yang sudah terinfeksi.
Jika dilihat dari segi beban psikologis yaitu dari perilaku anak-anak yang mulai merasa bosan karena terus berada dalam lingkungan rumah dan bisa menimbulkan konflik dengan anatara anggota keluarga terutama orang tua.
Dikarenakan apabila terdapat orang tua yang tidak terlalu paham dalam mengasuh dan mendampingi si anak, seperti kurang paham mengenai bahaya dan akibat dari lamanya anak berinteraksi dengan gawai (gadget). Hal itu tentunya sangat berpengaruh terhadap psikologis si anak. Mengingat adanya laman-laman yang tidak sesuai dengan apa yang anak-anak lihat seperti pornografi dan pornoaksi.
Salah satu anggota keluarga yang paling rentan terinfeksi wabah virus Corona ialah orang lanjut usia (lansia). Hal tersebut disebabkan lansia memiliki system imunitas tubuh yang makin menurun, sehingga system kekebalan tubuhnya menjadi lemah, dan mengakibatkan mudahnya terserang virus, kuman bahkan penyakit lainnya. Nah situasi inilah yang bisa membuat keluarga stress dan gelisah yang akan memperlemah ketahanan keluarga.
Pada bulan Mei 2020 lalu Presiden Joko Widodo pernah membahas dan mengingatkan mengenai perubahan kehidupan kita yang sudah pasti akibat dari wabah virus Corona.
Akhirnya kehidupan itu disebut sebagai New Normal atau tatanan kehidupan baru.
Kehidupan New Normal bukanlah kehidupan yang penuh dengan ketakutan.
Masyarakat dan rakyat termasuk keluarga tidak perlu takut untuk menghadapi wabah ini. Tetapi bagaimana sifat kebijakan dari keluarga untuk menerima pengaruh luar dan cara mengatasinya itu sangatlah banyak.
Keseluruhan itu tergantung dari kekuatan keluarga itu sendiri dalam beradaptasi dengan keadaan yang mengalami beberapa perubahan. Dan yang pastinya tiap keluarga akan berbeda tingkat sifat kebijakannya menurut pada ketahanan bawaan mereka baik itu dari segi adaptasinya atau bahkan dari antisipasinya.
Mengenai ketahanan bawaan, baik kuat ataupun lemah, hal itu sangat tergantung dari cukup atau tidak asupan makanan yang bernutrisi. Jika asupan nutrisi cukup dan sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka ketahanan tubuh pun akan kuat dan tidak mudah terserang penyakit.
Namun, hal yang dikhawatirkan adalah, apakah masyarakat Desa Neusu Jaya paham betul mengenai nutrisi yang cukup diperlukan oleh tubuh ?
Kemudian juga sebagian keluarga desa tersebut tidak begitu peduli terhadap langkah antisipatif menjaga ketahanan keluarganya dalam menghadapi wabah dari akibat buruk yang kemungkinan akan terjadi.
Bagi keluarga yang bisa dibilang kurang mampu, mungkin bisa mengantisispasi dengan langkah-langkah konkret, paling utama sekali di bidang ekonomi. Misalnya bisa dilakukan dengan menabung atau investasi semacam deposito atau yang lainnya, kemudian juga bisa dari asuransi kesehatan atau membuka unit usaha.
Konsep ketahanan sebuah keluarga ialah adaptasi positif semua anggota dan memperkuat unit keluarga. Hal itu tentunya dapat diedukasikan melalui fungsi keluarga yang sangat tepat, diantaranya ada ; fungsi agama, fungsi sosial dan pendidikan, fungsi fisik/kesehatan, fungsi ekonomi, fungsi reproduksi, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, dan fungsi lingkungan. Itulah semua yang merupakan landasan dari penguatan ketahanan sosial, ketahanan ekonomi dan ketahanan fisik psikologis.
Munculnya wabah virus Corona sangat diharapakan bisa memicu pemikiran dan inovasi baru untuk bisa meningktakan ketahanan keluarga, supaya mampu menjalani kehidupan yang mandiri, tenteram dan bahagia.[]
*Mahasiswi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Jurusan Sosiologi Agama
Comment