Oleh: Chris Komari, Akivis Demokrasi,
Aktivis Forum Tanah Air (FTA) USA & Global
________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Mayoritas ekonomi dan penerimaan APBN Indonesia dari sektor industri atau disebut “industrial base economic” bukan “employment base economic” seperti di Amerika Serikat (AS).
Karena itu, meski angka pengangguran dan kemiskinan dan PHK di Indonesia itu sangat tinggi, pemerintah pusat masih tidak terlalu peduli. Mengapa?
Karena penerimaan APBN setiap tahun dari sektor industry masih besar, ditambah pemasukan dari domestic consumption dalam negeri juga masih cukup besar.
Dari dua pemasukan APBN itu, sektor industri dan domestic consumptions, ditambah penjualan BONDS oleh Menkeu, Sri Mulyani dengan yield sangat tinggi, kebutuhan dana APBN selama 7 tahun terakhir masih bisa dimanage dan dinavigasi (kendalikan, red).
Tetapi bagaimana bila terjadi krisis ekonomi di RRC China?
A). Kelemahan negara yang memiliki “economic industrial base” (Indonesia) dibanding negara yang memiliki “employment economic base”, seperti Amerika Serikat (AS).
Konsentrasi kekayaan di Indonesia mayoritas dikuasai oleh segelintir oligarki yang menguasai sektor industri, di mana sektor industri di Indonesia ini dikuasai para taipan.
Hampir tidak ada middle class di negara yang memiliki economic industrial base, seperti Indonesia.
Kedua, rate of employment dan banyaknya pengangguran (unemployment) bukan menjadi perhatian utama pejabat pemerintah pusat, karena rate of employment bukan faktor dominan bagi penerimaan APBN.
Karena itulah, pejabat pemerintah pusat tidak terlalu peduli dengan besarnya jumlah pengangguran dan PHK di Indonesia.
Tetapi ketika sektor industri terjun bebas, daya beli masyarakat semakin lemah dan domestic consumption sangat rendah, maka APBN bisa jebol.
Industrial base economic sangat tergantung dan sensitif terhadap perubahan regional dan global ekonomi, interest rate dan perubahan nilai currency.
Beda sekali dengan negara yang memiliki employment economic base, atau kombinasi antara economic employment base dan industrial economic base.
Ketika terjadi krisis ekonomi regional di Asia misalnya, atau kenaikan suku bunga bank oleh U.S Federal Reserve yang cukup tinggi, akan mempengaruhi sektor industri di Indonesia.
Apalagi bila terjadi perubahan nilai currency yang sangat tajam, atau sangsi ekonomi terhadap satu negara importir terbesar di dunia, hal itu akan membawa dampak ekonomi yang sangat besar terhadap negara-negara industrial base economic.
Di Indonesia, krisis sektor industri bisa saja terjadi karena:
1). Krisis ekonomi regional, seperti jatuhnya ekonomi RRC China yang menyeret banyak negara di Asia.
2). Mogok buruh, di mana semua buruh di sektor industri mogok kerja secara masal.
3). Massive long term demo robust berkepanjangan yang membuat operasional sektor industri berhenti total.
Ketika salah satu hal di atas terjadi, penerimaan APBN bisa jeblok. Ketika penerimaan APBN jeblok dan kondisi ekonomi dunia sedang krisis, Menkeu Sri Mulyani akan kesulitan untuk bisa menjual BONDS, meskipun dengan yield tertinggi di planet Bumi.
Ketika penerimaan APBN dari sektor industri rendah, domestic consumption menurun dan Indonesia tidak laku jualan BONDS karena dunia sedang dalam krisis ekonomi, maka di situlah APBN bisa bangkrut.
Beda dengan negara-negara maju lain yang memiliki kombinasi antara industrial economic base dan employment economic base, seperti negara Amerika Serikat (AS).
Meski terjadi krisis ekonomi di Asia misalnya, seperti yang terjadi pada bulan Juli 1997 hingga Desember 1998, tidak banyak berpengaruh terhadap negara-negara yang memiliki kombinasi industrial and employment economic base.
Bahkan tingginya inflasi dan naiknya harga minyak (BBM) di dunia saat ini tidaklah berpengaruh terlalu signifikan terhadap negara maju yang memiliki kombinasi antara industrial economic base dan employment economic base.
1). Pertumbuhan ekonomi USA pada kwartal tiga naik 2,6% dibanding 0.6% pada kwartal dua.
2). Ratusan ribu pekerja baru di USA berlangsung setiap bulan selama pemerintahan Biden sesuai department’s payroll survey.
3). Pengangguran di USA menurun 3,5% di bawah pemerintahan Biden. Artinya ekonomi, perekonomian dan bisnis di USA berjalan normal, meski di hantam inflasi yang tinggi.
Penerimaan terbesar negara tingkat Federal dan di 50 negara bagian (STATE) adalah dari Individual Income Taxes dan Payroll Taxes (employment), kedua dari Social Security contributions dan ketiga, baru dari Corporate taxes (industrial taxes).
Kapasitas ekspor Indonesia saat ini sangat besar dan fantastik, dimana mayoritas penerimaan APBN Indonesia saat ini tergantung pada sektor industri ini (corporate and industrial taxes). Tapi bagaimana bila sektor industri di Indonesia menurun?
Sebesar 60% export Indonesia adalah dari sektor industri ada di bawah ini:
1). Palm oil $26,7 billion
2). Coal Briquettes $11,99 billion
3). Petroleum Gas $6.2 billion
4). Copper Ore $3.48 billion
5). Gold $3.37 billion
6). Rubber $3.33 billion
7). Jewelry $3.17 billion
8). Coconut oil $2.73 billion
9). Cars $2.55 billion
10). Plywood $2.08 billion
Ekspor palm oil Indonesia yang dipakai sebagai bahan baku margarin hingga shampoo itu mencapai 60% dari seluruh kebutuhan palm oil di dunia.
Sementara itu, refinery crude oil (minyak mentah) Indonesia dilakukan di negara lain, seperti: Singapore $375 million, Malaysia $304 million, Australia $223 million, South Korea $137 million, United States $93.9 million.
Indonesia menjual dan ekspor batu bara ke berapa negara di bawah ini:
1). India $3,8 billion
2). China $2,67 billion
3). Japan $1,85 billion
4). Malaysia $1.34 billion
5). Philippine $1,27 billion.
Total export Indonesia tahun 2020 sebesar $178.9 billion dollar.
Total ekspor Indonesia tahun 2021 sebesar $231,54 billion dollar, paling besar dalam sejarah Indonesia.
Bagaimana bila terjadi krisis ekonomi di RRC dan ekspor Indonesia ke China, India dan Australia sangat berkurang secara drastis?
Dengan Rusia yang menjual minyak dan gas ke India dengan discount 20%, saya tidak yakin India akan beli crude oil dari Indonesia.[]
Comment