Kenakalan Anak-anak Makin Sadis, Tangung Jawab Siapa?

Opini642 Views

 

 

 

Oleh : Isra Purnama Sari, Aktivis Dakwah dan Permerhati Remaja

__________

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Lagi dan lagi kasus bullying berulang. Kali ini korbannya anak kecil yang masih duduk di kelas 2 SD. Kejahatannya makin sadis dan bengis. Tingkat kenakalannya bukan hanya sekedar melakukan bullying, namun sampai membunuh hingga merenggut nyawa manusia.

Siapa yang menyangka anak-anak yang belum cukup umurnya mampu melakukan perbutaan keji dan sadis seperti orang dewasa yang emosinya tengah memuncak. Ironis dan di luar akal sehat.

Bocah kelas 2 SD di salah satu Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, meninggal dunia akibat dikeroyok oleh kakak kelasnya, Senin (15 Mei 2023). Kakek korban, HY mengatakan usai kejadian di sekolah cucunya sempat mengeluh sakit namun korban memaksa tetap masuk sekolah.

Saat itu, kejadian pengeroyokan terulang kembali pada Selasa (16 Mei 2023). Hingga akhirnya korban tewas. Berdasarkan keterangan dokter, korban mengalami luka pada bagian organ dalam. Dari hasil visum diketahui  korban mengalami luka pecah pembuluh darah, dada retak, dan tulang punggung retak seperti ditulis Kompas.com, (Sabtu 20/05/2023).

Sistem sekularisme merusak fitrah anak.
Sungguh tidak disangka, anak-anak yang harusnya terlihat lugu dapat berbuat keji. Secara manusiawi, perilaku tersebut telah keluar dari fitrahnya sebagai anak-anak yang sejatinya masih lugu dan bersih dari perbuatan yang tidak terpuji. Faktanya, saat ini anak-anak pun bisa melakukan pembunuhan dengan cara memukul target secara berkelompok.

Kasus ini bukanlah kasus yang pertama. Bahkan dalam sistem sekularisme (pemisahan agama dan kehidupan) saat ini, tidak ada jaminan bahwa kasus serupa tidak terulang kembali.

Selama masih menerapkan sekularisme, hal ini akan terus terjadi. Sistem yang tidak sesuai dengan fitrah manusia sebagai mahkluk yang beragama akan senantiasa merusak generasinya. Ini dikarenakan tidak jelasnya tolok ukur sebuah perbuatan manusia.

Sistem bathil yang menjunjung tinggi kebebasan bertujuan memisahkan agama dari kehidupan sosial masyarakat. Sistem ini dapat dipastikan gagal untuk mencetak generasi berkualitas. Sebab dalam sistem ini, banyak kehidupan sosial dipengaruhi oleh berbagai budaya luar (Barat) yang tidak selaras dengan kehidupan masyarakat Indonesia, seperti pergaulan dan sex bebas.

Dampak negatif dari globalisasi telah mengancam budaya dan sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Semua hal yang dapat merusak moral bangsa tersebut dapat mudah diakses melalui media sosial saat ini.

Butuh peran negara dalam mendidik generasi

Negara memiliki tanggung jawab untuk menjaga, melindungi dan mendidik generasi yang berkualitas sebagai penerus bangsa. Sangat diperlukan peran negara mengontrol kehidupan masyarakat melalui media dengan tayangan yang berguna dan menutup segala hal yang berdampak buruk bagi generasi.

Negara memiliki wewenang untuk memblokir segala konten yang mengajarkan hal-hal negatif dan dapat merusak generasi bangsa.

Di samping itu, peran orang tua, keluarga dan lingkungan masyarakat membimbing dan mengawasi generasi perlu dilakukan. Menanamkan nilai-nilai luhur sedini mungkin dan membentuk kepribadian yang shalih dengan akidah islam (akhlak) sehingga melekat pada diri anak-anak.

Adanya integrasi yang baik antara lingkungan keluarga, masyarakat dan negara mampu menyelesaikan kenakalan seperti yang terjadi saat ini. Sebab, tanpa peran negara sebagai pe ri’ayah ummah (pengurus dan pelayan masyarakat) maka peran keluarga dan masyarakat menjadi tidak ada artinya.

Kehidpan Islam mampu menciptakan generasi berkualitas

Kehidupan yang jauh dari sistem Islam telah menjadikan kaum muslimin abai dengan ajaran agama dan enggan untuk mengamalkannya. Padahal dapat dipastikan semua persoalan yang terjadi adalah akibat dipisahkannya agama dari kehidupan.

Buah sistem yang rusak pasti akan melahirkan generasi yang rusak. Ada sementara paradigma bahwa menyakiti teman dianggap bukanlah suatu kesalahan atau dosa bagi mereka. Perasaan memuaskan nafsu dianggap hal yang lebih penting dari pada akibat yang harus dipertanggung – jawabkan baik secara kehidupan sosial ataupun dosa yang harus ditanggungnya sebagai seorang yang beriman.

Informasi dan pemahaman yang terbentuk dari apa-apa yang disajikan melalui tontonan dan tayangan televisi telah menggerus nalurinya sebagai makhluk beragama. Seingga, tidak heran jika para pelajar yang masih duduk dibangku SD pun terlibat pembunuhan.

Berkaca pada sejarah peradaban Islam, banyak umat islam yang menjadi generasi tangguh serta berkualitas. Ini disebabkan mereka lahir dan hidup dalam sistem Islam yang sempurna dan paripurna dan memanusiakan manusia. Sistem yang memiliki kekhasan dalam sistem pendidikannya yakni dengan menggunakan kurikulum berlandaskan ajaran Islam.

Di samping itu adanya penerapan syari’at islam secara kafah dalam sistem sosial dan politik Islam mampu mencegah segala bentuk penyimpangan kehidupan dalam masyarakatnya.

Sehingga, tidak heran saat itu banyak dijumpai para ulama serta ilmuan yang berkualitas seperti Imam Syafi’i yang masih muda (9 tahun) telah mampu menghafal seluruh isi Al -Qur’an, menghafal banyak hadits dan mengkhatamkan kitab para ulama. Ia rahimahullah juga mampu menulis kitab dengan kandungan ilmu yang sangat luar biasa. Banyak karya-karyanya sangat bernilai bagi umat.

Dalam sistem kehidupan Islam kasus-kasus seperti bullying, seks bebas, pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, narkoba dan sebagainya tidak akan dijumpai. Saat ini, dalam satu hari saja dapat ditemukan 10 kasus bahkan lebih.

Hal ini berbanding jauh dengan kehidupan pada masa kejayaan islam. Sejarah telah mencatat hanya terjadi 200 kasus selama 1.400 tahun. Sistem Islam telah membuktikan keberhasilan mencetak generasi yang cemerlang.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan generasi yang berbudi luhur, berakhlak mulia serta berkepribadian shalih perlu penerapan sistem Islam secara kafah di seluruh lini kehidupan.

Sistem Islam akan menghilangkan seluruh perbuatan yang menyimpang dan tercela yang menimpa generasi saat ini. Sebab, generasi merupakan tombak utama bangsa dan negara untuk mengisi peradaban gemilang di masa akan datang. Wallahu a’lam.[]

Comment