Kenaikan Harga Jelang Ramadhan, Rakyat Alami Kesulitan

Opini315 Views

 

Oleh : Rantika Nur Asyifa, Mahasiswi

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Kenaikan harga pada kebutuhan pokok menjelang ramadhan dan hari besar agama selalu naik, wajar membuat rakyat panik. Sayangnya kepanikan rakyat ini seperti sebuah tradisi yang berulang terjadi. Rakyat yang terhimpit masalah ekonomi akan semakin susah mendapatkan bahan kebutuhan pokok.
Dilansir dari KATADATA.co.id, (27/2/2023), berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, rata-rata harga cabai merah besar secara nasional mencapai Rp 42.200 per kilogram, pada Jumat (3/2). Angka tersebut naik dibandingkan pada bulan lalu yang mencapai Rp36.250 per kg.

Sementara rata-rata harga cabai rawit hijau juga naik yang mencapai Rp48.700 per kilogram. Angka tersebut naik dibandingkan posisi pada awal Februari yang hanya mencapai Rp 42.600 per kilogram.

Untuk rata-rata harga minyak goreng bermerek mencapai Rp 21.750 per kilogram pada Jumat (3/2). Angka tersebut naik dibandingkan posisi bulan lalu yang mencapai Rp 20.100 per kilogram.

Tak hanya komoditas cabai dan minyak goreng bermerek, gula pasir kualitas premium juga mengalami kenaikan harga. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional atau PIHPS rata-rata harga nasionalnya mencapai Rp15.900 per kilogram. Angka tersebut naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai Rp15.850 per kilogram.

Sedangkan untuk rata-rata harga daging ayam ras segar secara nasional mencapai Rp33.800 per kilogram. Angka tersebut naik dibandingkan posisi bulan lalu yang mencapai Rp34.100 per kilogram.
Seolah sudah tradisi, harga menjelang ramadhan dan hari besar agama selalu naik. Akibatnya rakyat kesusahan dalam mendapatkan bahan kebutuhan pokok. Negara seharusnya melakukan upaya antisipasif agar tidak ada gejolak harga dan rakyat mudah mendapatkan kebutuhannya.

Di sisi lain, ada pihak yang bermain curang dengan menimbun atau memmonopoli perdagangan barang tertentu. Fenomena yang terus terjadi ini menunjukkan kegagalan negara dalam menjaga stabilitas harga dan menyediakan pasokan yang cukup sesuai kebutuhan rakyat.

Demikianlah kapitalisme memandang setiap apapun di dunia ini sebagai materi, tidak ada kesadaran bahwa setiap yang dilakukan manusia akan dimintai pertanggug-jawaban atas seluruh perbuatannya. Sebaliknya Islam memperhatikan setiap perbuatan manusia akan dihisab atau dipertanggung-jawabkan di akhirat. Maka dalam hal ini seorang pemimpin harus paham betul apa yang harus dilakukan untuk rakyatnya termasuk bagaimana menyejahterakan rakyatnya agar rakyat tetap mendapatkan kebutuhannya tanpa harus mengemis.
Islam memiliki mekanisme yang ampuh, yang mampu menjaga gejolak harga sehingga tetap stabil. Selain itu Islam juga melarang berbagai praktek curang dan tamak seperti menimbun atau memonopoli komoditas sehingga mendapatkan keuntungan yang besar.Wallahu’lam bisshawab.[ ]

Comment