Kemiskinan dan Hilangnya Peran Seorang Ibu

Opini231 Views

 

 

Penulis: Surni Ibrahim | Mahasiswi & Aktivis Dakwah

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menyebutkan, para ibu yang menjual anak atau bayinya umumnya berasal dari kelompok rentan secara ekonomi.

“Ya, tentu kalau melihat profil dari para ibu anak- anak ini dan modus yang tadi disampaikan, memang ini adalah kelompok-kelompok perempuan rentan (secara ekonomi),” kata Asisten Deputi (Asdep) Perlindungan Khusus Anak dan Kekerasan Kementerian PPPA, Ciput Eka Purwanti dalam jumpa pers di Polres Metro Jakarta Barat.

Sebelumnya, Polres Jakarta Barat telah menetapkan seorang ibu berinisial T (35) asal Tambora, Jakarta Barat sebagai tersangka dalam kasus perdagangan bayi pada (19 Januari 2024).

Kemiskinan merupakan masalah utama bagi banyak negara di dunia, terutama negara berkembang. Kemiskinan merupakan kondisi di mana seseorang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, obat-obatan dan tempat tinggal. Salah satu ukuran kondisi sosial dan ekonomi dalam menilai keberhasilan pembangunan pemerintah di suatu daerah adalah adanya kemiskinan itu sendiri.

Peningkatan kemiskinan disebabkan oleh jumlah penduduk yang besar namun tidak diimbangi dengan pemerataan dan peningkatan kesempatan kerja. Sehingga banyak tenaga kerja dikeluarkan akibat perusahaan tidak mampu membayar gaji karyawan. Hal ini dapat menyebabkan banyaknya pengaguran yang terjadi di masyarakat apa lagi kebutuhan hidup yang semakin tinggi .

Sumber daya alam di Indonesia berlimpah ruah tetapi kemiskinan di mana-mana, kasus kriminal, penjualan bayi terjadi berulang, betapa banyak orang hidup di jalan, kolong jembatan hanya karena tidak ada tempat tinggal yang layak.

Jika dilihat, banyak pembangunan megah dan cantik namun terdapat banyak orang yang hidup sengsara. Seharusnya ada bantuan dari pemerintah untuk menyelesaikan akar permasalahan kemiskinan ini.

Faktor Kemiskinan di Masyarakat

Faktor pendorong terbesar perdangangan anak adalah kemiskinan dan keterbatasan lapangan pekerjaan. Warga miskin, termasuk di antaranya anak- anak, termotivasi untuk memperbaiki nasib dengan mencari pekerjaan ke luar kota, daerah, hingga ke luar negeri.

Sayangnya mereka tidak dapat informasi secara lengkap dalam upaya mencari pekerjaan di kota atau daerah. Hingga mereka terpaksa harus mengambil keputusan walaupun sangat berbahaya.  Mereka tidak peduli halal dan haramnya suatu pekerjaan.

Selain itu lingkungan juga mempengaruhi faktor ekonomi. Orang tua terpaksa mendorong anaknya untuk mengamen dan mengemis guna mencukupi kebutuhan mereka. Bahkan banyak orang tua memperdagangkan anaknya sebagai pekerja seks.

Hal ini terjadi karena anak anak  kesulitan mengakses pendidikan yang layak. Banyak dari mereka ingin mempunyai cita- cita besar, tetapi keterbatasan ekonomi membuat mereka menjadi korban bahkan pelaku perdagangan orang.

Kesetaraan sosial budaya di masyarakat mendorong suburnya perdagangan anak. Beberapa budaya lebih mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan. Di Tiongkok dan India, anak perempuan dianggap sebagai beban, sehingga mereka dijadikan sebagai penghasil uang.

Peran Negara Atasi Kemiskinan

Pemerintah seyogianya menyelesaikan akar permasalahan di masyarakat dengan membangun sumber daya manusia unggul dengan memfasilitasi pembiayaan pendidikan, makanan, rumah serta pengobatan gratis. Tetapi realita masih banyak anak-anak kelaparan, stunting, putus sekolah dan lain-lain.

Simpati pemerintah dalam upaya menolong masyarakat yang hidup di pedalaman serta di kota kurang signifikan. Mereka harus tinggal di tumpukan sampah dengan menahan lapar. Tidak ada yang peduli dengan kondisi mereka. Lingkungan sekitar acuh tak acuh terhadap saudara dan juga sesama.

Kepedulian sosial di masyarakat seperti sudah tidak ada lagi. Mereka hidup masing-masing –  tidak peduli satu sama lain. Padahal mereka adalah saudara sesama muslim.

Islam Solusi Masalah Umat

Islam dengan segala ajaran yang terkandung di dalamnya memiliki proyeksi yang jauh ke depan dengan tujuan memelihara kepentingan dan kemaslahatan umat manusia.

Dalam Islam kita mengenal zakat fitrah maupuu mâl. Sebagai salah satu dari rukun Islam yang lima, zakat fitrah ternyata mampu memberikan solusi konkrit dalam upaya mengatasi kemiskinan umat.

Zakat tersebut didistribusikan kepada orang-orang miskin. Tidak sebatas itu saja, Islam juga membiayai pendidikan, pangan, papan, serta pengobatan secara gratis kepada masyarakat tanpa memandang perbedaan kaya maupun miskin.

Hal ini membuktikan bahwa Islam adalah agama yang menyatukan seluruh umat manusia dengan kesejahteraan tanpa adanya kemiskinan ataupun kelaparan. Dalam Islam, pemimpin tidak pilih kasih terhadap masyarakat karena merupakan tanggung jawab yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

“Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan orang miskin yang tidak meminta.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 19).

Ketahuilah dalam rezeki yang kita miliki ada rezeki orang lain yang seharusnya kita sebagai umat manusia saling tolong menolong serta tidak ada pembedaan kasta di masyarakat.

Dengan begitu, peran ibu tidak akan terbengkalai karena Islam justru memuliakan perempuan apalagi ibu sebagai pendidik generasi, bukan justru di kapitalisasi seperti sekarang. Wallahu a’lam.[]

Comment