Keluarga, Fondasi Utama Menuju Indonesia Emas 2045, Mungkinkah?

Opini476 Views

 

Penulis: Esnaini Sholikhah, S.Pd | Penulis dan Pengamat Kebijkan Sosial

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Pemerintah berambisi meloloskan diri dari perangkap pendapatan menengah atau middle income trap pada tahun 2030. Middle income trap adalah suatu keadaan ketika suatu negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan, untuk bisa lolos dari pendapatan menengah dan menuju menjadi negara maju, maka pendapatan per kapita Indonesia harus berada di atas 10.000 dolar AS atau Rp150 juta per bulan selepas 2030 hingga 2045. Saat ini pendapatan per kapita Indonesia ada di angka 4.700 dolar AS atau setara Rp73 juta (asumsi kurs Rp15.693 per dolar AS). Lalu, pendapatan per kapita Indonesia ditargetkan naik 5.500 dolar AS atau Rp86 juta di tahun 2024 dan ditargetkan 10 ribu dolar AS hingga tahun 2045.(tirto.id,23/10/2023)

Keinginan Indonesia untuk lepas dari perangkap pendapatan menengah juga disampaikan oleh Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto. Ketum Partai Gerindra yang juga merupakan bakal capres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) enggan warga Indonesia hanya digaji berbasis upah minimum regional (UMR) saja. Namun, untuk menuju ke sana tentu tidak mudah.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda menilai, butuh waktu berpuluh-puluh tahun untuk gaji pekerja minimal Rp10 juta per bulan. Sebab saat ini rata-rata gaji pekerja hanya sekitar 3 jutaan.

BKKBN mendefinisikan pembangunan keluarga itu adalah untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas, yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Dr. Hasto selaku Kepala BKKBN, menjelaskan bahwa pembangunan keluarga adalah pondasi utama tercapainya kemajuan bangsa. Indonesia Emas 2045 menjadi tantangan serius karena ada batu loncatannya, tahun 2030 harus terlampaui dengan baik, seperti tidak ada yang kelaparan, tidak ada kemiskinan ekstrem, dan stunting seharusnya sudah turun jauh, kemudian angka pendidikan harus bagus.

Sedangkan menurut Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang stagnan dikisaran 5% dalam dua dekade terakhir. Menyebabkan peluang Indonesia bisa menjadi negara maju pada 2045 gagal. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di level 4,9% pada 2003, meski sempat naik 6,9% pada 2007. Pada 2013, kembali menyusut dan menjadi hanya tumbuh 5,78% hingga akhirnya pada 2014 tumbuhnya hanya 5,01%. (CNBC Indonesia, 27/10/2023)

Sampai kapan pun Indonesia tak akan mampu menjadi negara maju jika masih berlandaskan sistem kapitalisme, karena sistem ini akan memposisikan indonesia sebagai negara yang terjajah secara ekonomi dan akan selalu diatur oleh negara adidaya. Inilah fakta ketika Indonesia diatur oleh sistem ekonomi kapitalisme, posisi negara bukan sebagai periayah atau pengatur urusan rakyat sebagaimana seharusnya, melainkan penyedia layanan fasilitas, berikut berbagai kemudahan bagi para pengusaha atau investor asing.

Negara di sisitem ini akan melimpahkan tanggung jawabnya kepada keluarga. Tentu hal ini menjadikan negara hanya tinggal operator kebijakan saja.

Kapitalisme juga meniscayakan adanya pasar bebas dan kerjasama antar negara untuk memperkuat perekonomian, maka ketika kran pasar bebas dibuka, petani di dalam negeri sebenarnya juga sedang berjuang keluar dari derita semakin sempitnya lahan, mahalnya pupuk dan obat. Hal ini mengakibatkan negara tidak memiliki visi ideologis dan tidak fokus pada kewajibannya sebagai negara.

Sungguh berbeda dalam Islam yang memiliki visi  negara berdaulat dengan memberi langkah-langkah dan strategi mewujudkannya. Dengan penerapan Islam akan menghantarkan suatu negara menjadi negara maju dan baldatun thoyyiibatun wa rabbun ghaffur. Islam juga menetapkan negara sebagai junnah dan raa’in. Hal itu sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ” Sungguh Imam (Khalifah) itu laksana perisai, orang-orang akan berperang di belakang dia dan menjadikan dia sebagai pelindung (mereka)”. (HR Muslim).

Sebagai agama yang sempurna, Islam menjamin pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dengan berbagai mekanisme. Mekanisme ini diantaranya:
Pertama, mekanisme langsung, yaitu dengan membuka lapangan pekerjaan seluas mungkin, agar para pria yang berkewajiban memberi nafkah kepada keluarganya mampu melaksanakan dengan mudah. Negara juga  memberi apapun yang dibutuhkan, mulai dari bibit, pupuk, pelatihan, peralatan, modal hingga tanah pertanian yang bisa dikelola.

Kedua, mekanisme tidak langsung, melalui pengelolaan kepemilikan negara dan kepemilikan umum (barang tambang dan lainnya), dimana hasilnya selain untuk kebutuhan rakyat dalam negeri, dan boleh juga hasilnya dijual ke luar negeri. Hasilnya masuk dalam kas pendapatan Baitul Mal. Kemudian digunakan negara untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur, sekolah, rumah sakit, masjid, jalan raya, jembatan dan sarana umum lainnya yang dibutuhkan rakyat.

Maka terlihat perbedaan signifikan antara manajemen rakyat dalam sistem kapitalisme dan sistem Islam. Falam islam, negara fokus pada upaya mensejahterakan rakyat. Wallahualam bissawab.[]

Comment