Kelaparan Melanda, Rakyatpun Merana

Opini102 Views

 

 

Penulis: Novita Mayasari, S.Si | Pegiat Literasi

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Makan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia, karena lewat makanlah tubuh bisa kembali berfungsi serta berenergi untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Bisa dibayangkan bagaimana seorang ayah yang bekerja dari pagi hingga sore hari, belum lagi ditambah tekanan dari atasan namun jika tidak cukup asupan energi apa yang terjadi? Tentu pekerjaan menjadi tidak maksimal.

Lalu bagaimana dengan seorang ibu yang mengurus urusan rumah tangga mulai dari mencuci piring, mencuci baju, menyapu, mengurus buah hati yang sedang aktif-aktifnya dan ternyata sang ibu pada kondisi lemah, letih, lunglai akibat kelaparan karena tidak adanya makanan yang bisa dimakan, tentu menjalani ini tidaklah mudah bagi seorang yang bernama ibu.

Namun sayang, hari ini kelaparan tengah melanda di seluruh dunia. Hal ini sebagaimana dikutip dari cnbcindonesia.com (sabtu, 04/05/2024) bahwasanya Organisasi Pangan Dunia atau FAO yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengungkapkan masih banyak kelaparan akut di 59 negara atau wilayah, dengan jumlah 1 dari 5 orang di negara itu mengalami kelaparan akibat permasalahan pangan akut.

Berdasarkan laporan mereka bertajuk Global Report on Food Crises 2024, tercatat sebanyak 282 juta orang di 59 negara mengalami tingkat kelaparan akut yang tinggi pada 2023.

Jumlah orang kelaparan pada 2023 itu meningkat sebanyak 24 juta orang dari tahun sebelumnya. Belum lagi selama 4 tahun berturut-turut proporsi orang yang menghadapi kerawanan pangan sudah tinggi dan mengakibatkan anak-anak dan perempuan berada di garis terdepan dari krisis kelaparan ini. Miris nyatanya lebih dari 36 juta anak di bawah usia 5 tahun kekurangan gizi akut di 32 negara.

Lantas sampai kapankah kita terus bertahan di tengah gempuran harga pangan yang terus meroket?

Kelaparan Dampak Sistem Kapitalisme Global

Mendunianya persoalan kelaparan ini menunjukkan bahwa keadaan manusia hari ini tidak baik-baik saja. Persoalan ini tidak kunjung selesai akibat sistem kapitalisme global di dunia ini.

Kapitalisme berasaskan keuntungan materi inilah yang mengakibatkan hampir semua kekayaan alam dimiliki dan dikuasai oleh segelintir orang (para pemilik modal). Sehingga dengan kuasa uang ditambah lagi dengan paham liberalisme (kebebasan) mereka boleh dan bebas memiliki, membeli dan mengelola apa saja termasuk sumber daya alam walaupun merugikan nasib kebanyakan orang.

Maka, ketika sumber daya alam telah jatuh pada pemilik modal, rakyat akan kesulitan mengakses kebutuhan pokok mereka. Kalaupun bisa, rakyat harus merogoh kocek yang dalam alias mahal demi untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Semua ini terjadi karena pemilik modal lah yang memiliki dan mengendalikan peran mulai dari produksi, distribusi, menentukan harga bahkan mereka tidak segan untuk menimbun bahan makanan pokok demi meraup keuntungan berkali-kali lipat.

Di sisi lain, dalam sistem kapitalisme ini negara, boleh dibilang hampir tidak memiliki peran kecuali hanya sebagai regulator  antara pemilik modal dan rakyat. Negara seakan berlepas tangan dari tanggung jawabnya sebagai pengurus rakyat.

Islam Atasi Kelaparan

Islam bukan hanya sekadar agama namun nuga merupakan aturan dari sang pencipta yang diperuntukan bagi seluruh umat manusia demi mengatasi berbagai macam problema kehidupan.

Kapitalisme yang diterapkan banyak menimbulkan kerusakan di sana sini karena tidak sesuai dengan fitrah manusia dan cenderung merusak.

Dalam konsep islam persoalan ini diatur sedemikian rupa karena negara memiliki peran yang amat penting  sebagai pengurus dan bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya.

Sebagaimana Rasulullah ﷺ pernah bersabda :

“Imam adalah pelayan dan ia bertanggung jawab terhadap urusan rakyatnya”. (HR. Bukhori)

Sumber daya alam dalam pandangan islam termasuk milik publik (umum), artinya semua rakyat berhak untuk memanfaatkannya. Maka dalam islam tidak boleh individu atau pihak swasta memiliki sumber daya alam tersebut.

Semua sumber daya alam termasuk di dalamnya migas, barang tambang, hutan dan lain sebagainya merupakan kepemilikan publik (umum) di mana hanya negara yang berhak untuk mengelola dan mengelola sehingga manfaatnya dikembalikan kepada rakyat untuk menikmatinya tanpa terkecuali.

Begitulah ketika aturan dikembalikan ke tempat yang sesuai dengan syariat islam insya Allah kesejahteraan dan kedamaian yang akan didapat. Negara pun tidak segan-segan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya.

Dengan begitu para ayah tidak kesulitan lagi memenuhi nafkah untuk keluarganya sehingga tidak ada lagi yang namanya kelaparan. Bukan hanya itu, dengan dikelolanya sumber daya alam secara benar maka negara mampu mengembalikannya kepada rakyat dalam bentuk fasilitas berupa kesehatan, pendidikan dan keamanan. Wallahu’alam bishhowab.[]

Comment