Kelaparan, Ancaman yang Tak Kunjung Usai

Opini98 Views

 

 

Penulis: Luthfiatul Azizah | Mahasantri Cinta Quran Center

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Terkait kelaparan, Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) mengatakan bahwa populasi dunia terus bertambah. Sebanyak 282 juta orang di dunia mengalami kelaparan parah tingkat tinggi, 1 dari 5 orang di 59 negara mengalami kelaparan akut akibat persoalan pangan.

Muslimahnews.net (9/5/2024) menulis bahwa Indonesia menempati posisi ke 69 dari 113 negara dalam hal ketahanan pangan. Selama empat tahun berturut-turut, proporsi orang yang menghadapi kerawanan pangan sangatlah tinggi. Anak-anak dan perempuan bahkan berada di garis depan krisis kelaparan dengan lebih dari 36 juta anak di bawah usia lima tahun di 32 negara kekurangan gizi akut. Malnutrisi akut memburuk pada 2023, terutama di kalangan orang-orang yang mengungsi karena konflik dan bencana.

Permasalahan kelaparan sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Banyak dijumpai masyarakat, di pinggir jalan dan juga dari berbagai media seakan kasus kelaparan ini menjadi kasus yang lumrah dan tak kunjung mendapatkan solusi. Kelaparan yang terjadi di berbagai daerah dan telah menyebar di berbagai negara, sehingga permasalahan ini telah menjadi kasus global yang membutuhkan perhatian lebih. Terlebih Indonesia menjadi negeri yang melimpah akan sumber daya alamnya.

Namun hal tersebut ternyata tidak menjadikan masyarakat terbebas dari ancaman kelaparan. Kelaparan akut dan ancaman kelaparan di dunia meningkat karena berbagai faktor. Beberapa factor diantaranya adalah karena diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme yang tidak memiliki mekanisme dan jaminan kesejahteraan rakyat.

Sedikitnya lapangan kerja dan rendahnya upah menjadi wajah sistem ini. Rakyat diminta berjuang sendiri untuk bisa sekedar makan. Akibatnya terjadi Kesenjangan kesejahteraan.

Kapitalisme hanya menjamin kesejahteraan segelintir rakyat saja dan tidak mampu memberi kesejahteraan menyeluruh. Hal ini disebabkan karena kapitalisme mengusung konsep keuntungan belaka.

Sebagaimana yang sering dipahami oleh kebanyakan masyarakat bahwa kapitalisme memiliki sistem ekonomi yang mengutamakan modal sedikit akan tetapi menginginkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Sehingga, lapangan kerja yang ada tidaklah memberi jaminan upah yang memadai bagi para pekerja. Selain itu perusahaan yang ada juga dimiliki oleh para pemilik modal.

Hal ini menjadikan orang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Sebab banyaknya masyarakat yang mengalami kemiskinan sehingga tidak sesikit dari mereka yang ingin memulai usaha namun terbentur dengan modal awal dan akhirnya mereka tidak bisa memulai usaha.

Dengan demikian kemiskinan semakin merajalela. Untuk sekadar memenuhi kebutuhan pokok saja rakyat mengalami kesulitan. Mereka bersusah payah untuk mendapatkan sesuap nasi setiap hari. Jangankan memenuhi gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, untuk menghilangkan rasa lapar saja mereka kesulitan. Inilah bukti bahwa kapitalisme gagal mensejahterakan rakyat.

Pada sistem kapitalis hari ini kesejahteraan hanya menjadi omong kosong belaka, tak pernah terelalisasikan dalam kehidupan masyarakat. Jangankan sejahtera, dari hari kehari masyarakat justru semakin tercekik dengan berbagai macam problematika yang muncul seperti kenaikan harga bahan pokok pangan, pajak yang terus menerus meninggi dan lain sebagainya.

Banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintang agar mencapai kesejahteraan. Termasuk dengan adanya bantuan social yang terus digelontorkan oleh pemerintah, namun sayangnya hal tersebut bukanlah solusi tuntas untuk mensejahterakan masyarakat. Karena bantuan yang ada ternyata tidak tersebar merata dan tidak sedikit pula bantuan tidak tersalurkan kepada orang yang tepat. [Kemenko PMK 4/3/2024].

Selain itu, kapitalisme juga meniscayakan penguasaan SDA di berbagai negara miskin dan berkembang melalui penjajahan gaya baru. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, namun ternyata sumber daya alam yang dimiliki tidak menjamin kesejahteraan masyarakat. Masih banyak kasus kemiskinan yang terjadi termasuk juga kelaparan yang tak kunjung usai di tengah melimpahnya sumber daya alam yang ada.

Hal ini terjadi karena sistem kapitalisme memberlakukan penguasaan SDA bukan hanya untuk rakyat saja.

Penguasaan sumber daya di kooptasi oleh sebagaian kelompok. Banyak sumber daya yang dikelola oleh bangsa asing dengan dalih karena kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih belum optimal. Sehingga hal ini membuka lebar peluang bagi asing untuk menguasai sebagian besar sumber daya yang ada di Indonesia. Sehingga sumber daya alam yang sejatinya dikelola dan hasilnya untuk rakyat justru dinikmati oleh pengelola asing.

Dua hal inilah yang menjadi sebab utama ancaman kelaparan yang terjadi. Negara yang seharusnya mampu memenuhi kebutuhan rakyatnya justru hari ini rakyat terbengkalai dan tidak mendapatkan perhatian khusus dalam kehidupannya. Akibatnya kelaparan menjadi keniscayaan bagi kehidupan masyarakat ditengah sistem kapitalisme ini dan sulit untuk memberantasnya tanpa menggunakan solusi yang jitu.

Berbeda dengan kepengaturan Islam. Islam memiliki solusi tuntas dalam hal apapun termasuk kasus kelaparan disebabkan kemiskinan yang merajalela ini. Dalam Islam kepemimpinan yang ada digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Setiap pemimpin harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi tanggung jawabnya, sebagaimana dalam hadits “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap anggota pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya”.

Dengan hadits ini menunjukkan bahwa pemimpin dalam Islam dituntut untuk bertanggung jawab atas kepemimpinannya sebab dalam Islam terdapat konsep balasan akhirat bagi mereka yang amanah dan neraka bagi mereka yang berkhianat atau tidak menjalankan amanahnya.

Islam memiliki sistem ekonomi yang menjamin kesejahteraan rakyat individu per individu. Dengan adanya konsep kepemilikan dalam Islam menjadikan pengelolaan SDA oleh negara yang akan menjadi sumber pemasukan untuk memberikan layanan publik berkualitas dan gratis. Negara mengelola seluruh sumber daya yang ada untuk kepentingan masyarakat. Konsep kepemilikan sangat dijaga dalam sistem Islam baik jepemilikan individu, umum maupun negara.

Sumber daya alam yang ada dalam suatu negara merupakan kepemilikan negara sebagaimana dalam hadits dari Ibnu Abbas ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda: Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal: air, rumput, dan api”. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya alam merupakan kepemilikan bagi kaum muslimin seluruhnya. Sehingga tidak diperbolehkan dikuasai oleh segelintir individua tau kelompok. Kepemilikan umat harus dikelola oleh negara, yang hasilnya juga untuk umat.

Dengan adanya penguasaan SDA yang baik dan benar akan mampu menjamin kesejahteraan umat dengan dibukanya lapangan kerja yang luas dan beragam dan gaji yang besar sehingga terpenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Adapun kesehatan, pendidikan dan keamanan dijamin langsung oleh negara. Sehingga masyarakat tidak perlu lagi merasakankesulitan dalam menjalani kehidupan sebagaimana hari ini yang memaksa masyarakat untuk memenuhi segala macam kebutuhan hidupnya.

Islam akan menjamin kebutuhan-kebutuhan sebagaimana yang pernah terjadi pada zaman khalufah Umar bin Abdul Aziz di masa kepemerintahan bani Umayyah saat itu.

Pada era tersebut Khalifah Umar bin Abdul Aziz mampu mengentaskan rakyat dari kemiskinan, rakyatnya hidup berkecukupan dan tidak didapati pada masa itu orang yang mengalami kelaparan.

Masya Allah hanya dengan kepemimpinan yang diatur dengan aturan Islam yang mapu mengentaskan masalah kelaparan Ini. Wallahu a’lam bissawab.[]

Comment