Kelahiran Gen Z, Generasi Pemimpin Atau Pemimpi?

Opini936 Views

 

 

 

Oleh: Desi Wulan Sari, S.E, M.Si*

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Generasi Milenial, generasi yang lahir di tahun 1980-1995,  telah berlalu. Melihat awal kelahiran hingga ujung berakhirnya periode milenial, tidak banyak yang berubah dari karakter yang terbentuk. Masih banyak PR bagi pemimpin dan pembina negeri untuk menciptakan generasi yang berpeluang membawa kemakmuran dan kesejahteraan di berbagai bidang kreatifitas pemuda generasi milenial.

Bergantinya generasi berikut dibarengi dengan munculnya wabah pandemi di seluruh dunia.

Inilah Gen Z atau yang lebih dikenal dengan generasi zoomers, sebagai generasi yang lahir antara tahun 1996 hingga 2015.

Pembagian generasi, dimunculkan sebagai penanda bahwa generasi-generasi ini hadir di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat.

Sebagaimana sebuah generasi, para pemuda tersebut merupakan benih-benih generasi penerus kebesaran suatu bangsa di masa yang akan datang.

Termasuk Gen Z, kelahirannya menjadi harapan, sebagai generasi yang mampu membawa negeri ini pada dunia dalam menguasai teknologi global hingga membawa kesejahteraan bagi umat manusia. Gambaran itu merupakan potret ideal sebuah generasi.

Pandemi yang berkepanjangan memmbuat masalah-masalah baru bermunculan. Semua bidang ikut berdampak baik dari sisi sosial, pendidikan, ekonomi dan pertahanan keamanan negeri. Sehingga nasib para pemuda Gen Z seakan menjadi terabaikan, akibat penanganan dan pembinaan yang tidak tepat, khususnya di masa pandemi.

Bidang pendidikan yang menjadi ujung tombak pemuda negeri semakin tidak terurus dan tidak terkendali. Di masa pandemi semua pemuda dan pelajar seperti digiring untuk mendapatkan pendidikan melalui teknologi zoomers.

Shocking culture akibat ketidaksiapan pendidikan, membuat kasus-kasus Gen Z yang bermunculan kian miris dan marak.

Menurut Sub spesialis kesehatan jiwa anak dan remaja, dr.Lina Budiyanti di RSJ Cisarua Jawa Barat sebagaimana dilansir detik.com (16/10/2021), mengatakan bahwa kasus kecanduan gadget dalam sebulan menangani 11-12 anak, dengan usia 7-15 tahun.

Minimnya pendidikan dan pembinaan pada Gen Z membawa dampak serius pada penurunan kualitas generasi bangsa. Ketidakpahaman manfaat pada teknologi di usia anak-anak, remaja, bahkan dewasa sekalipun dalam penggunaannya, dapat menjadi bumerang bagi diri mereka sendiri.

Ponsel ataupun gadget yang semestinya dimanfaatkan untuk penidikan, tanpa kontrol dan pengetahuan yang dimiliki mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada perkembangan anak, seperti:

1. Perkembangan otak yang menurun secara drastis.

2. Kerusakan mata.

3. Sakit pada leher dan punggung. dan

4. Kecanduan yang sulit dihilangkan.

Sehingga, para Gen Z seakan dibuai dalam impian virtual yang nyata.

Padahal semu hanya ada dalam angan-anagn mereka saja. Mereka semestinya bisa menjadi calon pemimpin yang memiliki mimpi besar dalam membangun bangsa.

Lantas, di manakah peran negara dalam pembinaan Gen Z? Tentu saja, pembinan sebuah generasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab negara. Jika negara mampu menciptakan sebuah generasi cemerlang, maka tidak akan diragukan, sebuah kegemilangan bangsa akan diraih.

Begitupun yang dilakukan Islam, dalam membina para generasi mudanya. Antara ilmu teknologi dan ilmu agama sama-sama diberikan, dan dibina sesuai dengan fitrah dan kebutuhan pendidikan yang dilakukan.

Metode pendidikan ala Rasulullah saw telah di terapkan dengan sempurna di masa kedigdayaan Islam. Negaralah yang mengerahkan segenap sumber daya untuk menciptakan sistem pendidikan, kurikulum, fasilitas, yang mampu di adaptasi, bahkan cara ini bisa diterapkan pada Gen Z sekalipun.

Kesiapan negara dalam memfasilitasi pendidikan seperti masa pandemi ini pun bisa dilakukan. Mengembangkan dan membuat berbagai aplikasi dan siap mengatasi kendala teknis adalah salah satu cara kesiapan seorang pemimpin negara ,agar hak pendidikan generasinya terpenuhi.

Saatnya Gen Z dipersiapkan dan dibina menjadi calon pemimpin bertakwa, bukan calon pemimpi yang merusak dirinya sendiri dan bangsa, akibat sistem yang dijalani saat ini.

Jika sistem Islam telah mampu membawa generasi pada abad kegemilangan, lalu, mengapa tidak diterapkan untuk mendidik Gen Z, dan generasi-generasi berikutnya di masa yang akan datang.

Karena hanya Islam yang mampu membawa solusi tuntas pada setiap permasalahan umat. Walahu’alam bishawab.[]

*Pemerhati Publik dan Pegiat Literasi

Comment