Oleh Siti Aminah, Aktivis Muslimah
_________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Dua bulan menjelang pelaksanaan Piala Dunia U-20, proses pengundian peserta grup akan digelar akhir bulan ini. Kehadiran tim sepak bola Israel mulai menarik perhatian. Sejumlah kalangan secara terang-terangan menyampaikan penolakan kehadiran tim itu.
Aksi penolakan kehadiran tim Israel di Piala Dunia U-20 mulai bermunculan. Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI KH. Muhyiddin Junaidi, Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqig, Partai Keadilan Sejahtera PKS hingga ormas yang selama ini mendorong kemerdekaan Palestina telah mendesak pemerintah agar berani mengambil sikap, dengan menolak kehadiran delegasi Israel di Piala Dunia U-20.
Alih-alih penolakan itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terus melakukan persiapan. Deputi III Kemenpora, Raden Isnanta mengatakan pemerintah Indonesia selaku tuan rumah berkewajiban menyediakan fasilitas sesuai standar organisasi sepak bola dunia FIFA. Hal lain tergantung sepenuhnya pada FIFA sendiri.
“Kita serahkan pada panitia Piala Dunia U- 20. Panitia dari federasi internasional FIFA. Pemerintah dalam hal ini Kemenpora, tugasnya menyediakan fasilitas dan sebagian besar sudah dilakukan,” ujar Isnanta saat ditemui di Solo, Rabu (8/3). Ditambahkannya, Indonesia tidak akan mengintervensi apapun keputusan FIFA.VAO,8/3/2023.
Sebagian muslim dan ormas di Indonesia menolak kedatangan tim Israel ke Indonesia,tapi Kemenpora tidak mampu untuk menolaknya karena takut pada kebijakan yang telah dibuat FIFA.
Apakah dengan penolakan, boikot bisa membebaskan Palestina dari kekejaman Israel ,sudah hampir 75 tahun palestina dalam penjajahan Israel, ratusan ribu nyawa kaum muslim Palestina menjadi korban kekejian Israel.
Kebutuhan mendasar Palestina saat ini adalah bantuan militer untuk mengusir tentara Israel dari bumi Palestina. Jika kita analogikan, ada seorang perampok yang membunuh tuan rumah dan memaksa membagi dua rumahnya. Bantuan apa yang logis agar permasalahannya selesai?
Tentu kita harus membantu tuan rumah untuk mengusir perampok tersebut. Pemberian pemboikotan, penolakan Tim Israel,obat-obatan dan makanan sesungguhnya tidaklah mampu menyelesaikan masalah Palestina.
Namun kenyataannya, pemimpin kaum Muslim diam tak bergerak. Dari 50 negeri Muslim, tak ada satu pun yang mengirimkan tentaranya. Mereka hanya mampu mengecam tindakan Israel atas Palestina, yang sama sekali tak membuat takut Israel.
Mengapa para pemimpin umat Muslim bungkam? Bahkan negeri yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Palestina justru manut pada AS.
Jawabannya adalah, mayoritas pemimpin negeri Muslim adalah antek Barat. Atas nama kepentingan nasionalnya mereka rela melihat saudaranya teraniaya. Buktinya, walaupun sudah jelas terang-terangan AS menyuplai senjata pada Israel dan mendukung penuh kependudukan, namun tak ada satu pun negeri Muslim yang membantu mengusir tentara Israel.
Seharusnya tak ada alasan bagi umat Muslim untuk takut kepada AS, apalagi Israel. Meskipun saat ini industri militer dunia Islam dalam keadaan mundur, namun secara kuantitas potensi militer dunia Islam sungguh sangat besar. Satu persen saja dari semiliar penduduk dunia Islam, akan ada 10 juta tentara Muslim yang siap membela kaum Muslimin.
Akan tetapi, penggabungan potensi militer ini tak akan mungkin bisa dilakukan saat ini akibat nasionalisme yang mengakar kuat dalam benak umat Muslim. Nation state telah menyekat negeri-negeri Muslim dan menghilangkan ukhuwah atas nama keamanan dalam negeri.
Oleh karena itu, urgen untuk mencabut sekat-sekat kenegaraan karena itulah yang dicontohkan Rasulullah Saw, para Khulafa Rasyidin, dan dilanjutkan para khalifah selanjutnya, telah menghimpun seluruh wilayah Muslim dalam satu kepemimpinan.
Saat itulah seruan jihad dalam satu komando akan terwujud. Puluhan juta tentara Muslim dari seluruh wilayah akan mampu mengusir tentara Israel. Bahkan induk yang memberinya makan saat ini (AS) akan dengan mudah terkalahkan.
Sungguh, hal demikian tidaklah mustahil. Allah SWT berjanji bahwa Islam akan kembali memimpin dunia. Problematik akut yang melanda seluruh negeri, terkhusus negeri-negeri Muslim adalah akibat peradaban Barat yang memimpin dunia, sebuah peradaban busuk yang tak mengenal fitrah manusia. Jika sistem ini terus dipaksakan menjadi rujukan negeri-negeri Muslim dunia, maka tunggulah kehancurannya.
Maka, harus ada upaya untuk mengembalikan kekuatan dan menyatukan seluruh umat muslim sedunia dalam satu kepemimpinan.[]
Comment