Oleh : Risma Febrianti, Guru
___________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Viral kasus pembunuhan dilakukan oleh Christian Rudolf Tobing. Ia adalah seorang yang berprofesi pendeta yang membunuh sahabatnya sendiri yaitu AY alias Icha, di kawasan Jakarta Timur. Jasad AY ditemukan di kolong Tol Becakayu, Kota Bekasi pada Senin (17/10/2022).
Disinyalir motif dari pembunuhan ini adalah ketidaksukaan atau dendam pelaku terhadap salah satu temannya yang berinisial H. Kasubit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Indra Wienny Panji Yoga mengungkapkan motif Christian Rudolf Tobing membunuh AY karena foto yang beredar di media sosial.
Dikutip dari Tribun Jakarta, Panji mengatakan foto tersebut memperlihatkan AY berfoto dengan H.
Imbasnya Christian Rudolf Tobing pun geram dengan AY lantaran H adalah sosok yang dianggapnya sebagai musuh.
Dari sini Rudolf menyusun rencana untuk melakukan pembunuhan. Awal mula, Rudolf hendak membayar pembunuh bayaran untuk menghabisi H. Namun, karena memakai jasa pembunuh bayaran sangat tinggi tarifnya maka niat Rudolf urungkan niatnya. Sebagaimana diungkapkan oleh Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Hengki Haryadi.
“Pelaku sempat pada saat sebelum melakukan pembunuhan untuk membunuh H, pelaku sempat men-searching di internet jasa pembunuhan bayaran dan tarifnya,”
Tidak cukup sampai disitu, diwartakan Warta Kota, Panji mengatakan Rudolf Tobing belajar mencekik dari internet agar korban tidak mengeluarkan suara. Panji menambahkan bahwa Rudolf tidak hanya berniat membunuh AY, namun juga mengincar dua nyawa temannya.
“Sebetulnya pelaku ada dua korban lagi yang diincar terkait foto yang dilihat di medsos,” tutur Panji.
Dua korban tersebut adalah H yang sebenarnya menjadi target pertama yang akan dibunuh dan rekan Rudolf yang berinisial S. Namun, katanya, H justru sulit dihubungi.
“Pelaku coba menghubungi calon korban melalui adiknya, namun responnya kurang, sehingga pelaku bergerak ke target berikutnya korban I (AY),” jelasnya.
Sungguh fakta yang ironi. Karena dendam dan ketidaksukaan terhadap seseorang membuat gelap mata hingga tega melakukan pembunuhan terhadap temannya sendiri.
Ditelusuri lebih dalam, Rudolf mengalami gangguan kesehatan mental. Sebagaimana Hengki Haryadi kepada wartawan, Sabtu (22/10/2022).
“Untuk pemeriksaan psikologis sudah dilakukan oleh tim psikologi Polda Metro Jaya, hasil sementara pemeriksaan baru disampaikan kepada kami bahwa pelaku mempunyai trauma masa kecil,”.
Hengki mengungkap trauma Rudolf muncul karena kerap dipukuli orang tuanya. Hengki menyebut Rudolf memiliki emosi yang meledak-ledak.
“Karena sering dipukuli oleh orang tuanya, pelaku memiliki emosi yang meledak-ledak,” ujarnya.
Fakta ini selaras dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan University of Queensland di Australia dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa 1 dari 20 remaja di Indonesia terdiagnosis memiliki gangguan mental, mengacu pada Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-V). Ini berarti, sekitar 2,45 juta remaja di seluruh Indonesia masuk dalam kelompok Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Gangguan kecemasan menjadi gangguan mental paling umum. Disusul dengan gangguan depresi mayor, gangguan perilaku, gangguan stres pascatrauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD).
Sebelumnya, sebuah riset di tahun 2021 dari Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran, sebanyak 96,4% dari hampir 400 remaja yang mereka survei kurang memahami cara mengatasi stres akibat masalah yang sering mereka alami.
Darurat kesehatan mental kini menjakiti remaja di Indonesia. Kasus pembunuhan Rudolf adalah salah satu dampak fatal yang terjadi dari gangguan kesehatan mental yang dialaminya. Dari kasus Rudolf pula penyelewengan terhadap internet terjadi, fakta bahwa ada pula jasa pembunuh bayaran di Indonesia membuat riskan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dan beberapa konten video yang tidak tersaring mengakibatkan banyak orang bisa meniru hingga sampai ke ranah cara membunuh.
Hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Harus ada pencegahan dan tindakan nyata untuk menghindari kejadian yang serupa. Berbagai kalangan harus turut andil mengambil peran pencegahan ini, baik individu, keluarga, masyarakat hingga kepada negara.
Individu-individu berusaha untuk terus menjaga pola pikirnya dan menjaga kesehatan mentalnya di tengah terjalnya era moderenisasi kini, terkhusus bagi para remaja dengan jiwa eksistensi yang tinggi. Maka perlu adanya batasan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Tentunya, dengan mengenal siapa Tuhannya dan takwa kepada-Nya.
Begitupun dalam keluarga, komunikasi dan tanpa kekerasan didalamnya harus dibangun. Membangun keluarga harmonis dengan nilai-nilai kebaikan di dalamnya. Tak kalah penting, peran masyarakat dan lingkungan pun berpengaruh, maka masyarakat yang baik adalah mereka yang mampu menerapkan norma sosial yang baik didalamnya. Terakhir, peran yang paling utama ialah peran negara.
Negera atau pemerintah adalah peran fundamental dari setiap persoalan. Sistem yang diterapkan dapat mengubah berbagai problematika yang terjadi. Sekuler dan liberalisme yang mencokol hingga kini mengakibatkan kerusakan tiada henti. Contoh yang terlihat kini pembuahan yang terjadi. Maka, perlu sistem yang mengatur secara revolusioner dalam bernegara yang menyejahterakan masyarakatnya.
Sistem atau syariat Islam adalah sistem yang relevan, karena Islam mengharuskan negara menjaga segenap jiwa dan keimanan masyarakat. Menjaga harta benda, menjaga akal masyarakat dengan diterapkan aturan-aturan yang sesuai dengan fitrah manusia.
Sungguh peraturan yang tertuang dari Islam ialah peraturan dari sang Maha Pencipta, maka 100% peraturan ini akan menyejahterakan manusia di mana pun berada. Wallahu a’lam.[]
Comment