RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Allah Ta’ala berfirman:
{وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ}
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan (dosa)mu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS asy-Syuura:30).
Ayat di atas menggambarkan bagaimana situasi hari ini. Mulai dari banyaknya bencana alam, seperti longsor, banjir, gempa, tsunami , dan lain sebagainya. Sampai kerusakan pada aspek moral kemanusiaan yang terus meningkat setiap tahun nya atau menyebarnya penyakit menular.
Tidak lain adalah akibat dari dosa-dosa karena perbuatan maksiat yang dilakukan manusia. Pengrusakan terhadap lingkungan, dan perbuatan yang melanggar syariat seperti makanan sehari-hari.
Manusia saat ini sudah tidak peduli dengan kewajiban terhadap Tuhan mereka. Belum lagi ditopang oleh sistem kapitalis rusak yang memfasilitasi, membuat kerusakan itu terus ada hingga bertambah banyak.
Mereka biasa melanggar rambu-rambu syariat, seperti memakan makanan yang haram, melakukan riba, berzina, pencurian dengan jumlah besar seperti
korupsi, tidak menutup aurat dan sebagainya yang memang harus segera diatasi.
Allah Ta’ala berfirman:
{ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}
“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat)manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar Ruum:41).
Setiap musibah yang Allah turunkan mempunyai pesan penting , yaitu agar manusia kembali ke jalan yang benar, jalan yang Allah ridhoi. Bukan semata-mata tanpa sebab Allah turunkan sebuah musibah, bukan juga hanya untuk membuat manusia sengsara, akan tetapi manusia yang merupakan sumber dari kerusakan itu sendiri.
Manusia harus tahu bahwa di kehidupan ini, ia hanyalah seorang hamba yang mempunyai kewajiban untuk patuh pada Rabb-nya, menjalankan seluruh syariat nya tanpa tapi dan tanpa nanti, serta meninggalkan apa-apa yang dilarang Allah.
Sejatinya musibah yang hadir sebagai pengingat bahwa begitu jauhnya manusia dengan Allah, sebagai pesan cinta bahwa manusia harus kembali ke jalan Rabb-nya.
Kembali pada syariat
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).
Manusia harus kembali ke jalan Rabb-nya sebelum datang azab yang jauh lebih pedih.
Allah Maha Pengampun atas dosa-dosa yang dilakukan manusia. Membuka pintu taubat yang luas. Manusia juga harus memahami bahwa seluruh syariat yang Allah turunkan adalah demi kemakmuran hidup manusia, karena disetiap syariat terdapat kebaikan di dalamnya. Menjalankan syariat baik secara individual hingga instansi yang lebih besar seperti negara harus dilakukan.
Jika sebuah negara sudah menerapkan aturan dari Allah, kecil kemungkinan masyarakat didalamnya berbuat kerusakan, karena negara sendiri yang melakukan pembinaan dan pengawasan.
Musibah tidak akan terus berdatangan, karena Allah ridho pada pemimpin dan rakyat di negara yang menerapkan aturan islam. Bukan aturan keliru yang dibuat manusia. Wallahu a’lam.[]
Comment