Oleh: Sumiati, Generasi Pendidik dan Member Akademi Menulis Kreatif
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — “Sudah terjatuh, tertimpa tangga pula” itulah gambaran nasib bangsa Indonesia, akibat penerapan kapitalisme yang tidak cocok dengan fitrah manusia.
Dikutip SindoNews.com, Joko Widodo (Jokowi) geram dengan sikap para pemerintah pusat dan daerah serta BUMN yang masih melakukan impor terkait pengadaan barang dan jasa. Padahal, anggaran modal yang diberikan cukup besar. Hal tersebut disampaikan Jokowi saat memberikan pengarahan kepada menteri dan lembaga serta kepala daerah tentang aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Bali, Jumat (25/03/2022).
Orang nomor satu di negeri ini geram terhadap bawahan yang masih melakukan impor, tentu membuat rakyat heran. Bukankah setiap kebijakan yang terjadi dalam negeri ini adalah atas persetujuan presiden? Rakyatpun menjadi bingung. Inilah kapitalisme. Sering terjadi saling menyalakan satu sama lain.
Ketidakjelasan aturan, ketidakadilan keputusan terhadap rakyat. Bahkan tak mampu menjamin kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. Di tengah kisruh kenaikan berbagai kebutuhan, tentu saja apa yang disampaikan beliau tambah menguatkan, jika sistem yang diusung tidak cocok dengan fitrah manusia.
Jika pun memang betul tak tahu apa yang dilakukan pemerintah pusat, semestinya menjadi sebuah introspeksi bagi penguasa, mengapa tak ada kekompakan satu sama lain. Bukankah aturan itu harusnya berlaku untuk semua. Jangan sampai masyarakat menganggap jika penguasa tak mampu memimpin, tak mampu tegas terhadap yang dipimpinnya. Atau bahkan karena ini sistem buatan manusia, hingga sangat memungkinkan di dalamnya penuh dengan saling menjatuhkan. Siapa yang kuat dia yang menang, siapa yang tega dia yang dominan.
Tentu hal ini menjatuhkan wibawa orang nomor satu di negeri ini. Kekuasaannya telah dilangkahi, bahkan seperti tak dipertimbangkan dalam mengambil sebuah kebijakan. Sungguh miris dan betapa kacaunya negeri ini.
Bagaimana pandangan Islam terkait kapitalisme?
Tentu saja, tak layak dijadikan sebagai pegangan. Karena tidak sejalan dengan fitrah manusia. Akan selalu ada pertentangan di dalamnya, sebagus apapun sistem tersebut.
Dalam sistem Islam kepemimpinan itu hanya satu yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Khalifah memiliki para wali yang ditempatkan diberbagai negeri untuk menjalankan tugas yang sudah diamanahkan oleh Khalifah. Khalifah mengontrol rakyat di berbagai negeri, atas dasar laporan dari para walinya.
Apa yang dilakukan oleh para wali, terkontrol oleh Khalifah. Khalifah tahu apa saja yang dilakukan oleh para walinya. Sehingga ketika menjalankan sebuah pemerintahan, maka memiliki kontrol yang jelas.
Antara Khalifah dan wali-walinya satu suara. Maka tak ada istilah tidak tahu dengan apa yang dilakukan para pejabat atau menteri. Wallahu a’lam bishshawab.[]
Comment