Penulis: Mansyuriah, S.S | Aktivis Muslimah dan Pemerhati Sosial
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– #KaburAjaDulu, adalah tagar yang menjadi trending diserukan di berbagai platform media sosial, sebuah ajakan pindah ke luar negeri demi sebuah kehidupan yang lebih baik.
Sebagaimana diberitakan dari cnnindonesia.com, 07-02-2025, warganet berbondong-bondong menyerukan tagar #KaburAjaDulu di sejumlah platform media sosial, termasuk X (Twitter). Beberapa cuitan di X terkait tagar ini disertai dengan keluhan netizen mengenai berbagai permasalahan di Indonesia.
Pengaruh tren digital dan media sosial saat ini mendorong penyebaran tagar yang relatable ini, itulah kenapa tagar ini semakin menggema dan menjadi relevan di kalangan generasi karena banyak yang merasa terhubung dengan kondisi ini. Sisi lain mencerminkan respons spontan terhadap situasi yang dianggap tidak nyaman, sulit atau penuh tekanan di negara sendiri.
Viralnya tagar ini mengindikasikan kenyataan bahwa banyak generasi muda Indonesia serius berniat meninggalkan negara ini untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik di luar negeri. Sebagian lainnya malah sudah banyak menetap di luar negeri dan enggan kembali ke Indonesia.
Sebuah Alarm
Jika ditelisik, tren ini menjadi sinyal dari kecewaan anak muda terhadap kondisi negeri sendiri. Saat yang sama menjadi alarm bagi pemangku kebijakan. Kondisi ini menjadi gambaran kegagalan berbagai kebijakan yang ditetapkan pemerintah pada semua sektor.
Di sektor pendidikan misalnya tidak dibekali dengan keterampilan yang mumpuni, kurangnya akses ke pendidikan yang lebih terjangkau dan berkualitas, apalagi terjadi pemangkasan anggaran pendidikan dengan dalih efisiensi, sehingga banyak generasi yang harus merasakan putus sekolah bahkan nganggur. Akhirnya kualitas pendidikan yang rendah di dalam negeri bertemu dengan banyaknya tawaran beasiswa ke luar negeri di negara maju.
Pada sektor politik ekonomi juga gagal memberikan kehidupan sejahtera pada rakyat dan generasi. Biaya hidup yang semakin tinggi, lingkungan kerja yang eksploitatif, mereka sudah berkerja keras tapi upahnya malah rendah, beban kerja yang tidak seimbang serta budaya kerja yang toxic membuat generasi merasa tidak punya masa depan.
Adanya akses lapangan perkerjaan yang terbatas, kalaupun ada syarat yang ditetapkan cenderung sulit dan beragam sehingga banyak generasi yang merasa tidak memiliki daya saing. Belum lagi dengan acanman PHK massal.
Sulitnya mencari kerja di negara sendiri bertemu dengan banyaknya tawaran kerja di Luar Negeri baik pekerja terampil maupun kasar dengan gaji yang lebih tinggi, berbanding terbalik di negara sendiri. Semua kondisi ini semakin memperkuat alasan generasi untuk “kabur” ke luar negeri.
Pada tataran sistem, saat ini negara menganut sistem Kapitalisme yang dijadikan sebagai asas dalam kehidupan. Sistem ini telah memosisikan negara sebagai pihak yang tidak bisa berbuat apa apa selain membuat regulasi. Rakyat tidak akan terpenuhi seluruh kebutuhannya karena negara tidak memberikan jaminan apa pun agar rakyat dapat terpenuhi kebutuhan pokoknya.
Hingga akhirnya banyak rakyat yang rela terlibat pinjol dan judol demi memenuhi tuntutan ekonomi dan kebutuhan hidup yang makin mahal.
Kebijakan yang tidak pro rakyat kerap muncul kendati rakyat tengah dalam impitan ekonomi, seperti harga pangan mahal, subsidi dicabut, tarif pajak naik, biaya pendidikan mahal, iuran kesehatan dengan layanan alakadarnya, dan masih banyak kebijakan lain yang kontradiktif dengan kondisi rakyat yang sedang susah.
Sejahtera Niscaya dalam Islam
Islam memosisikan negara sebagai raa’in (pengurus) urusan rakyat. Negara wajib mewujudkan kesejahteraan rakyat dan tidak boleh membiarkan rakyat berada dalam kemiskinan. Negara Islam wajib memenuhi seluruh kebutuhan asasi (sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan) tiap warga negara individu per indvidu. Inilah realisasi politik ekonomi Islam.
Syekh Abdurrahman al-Maliki rahimahullah mengatakan di dalam kitab As-Siyasatu al-Iqtishadiyatu al-Mutsla (Politik Ekonomi Islam) halaman 167 bahwa negara harus menjamin pemenuhan semua kebutuhan primer (asasi) setiap individu rakyat satu per satu secara menyeluruh dan menjamin tiap-tiap individu memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekunder dan tersier menurut kadar kemampuannya.
Maka untuk mewujudkan berbagai macam pemenuhan asasi ini, negara harus menetapkan regulasi yang pro rakyat, membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi para laki-laki karena mereka adalah pihak yang wajib menafkahi keluarganya. Negara akan mengelola SDA milik umum (tambang, laut, hutan, sungai, danau, gunung, dll.). Hal ini akan membuka lapangan kerja yang sangat luas.
Hasil dari pengelolaan kekayaan umum oleh negara akan dikembalikan kepada rakyat, baik dalam bentuk produk (seperti BBM, gas, dll.) maupun layanan publik. Ini menjadikan rakyat hidup sejahtera. Umat membutuhkan ekonomi yang lahir dari aturan dari Allah Swt., yaitu sistem ekonomi Islam. Sehingga dengannya akan membawa umat pada kebaikan dan keberkahan yang mustahil diberikan oleh sistem ekonomi kapitalisme. Wallahu a’lam.[]
Comment