Kabel Fiber Optik Bikin Masalah, Siapa yang Salah?

Opini390 Views

 

 

Penulis: Hida Muliyana, S.K.M | Pemerhati Kesehatan Masyarakat

 

RADARINDONESIA.NEWS.COM, JAKARTA– Maraknya kejadian berdarah, kecelakaan hingga kematian. Beberapa waktu lalu masyarakat sempat dihebohkan dengan kejadian kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh kabel fiber optik yang menjuntai di jalan raya, tepatnya di jalan Brigjen Katanso, Palmerah, Jakarta Barat. Kabel tersebut menyebabkan salah satu pengendara yang sedang lewat meninggal dunia. (Liputan6, 6/8/2023)

Selain kejadian tersebut, di waktu lain juga pernah terjadi kecelakaan yang sama hingga menyebabkan korbannya cacat sampai hari ini. Yakni seorang mahasiswi UB Bernama Sultan Rif’at Al Fatih berusia 20 tahun. (Detiknews, 31/7/2023).

Sungguh mengenaskan, jalan raya yang menjadi jalan umum, harusnya aman dari hal-hal yang berbahaya. Namun, kenyataannya justru rawan kecelakaan hingga dapat berujung kematian. Terbukti dengan adanya kasus yang sama, rupanya tak juga menjadi pelajaran bagi pihak terkait. Semuanya malah saling lempar tanggung jawab.

Kasus ini terjadi karena aspek keselamatan di jalan raya kurang diperhatikan. Ada banyak faktor penyebabnya. Salah satunya adalah tata kelola pengerjaan proyek yang diserahkan kepada pihak lain atau swasta.

Pengelolaan jalan umum dan keamanan semestinya menjadi tanggung jawab negara langsung bukan diserahkan pada pihak lain. Jika proyek pembagunan jalan diserahkan kepada pihak lain apalagi swasta maka pengontrolan kualitas jalan menjadi lemah. Aspek keselamatan pun akan terabaikan, dikarenakan swasta cenderung mencari keuntungan semata.

Pengelolaan seperti ini karena sistem yang diterapkan adalah kapitalisme. Sistem ini menyebabkan negara seakan berlepas tangan dengan apapaun yang menjadi tanggung jawabnya. Apalagi sistem ini cenderung kepada keuntungan semata. Jika ada hal-hal yang menurut mereka rugi maka hal tersebut bukanlah menjadi prioritas.

Berbeda halnya dengan sistem Islam, yang memahami bahwa politik adalah riayah suunil ummat atau cara Islam dalam mengatur segala urusan ummat. Jalan umum adalah bagian dari hal yang harus dikelola langsung oleh negara, karena jalan adalah bagian dari kebutuhan masyarakat.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh negara yang menjalankan sistem Islam dalam urusan jalan umum. Pertama, tata kelola wilayah dalam Islam berfokus pada kemaslahatan seluruh warga. Maka seluruh fasilitas akan benar-benar di tata agar seluruh warga merasa aman dan nyaman.

Jika ditemukan adanya pemasangan kabel yang semrawut di atas langit maka negara akan segera memikirkan cara terbaik untuk memperbaikinya. Negara akan bekerjasama dengan para ahli untuk dimintai pendapat. Jika para ahli ada yang berpendapat dengan ilmu dan teknologi barunya, misalnya kabel dapat di tanam di bawah tanah maka negera akan segera mengimplimentasikannya.

Kedua, pihak utama dalam pengelolaan proyek adalah negara langsung. Jika diserahkan kepada pihak lain, maka persoalan pemerataan tidak akan bisa tercipta sebab kepentingan swasta adalah keuntungan semata sehingga hanya yang memiliki uang saja yang dapat mengakses fasilitas terbaik.

Sebaliknya, di dalam Islam kepentingan negara bukanlah semata-mata keuntungan, melainkan terpenuhinya seluruh kebutuhan umat. Fungsi adanya pemerintahan dan penguasa adalah untuk melindungi dan menyelesaikan persoalan umat. Negara pun tidak akan segan memberi sanksi kepada perusahaan yang lalai dalam hal keamanan.

“Akan terjadi fitnah (kekacauan) jika tidak ada seorang imam (khalifah) yang mengurusi urusan manusia.” (Al-Qadhi Abu Ya’la al-Farra’, Al-Ahkamus Sulthaniyyah, hlm. 23).

Ketiga, negara akan memanfaatkan kas baitul maal yang menjadi kekuatan negara secara penuh. Sering kali defisit anggaran menjadi alasan penguasa untuk menyerahkan urusan rakyat pada swasta. Inilah yang tidak akan terjadi dalam sistem Islam, melimpahnya pemasukan negara dari berbahagia sumber seperti fai, kharaj, kepemilikan umum, dan pos sedekah, akan menjadikan keuangan negara kuat.

Apabila negara sudah kuat maka bukan hanya rasa aman yang didapat, melainkan juga kehidupan yang nyaman dan enak di pandang mata, menyejukkan hati siapa pun warga yang melihatnya.

Hal ini mengingatkan kita dengan sejarah Islam. Ketika seorang pempimpin seperti Khalifah Umar bin Khaththab yang menangis tersedu-sedu tatkala ada seekor keledai terperosok.Dirinya begitu khawatir jalanan yang berlubang akan menyebabkan keledai tersebut terperosok karena kelalaiannya sebagai pemimpin.

Jauh berbeda dengan pemimpin hari ini, sudah banyak korban kecelakaan karena kabel listrik, bukannya merasa bersalah, malah saling melempar tanggung jawab. Sungguh, kehidupan yang aman hanya akan bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat jika sistem Islam diterapkan dalam kehidupan. Wallahu a’lam bishawab [SP]

Comment