Jurang Resesi Memicu Krisis Ekonomi, Islam Solusi Tuntas

Opini585 Views

 

Oleh: Ina Agustiani, S.Pd*

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Tak hentinya negeri ini diuji dengan berbagai perundungan.  Tekanan hidup di tengah pandemi covid melanda. Kondisi masyarakat sebelum covid sudah begitu terhimpit sehingga tertatih menghidupi diri dan keluarga. Apatah lagi sekarang bersama gelombang PHK kian besar, pemerintah pun menuntut mereka untuk lebih banyak di rumah. Kompensasi bantuan yang diberikan tidak sepadan dengan beban yang menghimpit.

Maka tidak salah bila masyarakat kemudian bertanya kepada pembuat kebijakan,  di mana keadilan itu?

Kemiskinan yang kekal dan melekat seakan menjadi garis hidup mereka, maka pantaslah mereka bertanya-tanya mengapa ini harus terjadi di tengah kekayaan sumber daya alam yang kaya dan berlimpah?

Bank dunia merilis adanya tekanan ekonomi karena covid sehingga mengakibatkan jumlah penduduk miskin di dunia melonjak 70- 120 juta orang, ini sudah termasuk rentan miskin hingga miskin ekstrim.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka penduduk miskin di Indonesia naik 1,63 juta orang menjadi 26,42 juta orang per Maret 2020.

Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia Marie Elka Pangestu mengatakan, menurutnya permasalahan sosial tidak dapat dihindari, terutama terkait kemiskinan yang akan memicu resesi.

Menurut KBBI resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri dan sebagainya (seolah-olah terhenti); menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri): — menyebabkan timbulnya pengangguran di negara-negara industri;– ekonomi.

Bila negara maju saja banyak yang mengalami resesi, apa lagi negara berkembang seperti Indonesia.

Maka dari itu dunia mengingatkan pemerintah Indonesia untuk bisa memperkuat dan memfokuskan bantuan sosial (bansos).

Namun yang terjadi di lapangan tak berdampak signifikan dan mulus. Dalam praktik, bantuan terkait penanganan wabah ini, nyatanya – masih terdapat tumpang tindih sehingga masyarakat yang semestinya menerima bantuan justeru tidak memperolehnya.

Sudahlah kehilangan pekerjaan, bantuanpun tidak ada. Akibatnya,  beban rumah tangga semakin berat dengan masalah-masalah seperti perceraian, kejahatan, bahkan pembunuhan sebagai bagian dan turunan dari dampak sosial ini.

Satu hal yang paling menyakitkan adalah bahwa dana bansos yang didapat negara berupa pinjaman dari negara lain dikorupsi oleh oknum pejabat tanpa rasa malu.

Adakah Resesi dalam Islam?
Dalam sejarah peradaban Islam,  resesi seperti ini pernah dialami dan terjadi. Namun, terdapat perbedaan dalam hal dan unsur penyebab.

Resesi pada saat itu lebih disebabkan  oleh besarnya pengeluaran anggaran yang digunakan demi fokus pada penanganan wabah atau bencana alam yang terjadi.

Islam tidak memperbolehkan sektor ekonomi berbasis ribawi, saham, aktivitas di sektor non rill.

Untuk menghentikan wabah yang bersifat pandemi, negara turun tangan dan bertindak total untuk fokus menyelesaikan persoalan wabah tersebut tanpa berpikir untung rugi.

Semua pihak dan elemen terkait seperti para ahli kesehatan, dokter, perawat dilibatkan untuk melakukan penelitian bagaimana virus ini menyebar dan membuat anti virusnya.

Negara memberikan dukungan finansial penuh untuk menyehatkan kembali orang sakit agar bisa beraktivitas kembali. Tentu saja Islam tak akan mengalami krisis yang berulang dengan menjaga ketahanan ekonomi, di antaranya : (1) melarang aktivitas riba, (2) larangan menimbun harta agar perputaran ekonomi tak hanya berada di orang kaya saja, (3) SDA dikelola mandiri oleh negara, (4) keuangan berbasis emas dan perak untuk menjamin kestabilan mata uang, (5) diterapkannya zakat mal.

Dalam sebuah hadits, ditegaskan bahwa fungsi pemimpin adalah bertanggung jawab pada rakyatnya. “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan dia bertanggung jawab terhadap rakyatnya.” (HR Ahmad, Bukhari).

Negara akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat baik sandang, pangan maupun papan. Negara juga menciptakan lapangan kerja yang luas dengan iklim usaha yang kondusif.

Resesi memang akan pulih tapi kita tidak tahu kapan datangnya masa pulih itu terjadi.

Jika sistem ekonomi kapitalis yang telah usang ini masih menjadi acuan kebijakan, maka krisis dan segala permasalahan ekonomi umat akan terus berulang.

Untuk mengakhiri beban dan penderitaan ini, kita merindukan sebuah sistem yang kapabel dan dapat menjadi solusi tuntas bagi semua persoalan. Hal itu tak lain adalah Islam. Wallahu a’lam bishshawab.

Sumber :

https://www.republika.id/posts/8635/bank-dunia-ingatkan-ancaman-kemiskinan-ekstrem

*Penulis adalah seorang praktisi pendidikan

______

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat menyampaikan opini dan pendapat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Setiap Opini yang ditulis oleh penulis menjadi tanggung jawab penulis dan Radar Indonesia News terbebas dari segala macam bentuk tuntutan.

Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan dalam opini ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawab terhadap tulisan opini tersebut.

Sebagai upaya menegakkan independensi dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Redaksi Radar Indonesia News akan menayangkan hak jawab tersebut secara berimbang.

Comment