RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Gelombang PHK di negara-negara kapitalis tengah terjadi saat ini. Ancaman puluhan ribu karyawan bakal dirumahkan semakin bergaung. Ini artinya semakin banyak yang akan kehilangan pekerjaan alias menganggur. Sejumlah perusahaan dari berbagai negara mengambil langkah dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada karyawannya guna melakukan efisiensi. Hal itu disebabkan karena melemahnya ekonomi dan ketidakpastian global. (cnbcindonesia.com,09/10/2019)
Gelombang PHK ini begitu besar karena menghantam berbagai sektor, manufaktur, perbankan, otomotif bahkan perusahaan perintis (start up) yang selama ini digadang sebagai kemajuan zaman pun ikut terseret arusnya.
Dilansir oleh cnbcindonesia.com, (09/10/2019), perusahaan yang telah mengumumkan untuk merumahkan atau melakukan PHK kepada karyawannya di antaranya adalah bank terbesar Eropa, HSBC, dilaporkan bakal merumahkan 10.000 pegawainya. HP, sekitar 9.000 karyawan yang akan di PHK.
Uber, rencana merumahkan 835 karyawan selama tahun 2019. LG Display, telah mengumumkan rencana PHK karyawannya 17 September 2019. Namun tidak memaparkan jumlah yang pasti berapa karyawan yang akan dirumahkan. Ford, dikabarkan akan melakukan PHK 12.000 karyawan dan menutup sejumlah pabrik. Nissan Motor Co akan memangkas 12.500 karyawannya. Bombardier, melakukan PHK pada 550 karyawannya. Dan masih banyak lagi.
Mengapa gelombang PHK ini bisa terjadi di negara-negara yang mengusung kapitalisme? Apakah ini menandakan bahwa kapitalisme gagal menyejahterakan rakyat? Apakah ini tanda bahwa kapitalisme akan shutdown?
Kapitalisme Gagal Menyejahterakan
Salah satu tanda negara yang tidak berdaulat adalah ketergantungan pada kapitalis. Padahal hakikat kapitalis hanya mengambil keuntungan semata. Mereka hanya akan menanamkan modalnya pada negara yang memberikan keuntungan dan akan mencabut investasinya bila negara tersebut tidak lagi memberikan keuntungan.
Gelombang PHK di berbagai perusahaan besar dunia yang menggunakan kapitalisme saat ini adalah buktinya. Karena kondisi ekonomi dunia sedang lesu, membuat kapitalis dengan mudah merumahkan karyawan. Kemandirian suatu negara tergantung pada keadaan ekonomi dunia. Negara yang menganut sistem ekonomi kapitalisme tak berdaya menghadapi resesi. Bahkan negara kampium demokrasi sekaligus pengemban ekonomi kapitalisme yaitu AS juga terlibas. AS tidak bisa melindungi dan menjamin pekerjaan rakyatnya. Bagaimana dengan negara yang lemah?
Ekonomi kapitalisme memang rentan krisis. Resesi ekonomi menjadi bayangan yang terus menghantui setiap waktunya. Hal ini terjadi karena ekonomi kapitalisme lebih banyak bermain di ranah pasar non real seperti pasar modal, pasar saham, pasar uang. Dan ini rentan terhadap manipulasi dan spekulasi. Kondisi real di lapangan sering tidak terjadi kolerasi, membuat ekonomi kapitalisme mudah terguncang.
Di sisi lain, mata uang yang tidak berbasis dinar dirham, perak dan emas juga membuat kapitalisme mudah dirongrong inflasi. Melalui bursa saham, banyak para spekulan memainkan pasar yang tidak real untuk menguasai pasar. Akibatnya menumbuhkan gap inflasi yang begitu jauh. Saat ini jika masih berharap pada kapitalisme dan mempertahankannya, dipastikan berujung pada kehancuran, kesedihan dan kesengsaraan.
Islam Solusi Resesi Ekonomi
Islam adalah agama langit. Agama yang diturunkan oleh pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan. Islam bukan hanya agama, ia sekaligus ideologi, mengatur seluruh aspek kehidupan, mulai dari aspek sosial, budaya, pendidikan, politik, ekonomi dan pemerintahan.
Dunia butuh pada penerapan Islam secara total yang menjamin kesejahteraan karena aturannya bersumber pada keyakinan yang shahih yaitu keimanan kepada Allah sebagai pencipta dan mempunyai cara pandang yang tepat terhadap masalah kehidupan termasuk masalah ekonomi.
Islam melalui sistem ekonominya tak mudah dilanda resesi. Karena ekonomi Islam berdiri di atas dasar yang kokoh dan tegak di atas pondasi yang kuat yaitu konsep Ilahi. Ekonomi Islam juga tidak memperdagangkan uang seperti pada kapitalisme tetapi memperdagangkan barang. Ekonomi Islam bebas dari praktik ribawi.
Selain itu, ekonomi Islam menggunakan sistem uang berbasis dinar dirham, emas dan perak yang rentan terhadap krisis. Sebab emas tidak bisa dispekulasi. Apa yang terlihat, itulah nilainya. Sekalipun sudah terpenggal, nilainya tetap tinggi. Berbeda dengan uang kertas ketika sudah robek, tidak bernilai lagi. Hal ini terbukti, resesi ekonomi hari ini, harga emas semakin mahal. (cnbcindonesia.com, 17/10/2019)
Ekonomi Islam juga mempunyai tiga pilar pengaturan yang bisa menuntaskan masalah ekonomi secara real (An-Nabhani, 1990, Nizamul-Iqtisady fil-Islam, Beirut, Cet IV):
Pilar pertama, kepemilikan (al-milkiyah). Kepemilikan diatur sehingga orang tidak mengambil harta secara bebas. Baku rampas sana sini. Kepemilikan dibagi atas tiga; kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara. Dengan pembagian berlapis seperti ini, mudah mengetahui mana harta individu, mana milik umum dan mana yang menjadi kepemilikan negara. Sehingga jelas pembagian ini tidak akan terjadi monopoli kepemilikan seperti yang terjadi pada ekonomi kapitalisme.
Pilar kedua, pemanfaatan kepemilikan (at-tasarruf fil-milkiyah). Pemanfaatan kepemilikan ini dilakukan atas dasar hukum syariat. Sekalipun telah sah menjadi miliknya sesuai pilar pertama, namun ia tidak bisa seenaknya menggunakan hartanya. Sebab, segala yang ada di dunia adalah titipan termasuk harta. Dimanfaatkan untuk apa harta yang diperoleh, semua akan dipertanggungjawabkan. Sehingga semua akan berhati-hati dalam membelanjakan hartanya karena takut akan pertanggungjawabannya.
Pilar ketiga, distribusi harta kekayaan di tengah manusia (tauzi’u tsarwah baynan-nas). Dalam distribusi kekayaan di tengah-tengah manusia, Islam akan memastikan pendistribusiannya sampai ke tengah-tengah masyarakat. Hal ini dilakukan melalui mekanisme yang telah diatur oleh hukum-hukum syara’.
Sudah saatnya, umat kembali ke sistem ekonomi Islam. Meninggalkan kapitalisme yang sudah jelas rusak dan menyengsarakan jutaan umat manusia. Ekonomi Islam solusi tuntas atas kelesuan dan krisis ekonomi dunia hari ini.
Wallahu a’lam bishshawab.
*Anggota Akademi Menulis Kreatif (AMK), Maluku
Comment