Oleh: Fury Qonzano, Pemred RIN
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Sebagai sunnatullah, musibah selalu hadir dalam kehidupan manusia. Musibah itu hadir sebagai ujian bagi umat manusia di muka bumi ini wa bil khusus umat islam.
Dalam Surat Al-Baqarah: 155, Allah SWT menjelaskan secara eksplisit eksistensi musibah tersebut.
Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.
Bagi muslim, fenomena musibah itu merupakan ujian. Seorang muslim diuji oleh munculnya rasa takut, kelaparan, kurang harta, jiwa dan buah buahan.
Apapun musibah yang datang dari Allah harus dilihat dari sudut pandang positif dengan hikmah di dalamnya. Tidak mengabaikan dan berlebihan sehingga lupa dengan asbab yang mendatangkan musibah dalam arti yang sebenarnya.
Tidak perlu berlebihan menghadapi musibah sehingga menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan. Kekhawatiran yang berlebihan pada akhirnya berdampak negatif terhadap kondisi fisik dan psikis manusia.
Beragam manusia menyikapi musibah ini. Ada di antara mereka yang melihat sebagai monster yang siap menelan dirinya. Musibah baginya hal negatif dan mengakibatkan munculnya kekhawatiran yang berlebihan.
Ketahuilah bahwa kekhawatiran yang berlebihan itu akan berdampak negatif terhadap pikiran dan mental manusia.
Seperti dikutip dari Howstuffworks, Selasa (8/6/2010) saat seseorang merasa ketakutan yang mendalam hingga berpikiran akan mati, maka hal-hal spesifik akan terjadi di dalam tubuh. Respons ini adalah suatu reaksi fisik dari rasa takut dan dikenal dengan respons ‘fight and flight‘.
Hal ini akan membuat lonjakan kekuatan yang masuk ke dalam otot sehingga membuat seseorang bernapas lebih cepat dan zat kimia yang bernama adrenalin akan memompa masuk ke dalam aliran darah.
Dalam beberapa kasus, ketika ancaman atau ketakutan tersebut hilang tubuh secara otomatis akan kembali normal.
Dari uraian yang dilansir oleh detikhealth ini, maka sudah seharusnya kita mensikapi segala musibah dari sudut pandang positif bukan dengan rasa takut berlebihan.
Ombak kecil terkadang menjadi besar karena rasa khawatir yang berlebihan. Sebuah sampan akan terombang ambing walau hanya dengan ombak kecil sekalipun.
Maka yang perlu diperhatikan adalah bagaimana membesarkan sampan menjadi kapal bermesin turbo yang mampu menerjang ombak besar, bukan pada riak ombak di lautan. Bukankah ombak selalu lekat dengan lautan? Bukankah hidup juga demikian? Jangan salahkan ombak tapi lihatlah seberapa besar sampan yang kita miliki.
Jadilah seperti seorang peselancar yang justeru merasakan sebuah keindahan dengan ombak dan gelombang. Tak ada rasa yang lebih indah bagi peselancar selain berada di atas gelombang dan ombak lautan.
Musibah adalah sebuah keniscayaan, apapun bentuknya. Namun bila kita hadapi dengan jiwa besar, tenang dan sabar, ujian itu akan menjadi hikmah dan memperkuat mental kedewasaan seseorang.[]
Comment