Isu Radikalisme dalam Dunia Pendidikan

Opini606 Views

 

Oleh: Fiani, S.Pd, Pegiat Opini Kendari

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Isu radikalisme kian masuk ke dunia pendidikan dengan berbagai cara untuk mengkanter kegiatan-kegiatan keagamaan. Hal ini akan membuat pelajar atau mahasiswa sulit untuk memahami agamanya sendiri yakni Islam.

Dengan begitu, orang tua tentu akan semakin sulit mendidik anak-anaknya menjadi pribadi yang baik dan menjadi bagian dari pejuang Islam. Lalu, mengapa isu radikalisme selalu dialamatkan pada Islam?

Isu radikalisme selalu dialamatkan pada ajaran Islam. Mulai dari tudingan bahwa kegiatan-kegiatan yang berbau dengan Islam radikal, teroris, dan anti pancasila. Tidak hanya masjid di luar kampus yang dipantau, tetapi masjid dalam universitas pun tak luput dari pantauan mereka.

Mahasiswa aktif yang selalu menyuarakan kebenaran dan mengkritisi kebijakan yang kurang pro rakyat justru dituduh radikal.

Stigma dan kebijakan yang mereka buat bukan membawa kesejahteraan namun justru menambah kesulitan masyarakat.

Tidak hanya mahasiswa, ulama dan ustaz pun mendapatkan persekusi
tatkala isi ceramahnya bersebrangan dengan pemerintah, mereka akan dicap terkena paham radikalisme. Seperti yang dialami oleh ustadz Abdul Shomad, Ustaz Felix Siauw dan Ustadz lainnya. Tuduhan bahwa para ustaz tersebut terpapar paham radikalisme akan berdampak pada umat Islam. Mereka akan mengalami phobia terhadap kegiatan yang berbau Islam, tentu saja ini berbahaya.

Umat akan semakin jauh dari ajaran agamanya, buta dengan ajaran Islam karena tidak ada sosok yang membimbing mereka. Apalagi mahasiswa yang notabene masih muda dan labil.

Isu radikalisme adalah narasi lama dan kini kembali dibangun dengan menyerang pihak-pihak yang memperjuangkan penerapan syariat Islam. Baik dari masyarakat yang tidak memiliki jabatan, TNI, ASN, pegawai swasta, maupun mahasiswa. Mereka terancam kena sanksi jika diduga terpapar ajaran berbau radikal.

Hal ini semakin menakut-nakuti masyarakat sehingga menolak ajaran Islam untuk diterapkan, karena khawatir terkena stigma terpapar ajaran radikal.

Tanpa disadari masyarakat telah terkena pemahaman sekuler yang memisahkan agama dengan kehidupannya, sehingga memunculkan sikap takut terhadap agamanya sendiri. Opini-opini menakutkan terus dibangun sehingga menyesatkan masyarakat terkhusus umat Islam. Kondisi seperti ini jika dibiarkan berlarut akan melahirkan pemikir-pemikir liberal di tengah masyarakat.

Dampak isu radikalisme akan memadamkan semangat juang mahasiswa di dunia pendidikan untuk memperjuangkan ajaran Islam yakni penerapan syariat Islam secara menyeluruh (kafah).

Padahal isu radikalisme yang dihembuskan tidak jelas arahnya, siapakah yang dimaksud radikal? Apakah mereka yang berpakaian syari, pakai gamis dan khimar? Atau mereka yang berpakaian celana cingkrang? Tentu tidak mungkin, sebab arti radikalisme adalah aliran yang menginginkan perubahan dengan cara kekerasan. Maka dengan arti radikalisme Dalam konteks ini jelas bertolak belakang dengan Islam. Karena Islam tidak mengajarkan kekerasan.

Isu radikalisme adalah proyek negara-negara Barat yang tidak menginginkan hukum Islam ditegakkan, sehingga mereka menghalalkan berbagai cara untuk menggagalkannya dengan menggiring opini moderasi beragama, intoleransi dan lainnya. Mereka berharap para pejuang Islam yang tulus mengamalkan agamanya bisa dibungkam.

Dalam kacamata Islam, radikalisme adalah paham yang jelas bertentangan dengan ajaran Rasulullah. Melakukan kekerasan terhadap manusia lainnya tanpa alasan syar’i adalah perbuatan yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Karena Islam adalah agama paripurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, mulai tidur sampai bagun kembali semua diatur secara rinci.

Apalagi bagian ranah keyakinan, tidak ada unsur paksaan di dalamnya, nonmuslim tidak dipaksa untuk menerima Islam sebagai pedoman hidupnya. Islam adalah agama yang mengajarkan untuk saling menyayangi, tolong-menolong, peduli terhadap saudara sesama Muslim dan tentu tetap menjaga hubungan baik dengan masyarakat nonmuslim. Sebab, Islam menjadikan akidahnya sebagai qiyadah fikriyyah mereka yang terpancar ketakwaan dalam diri individu, masyarakat, sehingga muncul sikap menghargai, mencintai, saling melindungi.

Islam juga memiliki solusi atas segala permasalahan yang terjadi. Hal ini telah terbukti berabad silam, bagaimana sistem Islam mampu menyatukan berbagai elemen baik suku maupun agama ketika Islam diterapkan di Madinah. Masyarakat hidup rukun dan sejahtera, tanpa konflik yang berarti. Tentu hal ini bertentangan dengan isu radikal yang dialamatkan pada Islam.

Belum pernah ditemukan sepanjang sejarah, bahwa Islam pernah melakukan kezaliman terhadap umat agama lain. Oleh karena itu kita harus menolak dengan tegas isu-isu negatif yang dihembuskan terhadap Islam. Semakin gencar melakukan amar ma’ruf nahi munkar, sehingga masyarakat paham dengan ajaran Islam, tanpa takut dengan berbagai stigma negatif. Waullahu a’lam bishawab.[]

Comment