Islam Sebagai Solusi Terhadap Persoalan Generasi 

Opini432 Views

 

Penulis: apt. Qisti Pristiwani, S.Farm  Aktivis Dakwah

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Permasalahan generasi muda saat ini sangat penting untuk dibahas. Karena banyak persoalan mereka yang tak terselesaikan dan berakhir buruk bagi dirinya, masyarakat bahkan negara.

Kementerian kependudukan dan pembangunan keluarga/badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN) dalam laman tempo, (15/02/25) menyebut bahwa remaja yang menderita kesehatan mental sangat tinggi, yaitu mencapai 15,5 juta orang atau setara 34,9% dari total remaja Indonesia.

Kesehatan mental yang menghinggapi generasi muda kebanyakan membuat diri mereka merasa cemas dan kurang percaya diri dalam menjalani kehidupan saat ini dan masa depannya. Mereka tidak bahagia karena merasa tidak mampu menjalankan kehidupan sesuai standar yang berlaku saat ini. Salah satu akibatnya banyak dari mereka yang takut menikah dan memilih childfree.

Dalam mengatasi hal ini, BKKBN memberi solusi dengan membentuk program GenRe (Generasi BeRencana). Tujuannya untuk membekali remaja dengan kesiapan berkeluarga melalui perencanaan pendidikan, karier, dan pernikahan yang matang. Dengan demikian, mereka dapat membentuk keluarga yang berkualitas.

Tampaknya, program ini adalah bentuk perhatian dari pemerintah yang menyadari bahwa generasi saat ini sedang tidak baik-baik saja. Namun, solusi ini belum cukup untuk mengurai masalah mental illness yang menggelayuti generasi.

Sejatinya, masalah yang begitu kompleks ini memerlukan keterlibatan berbagai elemen. Pemerintah harus melihat masalah dari akarnya dan memberi solusi tuntas bukan solusi parsial.

Jika dilihat secara keseluruhan, masalah kesehatan mental ini bisa terjadi tidak lain dikarenakan berbagai masalah mulai dari keluarga, masyarakat dan bahkan negara.

Keluarga sangat minim menanamkan aqidah pada anggota keluarga, terutama anak. Minim memberikan edukasi kepada anggota keluarga mengenai peran yang mesti dijalani dalam kehidupan. Sehingga, anak tidak memiliki pemikiran dan jiwa yang kuat dalam menghadapi tantangan dunia luar.

Ditambah lagi di lingkungan masyarakat yang liberal. Masyarakat bebas melakukan apa saja dan mengekspos apa saja di dunia maya sesuai dengan kesenangannya tanpa memperhatikan dampak bagi anggota masyarakat lainnya. Misalnya, mengumbar kemesraan dengan pasangan, menampilkan kemewahan hidupnya, bahkan tontonan negatif seperti perkelahian, kdrt, dst.

Apa yang mereka lihat dari sosmed ini sangat mempengaruhi dan seringkali mengundang kecemasan yang sangat luar biasa dalam jiwa mereka.

Demikian juga pemerintah tidak memberikan pendidikan aqidah kepada masyarakat dan cenderung membiarkan permasalahan generasi muda ini berlarut. Pemerintah dan atau negara terjebak oleh nilai-nilai sekuler dalam kehidupan. Sehingga, cenderung membiarkan masyarakat berperilaku bebas, bukan menuntun pada nilai-nilai agama.

Masyarakat juga tidak mendapat jaminan keamanan dari negara. Sehingga cenderung memilih menghukumi sesuai kehendak diri, dengan mem-viralkan kasus kekerasan dan pornografi yang tidak patut dilihat. Maka tak heran, dunia digital hari ini banyak berisi informasi negatif.

Demikian juga dalam pekerjaan, negara membiarkan banyak anak-anak muda menganggur, karena lapangan pekerjaan yang sedikit.

Akibatnya, remaja gagal menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan solusi yang tepat. Sehingga, mental ilness dikalangan generasi muda tumbuh menjamur.

Beban generasi ini terlalu berat dipikul sendiri sehingga mereka tidak produktif dalam kehidupan. Permasalahan ini akan terus berlanjut bila negara tidak segera menyadari akar permasalahan utama ini. Cita-cita Indonesia Emas 2045 hanya angan-angan yang tidak akan pernah terwujud.

Namun, hal ini tak akan terjadi jika negara menjalankan sistem dan nilai-nilai Islam secara sempurna.

Di dalam Islam, negara berkewajiban turun tangan menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi, termasuk mental illness pada generasi. Karena generasi muda adalah aset bagi negara yang akan membangun dan melanjutkan peradaban. Karenanya, permasalahan yang menjangkiti generasi muda tidak dipandang sebagai persoalan sepele.

Dalam sistem Islam, negara berupaya menciptakan kondisi se-ideal mungkin dengan menjalankan aturan Islam. Mulai dari memperbaiki masyarakat melalui pendidikan berbasis aqidah di sekolah-sekolah. Pendidikan ini tentunya sangat penting untuk membangun kepribadian Islami yang diselenggarakan secara gratis.

Di samping itu, negara mendorong para orang tua dan masyarakat mendukung proses pembentukan generasi pembangun peradaban Islam yang bermental kuat.  Orang tua juga berupaya memberi pendidikan aqidah di rumah yang sejalan dengan visi misi islam.

Negara atau pemerintah membuka lapangan kerja seluas-luasnya, khususnya bagi para pemuda yang punya tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Tentunya hal ini diiringi dengan pengelolaan sumber daya yang tepat oleh negara. Sehingga mampu membuka lapangan pekerjaan yang banyak.

Negara juga membuat kebijakan untuk mengontrol pemikiran remaja/masyarakat dari hal-hal yang merusak dengan menerapkan larangan bagi pengusaha agar tidak membangun pabrik yang menjual makanan/minuman yang haram. Demikian juga para pedagang agar tidak mengedarkan hal tersebut.

Kemudian, negara mengontrol jalannya pendidikan dengan kurikulum/materi ajar yang sesuai dengan Islam, dan juga menertibkan tayangan televisi atau dunia digital dan media cetak agar tidak menampilkan hal yang buruk sekaligus juga menerapkan sistem sanksi yang tegas bagi mereka yang melanggar aturan.

Dengan demikian, Islam mampu mengurai masalah dan mampu menciptakan lingkungan yang baik dengan kehidupan yang aman, nyaman dan sejahtera untuk semua rakyat. Wallahu a’lam bishshowwab.[]

Comment