Oleh: Arini Faaiza, Pegiat Literasi AMK
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Pola hidup sehat dan mengkonsumsi makanan yang bergizi sangat penting dilakukan untuk menjaga kesehatan. Asupan makanan penuh nutrisi yang dikenal dengan istilah empat sehat lima sempurna, dipercaya sebagai asupan ideal dengan gizi seimbang yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, terutama untuk tumbuh kembang anak.
Oleh karenanya dibutuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi lengkap agar anak-anak dapat tumbuh dengan optimal.
Kekurangan asupan nutrisi penting seperti karbohidrat, vitamin, dan protein dalam jangka waktu yang lama, khususnya pada anak-anak dapat memicu terjadinya gangguan pertumbuhan atau stunting.
Di Indonesia angka stunting bisa dibilang cukup tinggi, yakni 27% pada 2019. Hal ini sungguh sangat memprihatinkan, pasalnya Indonesia dikenal sebagai negara yang demikian kaya akan sumber daya alam, gemah ripah loh jinawi. Namun ironisnya sebagian besar rakyatnya hidup dalam kekurangan dan kemiskinan.
Menyikapi masalah stunting, di Jawa Barat sendiri, pemerintah daerah setempat meluncurkan program edukasi protein ayam dan telur. Melalui program tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi daging ayam dan telur yang merupakan sumber protein hewani, sehingga angka stunting di Jabar dapat ditekan dan kualitas sumber daya manusianya akan meningkat.
Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil daging ayam dan telur terbesar di Indonesia, sehingga dapat dipastikan memiliki stok yang cukup aman untuk kedua komoditas tersebut. Selain meluncurkan program edukasi protein ayam dan telur, pemerintah Jabar juga menyalurkan 5.000 ekor ayam dan 50.000 butir telur ayam kepada masyarakat di daerah rawan stunting. (liputan6.com, 29/05/2021)
Pada dasarnya, masyarakat bukannya tidak menyadari bahwa anak membutuhkan makanan yang mengandung nutrisi dan gizi yang baik untuk tumbuh kembangnya, namun apa daya penghasilan yang mereka dapat jauh dari kata cukup.
Terlebih di masa pandemi saat ini kehidupan terasa serba sulit, daya beli masyarakat pun menurun, sementara makanan yang bergizi tinggi seperti daging ayam dan telur bagi sebagian orang merupakan makanan yang dianggap mewah dan tidak terjangkau.
Jumlah anak yang mengalami stunting sesungguhnya dapat ditekan apabila penguasa serius menanganinya. Yang dibutuhkan masyarakat bukan hanya edukasi, tapi butuh jaminan ketersediaannya dengan harga terjangkau, bahkan gratis bagi yang tidak memiliki kemampuan untuk membeli. Didistribusikan secara berkelanjutan, bukan hanya di satu wilayah tertentu, namun merata hingga ke berbagai penjuru negeri.
Sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses bahan kebutuhan pokok dan bantuan bahan pangan yang sehat dan bergizi, bukan hanya simbolik, berbatas waktu.
Apabila stok kebutuhan pangan melimpah dengan harga yang terjangkau, dilengkapi adanya edukasi, masyarakat tentu akan memberikan makanan dengan nutrisi terbaik bagi keluarganya.
Sayangnya hingga hari ini hal tersebut seolah jauh panggang dari api, harga kebutuhan pangan terutama daging ayam dan telur cenderung fluktuatif, imbas dari berbelitnya jalur pemasaran dan kartel.
Lagi-lagi rakyatlah yang harus menelan pil pahit penerapan ekonomi kapitalis yang hanya berpihak pada kepentingan para korporat.
Kapitalisme mengukur pertumbuhan ekonomi hanya dari angka-angka, tanpa memperhatikan orang per orang. Stok daging ayam dan telur melimpah tapi tidak sampai kepada orang per orang yang membutuhkan.
Kapitalisme mengandalkan distribusi semata-mata hanya dengan transaksi jual beli. Kalaupun ada bantuan hanya sekedarnya jauh dari kata cukup bahkan dikorupsi. Ditambah sempitnya lapangan kerja menyempurnakan kesulitan masyarakat memenuhi kebutuhannya.
Si kaya semakin kaya, si miskin tambah miskin adalah corak kehidupan khas kapitalisme. Melimpahnya sumber daya alam karena salah kelola yaitu diserahkan kepada para kapital, terbukti tidak mampu melepaskan rakyat dari kemiskinan dan ancaman stunting .
Berbagai permasalahan bangsa termasuk stunting sesungguhnya butuh penyelesaian komprehensif. Hal tersebut bisa tuntas apabila Islam dijadikan acuan pengaturan dalam berbagai aspek kehidupan; ekonomi, sosial, ataupun pemerintahannya.
Mekanisme penanganan stunting dalam Islam diawali dengan pengaturan negara berlandaskan akidah Islam. Ekonomi, sosial maupun pemerintahan diatur dengan syariat Islam. Setiap kepala rumah tangga wajib menafkahi anggota keluarganya, kalau tidak mampu karena alasan sakit atau hal lain yang dibenarkan syariat, maka beralih kepada saudaranya atau ahli warisnya yang mampu. Jika tidak ada maka beralih lagi kepada negara.
Dalam Islam ada satu orang saja atau satu keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dianggap ada masalah ekonomi yang segera harus dituntaskan. Bandingkan dengan kapitalisme, ada yang berpenghasilan satu hari 20 ribu, bagaimana bisa memenuhi kebutuhan gizinya? Bahkan yang tidak berpenghasilan pun terus bertambah.
Peran besar sosok penguasa serta sistem aturan yang sesuai fitrah manusia sangat dibutuhkan menyelesaikan berbagai persoalan yang semakin mengkhawatirkan.
Seorang pemimpin dalam sistem Islam benar-benar menunaikan tugasnya sebagai pelayan umat sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
“Seorang imam adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap seluruh yang dipimpinnya.” (HR. Bhukhari)
Generasi sehat sangat diperhatikan karena sebagai penerus peradaban Islam, sudah tentu sehat jasmaninya juga sehat jiwanya. Untuk mewujudkannya menjadi tanggung jawab bersama; keluarga dan negara.
Tidak boleh hanya dibebankan kepada keluarga, sementara penguasa sudah merasa bertanggung jawab hanya dengan memberikan edukasi dan bantuan temporal atau sewaktu-waktu tanpa dipikirkan kelanjutannya.
Kepemimpinan yang berlandaskan sistem Islam akan memberikan jaminan tersedianya pangan bergizi serta mendistribusikannya dengan harga terjangkau. Saat ini jangankan daging ayam atau telur, harga tahu tempe saja terus merangkak naik.
Maka, sudah sangat jelas bahwa hanya sistem Islam yang mampu memberikan solusi tuntas atas permasalahan umat, termasuk masalah bahaya stunting yang senantiasa membayangi generasi.
Namun, dibutuhkan kesadaran umat bahwa solusi tersebut tidak akan pernah terealisasi selama kapitalisme masih bercokol di negeri ini.Wallahu ‘alam bi ash shawab.[]
Comment