RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Sejarah dan peradaban Islam merupakan bagian penting yang tidak mungkin dipisahkan dari kehidupan kaum Muslimin dari masa ke masa. Betapa tidak, dengan memahami sejarah dengan baik dan benar, kaum Muslimin bisa bercermin untuk mengambil banyak pelajaran dan membenahi kekurangan atau kesalahan mereka guna meraih kejayaan dan kemuliaan dunia dan akhirat.
Maka mengajarkan kembali sejarah kegemilangan Islam beserta tokoh-tokohnhya dan menghadirkan sosok yang bisa diteladani oleh generasi saat ini menjadi hal yang sangat urgen. Ada banyak peristiwa yang terjadi dalam sejarah peradaban Islam yang dimulai dari zaman Nabi Muhammad SAW hingga saat ini. Begitu pun dengan tokoh berpengaruh yang mewarnai pasang surut kejayaan Islam.
Salah satu kisah heroik yang patut dijadikan teladan oleh generasi muda adalah Muhammad Al Fatih. Sultan Mehmed II atau juga dikenal Sultan Muhammad Al Fatih (30 Maret 1432 – 3 Mei 1481).
Beliau adalah Sultan yang memerintah di Dinasti Turki Utsmani. Muhammad Al Fatih dilahirkan di Edirin pada 30 Maret 1423 M yang mana pada waktu itu Edirin adalah pusat kota pemerintahan Dinasti Turki Utsmani.
Mendapat julukan Al Fatih (sang penakluk) karena telah berhasil menaklukkan Konstantinopel dan dilakukan pada saat usianya masih 21 Tahun. Sultan Muhammad Al Fatih mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6 bahasa.
Setelah naik tahta, Mehmed mulai memusatkan perhatiannya merebut Konstantinopel. Langkah pertama yang dilakukannya adalah memperkuat armada lautnya, terutama, di Selat Bosporus. Ia juga membangun benteng Rumeli Hisari di tepi Bosporus. Adanya benteng ini praktis membuat angkatan laut Utsmaniyah menguasai selat ini. Pada 1453 pengepungan terhadap Konstantinopel dimulai. Sekitar 200 ribu pasukan Islam mengepung kota yang sudah berumur 1.500 tahun itu. Tak kurang 320 kapal perang dikerahkan.
Saat itu Kaisar Romawi Timur menjaga pantainya dengan membuat ranjau rantai besi untuk menghadang kapal perang tentara Islam. Mehmed kemudian memerintahkan pasukannya untuk menaikkan kapal-kapal lebih kecil ke darat, dan kemudian kapal itu menyusuri hutan, jalan darat- sekitar satu mil, sebelum kemudian masuk laut kembali dan menyerbu benteng pertahanan Konstantinopel.
Pada 1453 itu, pasukan Mehmed, setelah bertempur sekitar 50 hari, berhasil merangsek masuk kota Konstantinopel, merebut dan menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur.
Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu. Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepemimpinannya serta taktik dan strategi peperangannya yang dikatakan mendahului zamannya dan juga kaedah pemilihan tentaranya.
Sejak kecil ia dididik secara intensif oleh para ulama terkemuka di zamannya dengan pendidikan Islam. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II. Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ulama’ untuk mengajar anaknya. Sistem Pendidikan Islam diterapkan pada masa itu dengan totalitas.
Sistem pendidikan Islam terbukti dapat melahirkan generasi penakluk, di usia yang masih sangat muda mampu membawa sistem pemerintahan Islam berada di posisi puncak dunia, seperti Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel.
Keimanan dan ketakwaan yang tinggi telah tertanam kuat dalam dirinya sejak ia berusia belia, kedekatannya kepada Sang Mahapencipta tidak diragukan lagi. Dari usia belia hingga ia beranjak dewasa yang ada dipikiran Muhammad Al-Fatih ialah menaklukkan konstantinopel agar ia mendapat kemuliaan dari bisyaroh yang Rasulullah sampaikan serta meraih rida Allah.
Dari keyakinan yang kuat akan janji Allah SWT dan kabar gembira dari Rasulullah SAW, Muhammad Al-Fatih mempelajari sains dan teknologi. Muhammad Al-Fatih mempelajari geografi untuk menyusun strategi perang. Muhammad Al-Fatih juga mempelajari berbagai macam bahasa agar ia memperoleh informasi-informasi yang ia perlukan dalam rangka menaklukkan Konstantinopel.
Muhammad Al-Fatih megajarkan kepada kita bahwa ilmu yang ia pelajari akan ia gunakan untuk merealisasikan janji-janji Allah SWT dan bisyaroh Rasulullah SAW.
Maka, dalam Islam, negara wajib menyediakan sistem pendidikan yang terbaik. Membangun sekolah-sekolah dan universitas-universitas, menyediakan fasilitas yang terbaik, seperti buku-buku pelajaran, laboratorium untuk penelitian, memberikan tunjangan yang layak bagi para pengajar maupun pelajarnya.
Di sokong dengan penerapan sistem Islam lainnya seperti sistem ekonomi Islam sehingga semua itu mudah direalisasikan.[]
*Founder Komunitas Sahabat Taat Nganjuk
Comment