INDEF: Waspada Perlambatan Ekonomi Akhir Tahun

Ekonomi767 Views

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — BPS mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi triwulan 3 tahun 2022 adalah sebesar 5,72 persen (yoy). Angka tersebut meningkat dibandingkan capaian pada kuartal sebelumnya sebesar 5,44 persen.

Adapun pertumbuhan PDB triwulan 3-2022 menurut lapangan usaha terbesar bersumber dari sektor transportasi dan pergudangan, yakni 25,81 persen (yoy).

Sementara itu, menurut pengeluaran, pertumbuhan PDB terbesar dari aktivitas perdagangan internasional, yaitu 21,64 persen untuk ekspor dan 22,98 persen untuk impor pada triwulan ini.

Terkait pengumuman BPS tersebut, INDEF melaksanakan diskusi dengan tema “*Waspada Risiko Perlambatan Ekonomi Akhir Tahun: Respon INDEF terhadap Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III 2022″, sacara daring, Selasa (8/11/2022).

Diskusi tersebut dihadiri para pembicara ahli seperti Berly Martawardaya, Direktur Riset INDEF, Eko Listiyanto, Wakil Direktur INDEF, M. Rizal Taufikurahman, Kepala Center of Macroeconomics and Finance, INDEF, Natasha Yulian, Data Analyst,Continuum Data Indonesia Dan dimoderatori oleh Felia Pratikasari, Business Development, Continuum Data Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2022 mencapai 5,72 persen yang menggambarkan berlanjutnya tren pemulihan ekonomi. Ekonomi Indonesia 2022 Indonesia selalu tumbuh di atas 5 persen (YoY) di triwulan I-III dengan konsumsi rumah tangga dan ekspor sebagai motor utama.

Namun demikian, tekanan ekonomi mulai terasa memasuki triwulan IV 2022. Pemicunya adalah peningkatan inflasi yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya seiring belum melandainya harga energi dan pangan, yang diikuti dengan pelemahan nilai tukar.

Hal ini menjadi alarm untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi di sisa satu triwulan terakhir tahun ini.

INDEF memproyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2022 akan melambat secara moderat di level 5,3 persen, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pada 2022 ini sebesar 5,1 persen.

Berikut poin-poin catatan INDEF terhadap kinerja ekonomi triwulan III dan outlook untuk triwulan IV 2022.

1. Kinerja Pertumbuhan Dalam Bayang-Bayang Low Base Effect Tahun Lalu.

Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2022 (5,72 persen) tidak lepas dari beratnya ekonomi di triwulan III 2021yang hanya tumbuh 3,51 persen dan menjadi triwulan tersuram di tahun 2021.

Hal ini sangat terlihat secara sektoral di mana sektor transportasi dan pergudangan pada triwulan III 2022 mampu tumbuh tertinggi sebesar 25,81 persen, setelah sebelumnya di periode yang sama tahun lalu mengalami kontraksi -0,72 persen. Hal serupa juga pada akomodasi makan dan minum.

2. Sektor Konstruksi Semakin Terkoreksi

Laju sektor konstruksi kembali melambat dengan hanya mampu tumbuh 0,63 persen di triwulan III 2022, setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 1,02 persen. Padahal, pada triwulan III 2021 sektor ini mampu tumbuh 3,84 persen.

Hal ini disebabkan laju belanja modal hingga Agustus 2022 yang terkontraksi hingga 14,85 persen (yoy). Di sisi lain, belanja bangunan oleh swasta juga mengalami perlambatan sebagai akibat permintaan konstruksi yang melambat.

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Kembali di Zona Merah

Konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan negatif sebesar -2,88 persen pada triwulan III 2022, dan merupakan satu-satunya komponen sisi pengeluaran yang terjadi kontraksi.

Realisasi APBN untuk belanja barang dan jasa hingga September 2022 turun dibanding 2021. Konsumsi Pemerintah tidak menjadi gas pertumbuhan tapi malah menjadi rem. Hingga September 2022, realisasinya sangat rendah yakni 61,61 persen atau lebih rendah dari September 2021 yang sebesar 65,7 persen.

Peran APBN menjadi shock absorber dalam mempertahankan stabilitas dan pemulihan percepatan pertumbuhan ekonomi pasca pandemi harus dioptimalkan. Khususnya realisasi
alokasi anggaran PC PEN untuk kesehatan, perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi di triwulan IV.

Penyerapan perlu ditingkatkan mencapai 100 persen dengan akurasi sasaran yang membaik khususnya bansos dan perlindungan sosial terhadap masyarakat ekonomi lemah yang alami tekanan inflasi.

4. Konsumsi Rumah Tangga Menjadi Bantalan Utama

Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,39 persen pada triwulan III 2022 menjadi penopang utama yang membuat pertumbuhan ekonomi di triwulan III tetap berada di jalur ekspansi, meskipun tidak ada momentum puasa dan lebaran seperti triwulan II.

Faktor penyelamat dalam menggerek konsumsi rumah tangga triwulan III adalah konsumsi rumah tangga kelas menengah-atas yang meningkat terutama untuk kebutuhan tersier. Selain itu, adanya bantuan sosial dan subsidi energi juga mempertahankan daya beli konsumsi dan masyarakat menengah ke bawah.

Kontribusi konsumsi rumah tangga masih paling tinggi terhadap PDB nasional, selain PMTB dan ekspor dengan proporsi 50.38 persen yang menunjukkan bahwa pertumbuhan masih sangat bergantung pada daya beli masyarakat. Pemerintah di triwulan IV perlu menjaga konsumsi masyarakat baik masyarakat menengah-bawah maupun menengah-atas.

Bantuan dan perlindungan sosial yang tepat sasaran menjadi salah satu pendorong dalam mempertahankan daya beli masyarakat menengah ke bawah. Data dari survey registrasi sosial
ekonomi (Regsosek) perlu segera digunakan untuk penyaluran bansos dan perlinsos.

5. ‘Windfall’ Net Ekspor Mengendor

Meskipun laju pertumbuhan ekspor sedikit meningkat (dari 20,02 persen di triwulan II 2022 menjadi 21,64 persen di triwulan III 2022), namun tidak secepat peningkatan laju impor (dari 12,37 persen di triwulan II ke 22,98 persen menjadi di triwulan III 2022).

Kondisi ini menjadi alarm bagi sektor perdagangan luar negeri dan kinerja cadangan devisa bahwa peningkatan
ekspor tidak akan terus berlanjut.

6. Puncak dari Trend Pertumbuhan?

Terjadi trend peningkatan laju pertumbuhan triwulanan (YoY) sejak mengalami -5,32 persen di triwulan II 2020 hingga 5,72 persen triwulan III 2022, namun tidak mudah berlanjut ke triwulan IV 2022.

Dapat dikatakan low base effect tinggal tersisa sedikit di triwulan IV 2022, sehingga tidak mudah mencapai pertumbuhan di atas triwulan III 2022. Peningkatan inflasi serta suku bunga
acuan Bank Indonesia juga akan berdampak pada kenaikan cicilan rumah, kendaraan dan pinjaman lainnya sehingga akan mengurangi disposable income rumah tangga.

Risiko geoplitik masih tinggi dan pertumbuhan banyak negara partner dagang Indonesia menurun, sehingga perusahaan akan berpikir ulang untuk investasi khususnya pada sektor
manufaktur yang berorientasi ekspor.

INDEF memproyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2022 akan melambat secara moderat di level 5,3 persen, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pada 2022 ini sebesar 5,1 persen.

7. Upaya Mengatasi Perlambatan Pertumbuhan

Mempercepat belanja modal dan belanja barang yang hingga Oktober 2022 masing-masing baru mencapai 66,44 persen dan 66,83 persen. Perlu ada terobosan memanfaatkan waktu
yang sempit dengan memanfaatkan beragam momentum hingga akhir tahun 2022.

Penyesuaian secara moderat suku bunga acuan Bank Indonesia mengikuti perkembangan inflasi yang terjadi serta dinamika kondisi ekonomi global agar laju kredit ke sektor riil tetap meningkat.

Penguatan pasar domestik untuk berbagai produk-produk yang memiliki daya saing di pasar global serta mempercepat industri substitusi impor di tengah menguatknya arus importasi
beragam produk industri.[]

Comment