RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – International Women’s Day (IWD) merupakan sebuah peringatan hari perempuan sedunia yang diselenggarakan
setiap tanggal 8 Maret.
Ide ini disinyalir berasal dari Partai Sosialis di Amerika Serikat. Sejak ditetapkannya menjadi hari internasional pada tahun 1910, setiap tahunnya banyak terjadi demonstrasi di berbagai negara.
Peringatan International Women’s Day tak pernah lepas dari isu feminisme. Dilansir dari laman resmi International Women’s Day, tema kampanye yang akan diusung pada tahun ini
ialah #EachforEqual yang berarti masing-masing (setiap individu) adalah sama.
Dari tahun ketahun, isu kesetaraan gender selalu dijadikan ajang oleh perempuan di seluruh dunia untuk memperluas persepsi dan memperbaiki situasi dengan merayakan pencapaiannya.
Berbagai upaya dilakukan untuk menuntut kesetaraan gender baik di bidang kesehatan, pemerintahan, ekonomi bahkan liputan media dan olahraga.
Feminisme adalah gerakan yang bertujuan untuk menyama ratakan kedudukan antara
perempuan dan laki-laki.
Nama feminisme mulai muncul pada abad pertengahan di Eropa. Latar belakang gencarnya isu ini ialah buruknya status perempuan pada masa itu. Perempuan dianggap sebagai makhluk kelas dua dan inferior.
Adanya hukum-hukum yang mendiskriminasi wanita oleh pimpinan gereja memicu perlawanan publik.
Atas nama HAM, aktivis feminisme mensosialisasikan pemikirannya tersebut melalui sosmed, lembaga pendidikan, ormas, dan aksi-aksi turun ke jalan.
Ide ini hanya akan membenturkan peran agama yang mengatur kehidupan laki-laki dan perempuan.
Feminisme masih sangat dangkal memberi solusi dan mensejahterakan kehidupan perempuan. Sebagai realita, masih ditemukan situasi dan kondisi perempuan yang masih dijadikan objek eksploitasi baik terkait seksualitas, ekonomi dan tenaga kerja.
Mereka, kaum feminis menganggap jika
agama terlalu ikut campur dalam hal privasi kehidupan seseorang, terutama Islam.
Apakah syariat Islam menindas perempuan? Adakah feminisme dalam Islam? Berabad-abad lamanya Islam menguasai dunia, tak pernah sekalipun perempuan dipandang rendah dan remeh. Masalah ini hanyalah muncul akibat sistem yang buruk. Islam adalah agama yang sempurna. Segala kehidupan diatur oleh Islam dengan pembahasan yang tuntas.
Di hadapan Allah, laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama, hanya takwa lah yang membedakan derajat keduanya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al Hujurat ayat 13 yang artinya, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Islam sama sekali tak pernah menjadikan perempuan
sebagai makhluk nomor dua, justru Islam sangat memuliakan perempuan melalui syariatnya.
Syariat Islam yang menganjurkan perempuan tetap berada di rumah dan larangan mengangkat pemimpin perempuan dijadikan senjata untuk memutarbalikkan fakta. Laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah dengan perannya masing-masing.
Jika berkaca pada sejarah, sebenarnya Islam memiliki jejak gemilang tentang peradaban muslimah (perempuan). Jika satu perempuan yang dilecehkan kehormatannya saja memicu khalifah
untuk turun berperang, apakah itu berarti perempuan dipandang sebelah mata saja?
Islam tak pernah membatasi aktivitas perempuan hanya sekitar rumah dan pasar. Selama perempuan mampu menjalankan tugas utamanya, tak mengapa jika dia bekerja sebagai
qadhi, pengajar, pedagang, bahkan ikut jihad di medan perang.
Perempuan adalah tonggak peradaban. Perempuan memang tidak memimpin pemerintahan negara secara langsung,
namun kualitas suatu negara ditentukan oleh kualitas perempuannya.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, “Perempuan adalah tiang negara. Apabila perempuannya baik maka baik pula negara. Apabila perempuannya rusak maka akan rusak pula negara.”
Perempuan sangat berperan dalam mencetak generasi-generasi yang akan memimpin sebuah peradaban.
Harusnya kita yang bertanya, mengapa sekarang justru banyak terjadi penindasan dan pelecehan terhadap kaum perempuan?
Isu feminisme hanyalah propaganda antek-antek pembenci Islam guna menimbulkan ketegangan dan perpecahan. Negara kapitalis Barat akan terus berusaha menggencarkan ide-ide sekuler untuk menjauhkan muslim dari identitas dan jatidirinya.
Sebagai seorang muslim, seharusnya kita lebih bijak dalam menanggapi isu-isu yang secara tidak langsung memojokkan Islam.
Saatnya kita berpikir tentang permasalahan umat yang
tak kunjung selesai dan justru semakin banyak.
Saatnya umat muslim bangkit untuk memecahkan berbagai problematika dengan sebaik-baik solusi, yakni Al-Qur’an dan As -Sunnah. []
*Mahasiswi UM Malang
Comment