Aku malu pada ilalang….
Yang selalu menari riang..
Walau bermandikan debu dan air hujan
Mereka tertawa saling menyapa
Mengikuti arah gelagat bayu nan kemayu.
Kemanapun mengayun
Mereka turut dan tunduk
Tak butuh menyanggah apalagi jengah
Mengalun saja, resapi dinamika irama hawa.
Kadang udara tanpa suara
Namun badai topan kerap bertandang dengan jumawa.
Ilalang tetap bermurah hati
Tanpa patah hati
Syukuri simfoni ruang kehidupan
Sebagai bingkisan cinta…
Sang Penggenggam Semesta Alam
Ranah ilalang memang menawan
Di dalamnya tersirat hamparan pesan kesederhanaan.
Sungguh berbantah
Dengan orkestra dunia yang syarat fana Suaranya sumbang tanpa nada
Namun membuat manusia terbuai hingga hilang logika
Padahal….
Hasratnya penuh siasat lagi muslihat
Tak mengenal sua, hanya keakuan semata.
Saat langgamnya mulai berisik dan mengusik.
Jawabnya pilu, bahkan kelu lalu membatu.
Tak ada pasrah, malah amarah
Karena senandung cinta untuk dunia Hanya berujung pada sengsara
Lantas…
Masihkah manusia terlena oleh irama orkestra dunia?
Aku, lebih memilih ilalang dalam hembusan semilir angin.
Lakunya memikat…
anggun terhormat
Pun, saat diterpa amuk prahara
Ia tulus menerima, penuh sukacita.
Malulah pada ilalang…
yang senandungnya tetap syahdu
Meski orkestra tak lagi merdu
_______
Penulis : Ammy Amelia | Guru SDIT Imam Bukhari Jatinangor, Sumedang
Comment