RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Virus corona telah meluluhlantakkan negeri jiran. Bagaimana tidak bisa dipastikan hingga 26 januari lalu korban meninggal akibat terjangkit virus ini telah mencapai angka 56 orang. Tak tanggung-tanggung dalam menyikapi hal ini Xi Jin Ping selaku Presiden Cina menyatakan bahwa negaranya dalam kondisi genting sebagaimana dilansir oleh Reuters pada tanggal yang sama yakni ahad 26 januari 2020.
Senada dengan informasi ini mahasiswa indonesia yang tengah berada di kota wuhan pun mengamini hal ini dengan menambahkan bahwa semenjak merebaknya Virus Corona,dan diisolasinya warga kota Wuhan, kota yang sebelumnya padat dengan aktivitas penduduk itu menjelma menjadi kota mati.
Virus yang dikenal dengan istilah Novel 201 Coronavirus (Ncov) ini mulai terdeteksi di kota Wuhan pada desember 2019. Pada saat itu secara tiba-tiba sejumlah warga Wuhan mengalami Pneumonia serius,bahkan tidak sedikit dari mereka yang tiba-tiba jatuh pingsan di jalan-jalan. Hal ini lantas menyedot perhatian dunia.Sebagaimana kita ketahui Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri.
Di mana kantung udara (alveoli) terisi dengan nanah atau cairan yang menyebabkan peradangan. Seseorang dengan kekebalan tubuh yang lemah akan mudah terinfeksi virus ini.
Lebih detail disebutkan oleh Reuters dalam kasus penyebaran virus corona ini,diawali dengan sejumlah penduduk yang mengkonsumsi sup kelelawar,yang dijual di pasar Ikan Huanan.
Pasar ini terkenal menjual berbagai macam makanan ekstrim selain kelelawar seperti ular,anjing,merak,serigala,dan juga landak.
Sebagian besar penduduk cina memang menganggap hewan-hewan tersebut sebagai daging eksotis untuk hidangan lezat terlebih lagi ketika disajikan dalam kondisi segar atau mentah.
Virus ini menyebar dengan begitu cepat ke sejumlah negara seperti Prancis, Jepang,Korea Selatan, Malaysia, Singapura, serta banyak negara lain yang juga mengkonfirmasi adanya infeksi di negara masing-masing.
Bahkan demi memberi tindakan lebih lanjut bagi keselamatan warga negaranya, Perancis menyatakan di laman web resmi konsulat Prancis di Wuhan bahwa pihak Prancis sedang mempertimbangkan dan menyiapkan layanan Bis yang memungkinkan warga negaranya, pasangan, dan juga anak-anak mereka yang berada di Wuhan untuk segera meninggalkan tempat tersebut.
Senada dengan upaya yang dilakukan Prancis, Amerika Serikat merencanakan Penerbangan Carter yakni pesawat yang berkapasitas 230 penumpang pada Ahad (26/1) untuk membawa warga negara,beserta diplomatnya untuk segera meninggalkan Kota Wuhan. Rusia pun tak jauh beda, pihaknya tengah berkonsultasi dengan Cina membahas kemungkinan dalam mengevakuasi warganya. Meskipun hingga kini belum ada laporan terkait warga Rusia yang terjangkit virus mematikan itu,sebagaimana dilansir oleh Antara (ant/iss).
Namun di tengah mewabahnya virus baru ini,serta tindakan preventif total yang dilakukan oleh pemerintah di berbagai negara, pemerintah Indonesia justru melakukan tindakan yang begitu kontras.Bahkan Kementerian Kesehatan hingga kamis (23/1) sama sekali tidak menutup akses atau melarang perjalanan ke Cina melalui jalur udara,darat,maupun laut.
Pihaknya hanya mengeluarkan anjuran perjalanan untuk meminimalisir dampak penyebaran virus mematikan tersebut.Menegaskan opini ini Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) kelas 1, Bandara Soekarno Hatta yakni dr.Anas Ma’aruf di gedung Kemenkes Kuningan Jakarta Selatan pada rabu (22/1) menyatakan, “kita tidak melakukan restriksi, pembatasan perjalanan orang,karena bisnis bisa merugi,Ekonomi bisa berhenti”.
Anas menjelaskan ada upaya lain dalam membentengi penyebaran virus ini,yakni dengan cara meningkatkan pengawasan penerbangan asal Cina, pengadaan fasilitas kesehatan seperti thermal scanner,health alert card,dan alat pelindung diri,serta tak lupa membekali para petugas dengan informasi terbaru seputar wabah corona (Ncov). Dalam rangka memperkuat pendapat dr. Anas Ma’aruf, drg Viensya Sitohang selaku Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementrian Kesehatan menambahkan bahw alangkah konkret yang dilakukan oleh pihak pemerintah adalah dengan memberikan informasi perjalanan guna mengedukasi masyarakat mengenai situasi kedaruratan kesehatan dunia saat ini.
Berbeda dengan sikap pemerintah yang terkesan ramah dalam mengatasi penyebaran virus mematikan ini,bahkan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno beserta Sekda Sumbar yakni Alwis jutru menyambut kedatangan 174 turis asal Kunming,China di Bandara Internasional Minangkabau di Padang pada (26/1).Sikap tegas ditunjukkan oleh netizen Indonesia. Kekecewaan mereka terhadap sikap pemerintah mendorong mereka untuk memviralkan tagar #TolakSementaraTurisCina,dan berhasil menjadi trending topik pada Ahad (26/1) pagi. Yang melalui tagar ini netizen berharap pemerintah indonesia melakukan tindakan yang lebih tegas yakni dengan mengisolasi indonesia dari turis-turis yang berasal dari Negeri yang merupakan habitat hewan endemik Panda untuk mencegah penyebaran virus yang tengah menghawatirkan banyak pihak di berbagai negeri.
Sangat wajar bila banyak pihak kecewa dengan tindakan yang diambil oleh pemerintah, meskipun dari sejumlah turis yang datang ke indonesia dipastikan tidak terjangkit virus corona,namun tindakan pemerintah dengan lebih mengutamakan bisnis yang dipandang sebagai penyangga kelangsungan Ekonomi negara dibanding menciptakan perlindungan total bagi warga negara yang memang merupakan hak fundamental bagi setiap warga negara,akhirnya menjadi semakin terlihat jelas apa yang sebenarnya lebih menjadi prioritas pemerintah. Jika sudah begini,maka kemana warga harus memohon perlindungan yang sudah seharusnya diwujudkan oleh pihak negara?
Sistem kapitalis yang saat ini tengah menghegemoni peradaban sangat sarat dengan kepentingan segelintir manusia. Sistem yang sedang kita rasakan imbasnya saat ini adalah sebuah sistem yang dibidani oleh nafsu akan penguasaan kekayaan publik.
Wajar jika motivasi awalnya adalah keuntungan,dengan begitu maka semua hal yang berurusan dengan hajat orang banyak akan tetap dijadikan ajang bisnis dengan berbagai macam upaya.
Salah satunya adalah memanfaatkan bidang pariwisata untuk menjadi sumber devisa. Negara dengan standar pemikiran kapitalis pastinya tidak ingin kehilangan kesempatan untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya meskipun nyawa warga negaranya yang menjadi taruhannya.
Persoalan menghadapi wabah penyakit menular sebenarnya juga telah dicontohkan oleh Rasulullah pada masa kepemimpinannya. Pada masa itu wabah yang dikenal dan biasa terjadi adalah pes dan lepra. Untuk mngantisipasi penyebaran virus ini, tindakan pertama yang dilakukan rasulullah adalah melarang umatnya memasuki wilayah yang terkena wabah. Sebagaimana sabda rasulullah,”
jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri,maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu”. (HR Bukhari Muslim).
Inilah metode karantina yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah untuk mencegah penyebaran penyakit menular dan berbahaya.Bahkan untuk memastikan perintahnya,Rasulullah membangun tembok di sekeliling daerah yang terjangkit wabah penyakit.
Tak lupa kemudian rasulullah memberikan edukasi pada mereka yang tetap tinggal di area wabah dan bersabar disana,akan mendapat pahala sebagai mujahid di jalan Allah.
Sebaliknya mereka yang bersikeras meninggalkan tempat wabah akan memperoleh siksa dihadapan Allah karena membahayakan nyawa orang lain,dan juga di dunia akan mengakibatkan banyak kerusakan karena penyakit menular yang dibawanya. Sungguh menentramkan hati ketika nuansa keimanan ditampakkan dalam mensolusikan persoalan wabah yang kian meresahkan masyarakat.
Selain mendirikan tembok, Rasulullah juga memerintahkan sikap kehati-hatian umatnya pada penyakit lepra. Dari hadis abu hurairah, imam bukhari meriwayatkan bahwa rasulullah bersabda,” jauhilah orang yang terkena lepra,seperti kamu menjauhi singa”.
Hal ini juga dilakukan oleh pada masa kekhalifahan umar bin khattab. Pada saat wabah kolera menyerang negeri syam. Khalifah umar bersama rombongan yang saat itu tengah melakukan perjalanan menuju syam,seketika menghentikan perjalanan dan segera kembali ke madinah setelah mengetahui bahwa sedang terjadi wabah lepra di kota tujuan mereka yakni syam. Hal ini dilakukan oleh khalifah umar semata-mata untuk menjaga keselamatan rombongannya yang tidak lain adalah umat islam. Dimana keamanan dan kesejahteraan umat islam adalah tanggung jawab penguasa atau khalifah.
Solusi yang saat ini ditawarkan oleh pemerintah Indonesia sangat jauh dari kata ideal. Jika itu sudah soal hidup atau mati maka sudah seharusnya pemerintah memberikan solusi yang terbaik,yakni solusi yang menjamin terjaganya keselematan umat.
Persoalan wabah Corona ini telah menjelma menjadi persoalan sistemik ketika yang menjadi korban tidak lagi hanya individu. Semakin hari semakin banyak korban yang berjatuhan dan terjadi di berbagai negara.
Persoalan yang telah merambah ranah sistemik ini haruslah diselesaikan dengan cara yang sistemik pula. Tidak akan menghasilkan solusi yang fundamental jika dipelopori oleh individu saja.
Sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh rasulullah dalam menciptakan suasana yang kondusif baik bagi umat yang berada di wilayah terdampak wabah maupun umat yang berada diluar wilayah wabah. Dalam sistem syariah kaffah yang saat itu diterapkan dibawah kepemimpinan Rasullah yang akan mampu memberikan solusi paripurna,sekaligus menciptakan suasana yang sarat keimanan sempurna dalam menyikapi wabah penyakit mematikan. Wallahu alam bi ashawab.[]
*Pengamat dan Pegiat Sosial Media
Comment