Oleh : Yuliana Suprianti, Anggota Lingkar Studi Muslimah Bali
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Baru saja umat Islam melaksanakan ibadah puasa Ramadhan 1442 Hijriah dan masih berbahagia di tengah nuansa hari raya ‘Idul Fitri 1442 H.
‘Idul Fitri tentu membahagiakan kita, namun tidaklah demikian jika melihat derita kaum muslim di Palestina hari ini. Rasanya kemenangan dan hari raya yang sejatinya kita sambut dengan suka cita ternodai dengan air mata.
Bagaimana tidak, saat sebagian kaum muslim merayakan idul fitri dan berkumpul bersama keluarga, di Palestina justru sebaliknya. Bom bardir roket Israel menghiasi idul fitri dan menghancurkan rumah rumah bahkan harus kehilangan keluarga mereka.
Nyawa kaum muslim demikian murah, jerit tangis anak-anak muslim dan para ibu masih terdengar dan sangat menyayat hati. Jerit tangis karena harus kehilangan tanah, kehormatan bahkan nyawa orang-orang yang mereka cintai. Jeritan mereka begitu menyayat hati dengan harapan ada yang mau menolong dan menyelamatkan mereka yang tertindas oleh penjajah Israel.
Kebiadaban zionis Israel di luar batas kemanusiaan ini kembali terjadi menjelang akhir Ramadhan di Gaza.
Arab News melaporkan bahwa sejak April 2021 aparat Israel melakukan sabotase pada speaker Masjid Al-Aqsha, konflik-konflik lain pun bermunculan termasuk penembakan seorang remaja 16 tahun oleh Israel pada awal Mei 2021.
Puncaknya terjadi di Masjid Al- Aqha ketika jama’ah bentrok dengan polisi Israel. Hingga kini serangan masih terus terjadi dan korban jiwa terus berjatuhan.
Ahad (16/5/2021), Israel menembakkan bom dengan pesawat dan menghancurkan rumah-rumah penduduk yang menewaskan 42 orang termasuk 10 anak-anak. Data terbaru Kementrian Kesehatan Gaza menyebut, jumlah korban tewas di wilayah dengan 2 juta penduduk itu kini mencapai hampir 200 jiwa. Senin (17/5/2021).
Reuters melaporkan 197 warga meregang nyawa, 58 di antaranya adalah anak-anak dan 34 wanita.
Derita Palestina adalah derita kaum muslim. Mereka adalah saudara seaqidah yang harus dibela dengan seluruh kemampuan yang ada.
Pembelaan yang diminta bangsa Palestina bukan sekedar do’a dan kecaman semata. Sebagai sebuah bantuan dan sekaligus solusi atas persolan Palestina hanyalah dengan menghadirkan kekuatan negara atas satu komando. Bersatunya negara negara Islam dalam satu kekuatan. Persatuan inilah yang akan menjadi perisai bagi harta, kehormatan, bahkan nyawa kaum muslim. Kekuatan inikah yang mampu melindungi umat Islam Di manapun.
Tanpa kekuatan dan persatuan negara negara Islam, derita ini akan terus berulang bahkan bukan hanya di Palestina tetapi di negeri-negeri kaum muslimin yang lain. Tanpa kekuatan semacam ini, tidak ada yang melindungi aqidah kaum muslim dari serangan musuh-musuh islam yang bergerak secara sistematis. Baik melalui kurikulum pendidikan, media massa, dan sarana hiburan.
Tanpa kekuatan Dan persatuan negara negara Islam, tidak akan ada yang melindungi kehormatan umat dan agama ini. Penghinaan Dan penindasan terhadap Umat dan ajaran islam terus berulang.
Tanpa kekuatan negara negara Islam, kaum muslim tidak bisa mewujudkan ketaqwaan secara totalitas sebagaimana hikmah pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Tanpa persatuan negara negara Islam dalam satu wadah dan bendera maka tidak mungkin ada yang menggerakkan tentara-tentara kaum muslim dan umat dari berbagai negeri untuk membebaskan Al-Quds dari zionis Israel.
Melihat apa yang menimpa dan penderitaan umat saat ini, sudah seharusnya kita berfikir sungguh-sungguh, bahwa menyatakan negara negara Islam dalam satu barusan menjadi kewajiban dan kebutuhan mendesak.
Dengan begitu umat islam akan kembali kepada predikatnya sebagai umat terbaik (Khoiru Ummah).
Ini bukanlah utopia belaka, karena secara historis, kebersatuan negara negara Islam dalam satu barusan Dan bendera telah banyak membuat nyali musuh-musuh islam ciut termasuk nyali Yahudi.
Dulu, Rasulullah saw menindak tegas Yahudi Qainuqa’ akibat ulahnya yang melecehkan kehormatan seorang muslimah dan membunuh muslim yang membelanya. Rasulullah saw langsung mengepung Yahudi Qainuqa’ dan mengusirnya dari Madinah.
Tindakan tegas ini pula yang diikuti oleh Sultan Abdul Hamid II saat mempertahankan tanah Palestina dari Yahudi.
Semoga Palestina dan penderitaannya menjadi moment penting terwujudnya kesadaran negeri negeri muslim menyatakan langkah dalam satu barusan.Wallahua’lam.[]
Comment