Penulis: Tsaqifa Nafi’a | Aktivis Muslimah
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Idul Fitri selalu menjadi momen yang dinanti-nantikan umat Islam. Setelah sebulan penuh menjalani ibadah Ramadan dengan kesungguhan, tibalah saatnya menyambut Syawal dengan rasa syukur dan kebahagiaan. Namun, di tengah perayaan, kita diingatkan bahwa tak semua saudara kita merasakan kebahagiaan yang sama.
Dilansir dari tempo.co pada 30 Maret 2025, militer Israel melancarkan serangan udara di berbagai wilayah Gaza, termasuk Khan Younis, Kota Gaza, dan Jabalia, yang menewaskan sedikitnya sembilan warga Palestina, termasuk lima anak. Serangan ini terjadi saat warga tengah melaksanakan salat Id, menandai akhir bulan Ramadan. Sejak melanggar gencatan senjata 11 hari sebelumnya, Israel telah menewaskan lebih dari 900 warga Palestina.
Rata-rata, satu anak Palestina terbunuh setiap 45 menit, menggambarkan betapa serius dan memprihatinkannya dampak konflik terhadap anak-anak dan warga sipil di Gaza.
Di Palestina dan sejumlah wilayah lain, umat Islam masih hidup dalam bayang-bayang penjajahan dan kekejaman yang tiada henti. Mereka terusir dari tanah air mereka, kehilangan keluarga, bahkan bertaruh nyawa demi sekadar bertahan hidup.
Ketika sebagian besar umat bersuka cita, mereka masih dihadapkan dengan penderitaan yang berkepanjangan, bahkan sejak sebelum Ramadan hingga Syawal tiba.
Realitas ini menjadi bukti bahwa kebahagiaan umat Islam belumlah menyeluruh. Selama sistem global yang diterapkan saat ini, yakni sistem sekuler kapitalis) masih mendominasi dunia, penderitaan seperti ini akan terus terjadi. Sistem ini terbukti gagal memberi keadilan dan perlindungan, bahkan memperparah ketimpangan dan konflik yang ada.
Kondisi tragis yang terus memburuk ini seharusnya menyadarkan umat bahwa dibutuhkan perubahan mendasar. Bukan sekadar solusi tambal sulam, melainkan perubahan sistemik yang menyeluruh. Islam, dengan seluruh aturan hidupnya, menawarkan alternatif yang telah terbukti mampu membangun peradaban mulia di masa lalu. Islam bukan hanya agama spiritual, tapi juga sistem kehidupan yang komprehensif.
Sejarah mencatat bagaimana Islam, mampu menyatukan umat, menjaga kehormatan, serta membawa keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat. Muslim maupun non-Muslim. Dalam konteks hari ini, kepemimpinan Islam dunia menjadi satu-satunya institusi yang mampu mewujudkan penerapan Islam secara kaffah dan melindungi umat dari kezaliman global.
Tentu saja, menegakkan hal ini bukan perkara instan. Diperlukan perjuangan, kesadaran kolektif, serta kerja dakwah yang konsisten. Umat Islam harus menjadikan perjuangan ini sebagai agenda utama, bukan lagi di pinggiran. Kesatuan langkah, visi yang jelas, dan keberanian untuk berubah adalah kunci menuju kebangkitan yang nyata.
Idul Fitri sejatinya bukan hanya dirayakan sebagai simbol kemenangan ibadah, tapi juga sebagai momentum untuk memperkuat tekad meraih kemenangan hakiki – tegaknya kembali peradaban Islam secara internasional.
Inilah jalan untuk mengakhiri penderitaan umat dan mewujudkan rahmat bagi seluruh alam. Wallahu a’lam bi ash-shawaab.[]
Comment